
Di Antara Dua Dunia
Sinopsis "Di Antara Dua Dunia"
Seo Haneul, seorang arsitek muda berbakat dari kota futuristik Seowon, menjalani hidup penuh ambisi namun tanpa arah. Ketika sebuah kecelakaan misterius membawanya ke dunia fantasi bernama Arangyeon, ia bertemu Kim Jaewon, seorang pemimpin kharismatik yang menjaga keseimbangan dunia yang indah namun rapuh itu.
Di Arangyeon, Haneul menemukan kedamaian yang selama ini ia cari, tetapi juga rahasia besar yang mengancam kedua dunia. Cinta tumbuh di antara Haneul dan Jaewon, meski mereka tahu hubungan itu mustahil. Dunia modern ingin menguasai teknologi kuno Arangyeon, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan keduanya adalah dengan memisahkan mereka selamanya.
Di tengah konflik dua dunia dan perasaan yang kian dalam, Haneul harus memilih: kembali ke hidupnya yang kosong di Seowon atau bertahan di Arangyeon dengan risiko menghancurkan segalanya.
"Di Antara Dua Dunia" adalah kisah tentang cinta terlarang, pengorbanan, dan perjalanan menemukan tempat di mana hati benar-benar berada.
Baca
Chapter: Bab 40 – Retakan TakdirBab 40 – Retakan TakdirSaat tangan Haneul terulur dalam keheningan ruang cermin, waktu seolah menahan napas. Di sekeliling mereka, bayangan membeku di udara, seperti lukisan yang belum selesai. Cermin-cermin tidak lagi bergetar. Mereka hanya menunggu. Menanti pilihan.Hamin memandangi tangan itu—tangan kakaknya, penuh luka, penuh harapan. Tapi dalam dirinya, dua suara saling bertarung: satu ingin meraih dan memeluk masa lalu, satu lagi ingin melepaskan segalanya dan membakar sisa dunia.“Apa kau benar-benar masih percaya pada dunia ini?” tanya Hamin, suaranya nyaris seperti bisikan angin malam.“Bukan pada dunia. Tapi pada kita,” jawab Haneul mantap. “Kita pernah menjadi cahaya bagi satu sama lain. Mungkin cahaya itu redup sekara
Terakhir Diperbarui: 2025-05-08
Chapter: Bab 39 – Bayangan dalam CerminBab 39 – Bayangan dalam CerminLorong di balik Jantung Dimensi terasa seperti masuk ke dalam pikiran seseorang—segalanya tak beraturan, melengkung, dan penuh gema yang bukan berasal dari dunia nyata. Seo Haneul dan Kael berjalan perlahan, langkah mereka bergema aneh di lantai kristal yang memantulkan cahaya dan bayangan secara bersamaan. Dinding-dindingnya terbuat dari cermin hitam, tetapi bukan cermin biasa—cermin itu bergerak, membentuk ulang bayangan mereka, mencerminkan ketakutan dan ingatan yang terkubur dalam.“Ini... bukan ruang biasa,” bisik Kael. “Ini semacam ruang antara. Dimensi di mana batin seseorang dihadapkan pada bentuk terkelamnya.”Haneul mengangguk pelan. Ia merasa tubuhnya ringan tapi jiwanya berat. Di setiap pantulan cermin, ia melihat sosok Hamin—terse
Terakhir Diperbarui: 2025-05-07
Chapter: Bab 38 – Gerbang Cahaya yang TerkunciBab 38 – Gerbang Cahaya yang TerkunciLangit Arangyeon memudar menuju senja saat Seo Haneul menapaki lorong batu di Menara Elaris. Setiap langkahnya terasa berat, seolah bebannya tidak hanya berasal dari tubuh, tetapi juga dari ribuan takdir yang bergantung padanya. Cahaya obor yang redup menari di sepanjang dinding, memantulkan bayangan yang membesar dan menyusut—menggambarkan keraguan yang terus bergolak di dalam dadanya.Di tangan kanannya, sebuah pecahan Kunci Kuno berdenyut lembut dengan kilau biru keperakan. Benda itu terasa hidup, seolah mengetahui bahwa saatnya telah tiba. Di tangan kirinya, tergenggam peta tua bertinta sihir, yang membimbingnya ke lokasi tersembunyi yang dikenal hanya lewat bisikan: Gerbang Cahaya, gerbang terakhir yang bisa menyatukan atau menghancurkan dua dimensi.
Terakhir Diperbarui: 2025-05-06
Chapter: Bab 37 – “Kunci Kuno dan Bayangan Masa Lalu”Bab 37 – Kunci Kuno dan Bayangan Masa LaluLangit Arangyeon mulai menjingga kehitaman. Bukan senja yang indah seperti biasanya, melainkan warna yang diselimuti kegelisahan. Awan bergulung seperti raksasa yang terbangun dari tidur panjang, dan angin membawa aroma aneh—seperti abu dan logam yang dipanggang matahari.Seo Haneul berdiri di balkon tertinggi Menara Elaris, matanya terpaku pada artefak di tengah ruang suci. Artefak Penyeimbang, yang selama ini menjadi penopang kestabilan dimensi Arangyeon, memancarkan cahaya yang tidak stabil. Bergetar, menyentak seperti denyut jantung yang ketakutan.“Apa kau tahu... saat pertama kali aku melihat artefak ini, cahayanya tenang. Hangat. Seperti ibuku sedang memelukku,” suara Haneul lirih, nyaris tak terdengar. Ia berbicara pada dirinya sendiri, atau mungkin pada angin.Langkah ringan terdengar dari belakangnya. Liora datang membawa selembar gulungan tua yang terikat dengan pita perak. Wajahnya pucat dan matanya sembab, seperti belum tidur sem
Terakhir Diperbarui: 2025-05-05
Chapter: Bab 36: Dunia yang Tidak Pernah AdaBab 36: Dunia yang Tidak Pernah AdaLangit di dunia ini tak mengenal malam. Dua matahari menggantung tinggi di cakrawala: satu bersinar keemasan, menyinari tanah dengan kehangatan lembut; yang satu lagi—bercahaya biru pucat seperti embun beku—mengirimkan bayangan tak wajar yang menari-nari di permukaan tanah. Tak ada suara serangga, tak ada nyanyian burung. Hanya desir angin yang membawa bisikan seakan dunia ini sedang bernapas... pelan, berat, dan penuh misteri.Seo Haneul berdiri mematung di atas bukit kecil. Rambutnya yang panjang diikat setengah, berkibar oleh angin asing yang membawa aroma logam dan bunga liar. Di bawah bukit, Mira dan Jaewon tengah menyusun peralatan sihir, membuat lingkaran pelindung agar mereka tak tertelan ilusi dunia yang baru mereka masuki.Hamin berdiri agak terpisah dari mereka. Matanya menelusuri horison yang tak berujung. Dunia ini—dunia antara realita dan kehampaan—terlalu asing bahkan bag
Terakhir Diperbarui: 2025-04-26
Chapter: Bab 35: Dua Takdir, Satu JiwaBab 35: Dua Takdir, Satu JiwaGelap. Hening. Tak ada suara selain detak jantung Seo Haneul yang bergema seperti gema di ruang hampa. Ia melayang di antara kehampaan—tidak ada tanah, tidak ada langit. Hanya kekosongan berwarna abu pekat yang bergerak perlahan, seperti napas dari dimensi yang belum lahir."Haneul..."Suara itu datang bukan dari luar, tapi dari dalam dirinya sendiri. Sebuah suara yang penuh luka dan harapan yang nyaris punah. Haneul menoleh ke segala arah, dan dari kehampaan itu muncullah secercah cahaya—seperti denyut jantung yang baru saja hidup kembali.Cahaya itu membentuk siluet. Langkah demi langkah, Haneul mendekat, dan wajah itu menjadi jelas."Seo Hamin…" bisiknya.Namun Hamin yang berdiri di hadapannya bukanlah sosok penuh dendam yang barusan menancapkan Jantung Waktu di Kuil Cermin. Ini adalah Hamin yang dulu—matanya jernih, penuh rasa ingin tahu dan sedikit getir."Ap
Terakhir Diperbarui: 2025-04-25