"Aku akan melakukan apapun agar kedua orangtuaku tidak masuk penjara!" Selena, gadis muda bermata coklat yang penuh semangat, rela menjadi istri kedua—lebih tepatnya, istri simpanan—untuk melunasi hutang-hutang orangtuanya. Menjadi istri dari CEO muda yang tampan namun dingin dan kejam seperti William, Selena harus menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan pernikahannya. Akankah cinta dan keteguhan hatinya mampu mengubah sikap William yang keras dan bertahan dari gairah liar yang tersembunyi miliknya?
View MorePria dengan wajah kejam dan dingin itu berdiri menatap ke arah seorang gadis bernama Selena tanpa belas kasihan, lalu berkata penuh ancaman.
"Hutang yang harus orangtuamu bayarkan adalah 10 Milyar, jika lusa kalian tidak membayarkan uang itu, orangtuamu harus menerima akibatnya!" "Lusa?" Selena sangat terkejut. "Bagaimana Aku bisa mengumpulkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu dua hari?" "Saya tidak peduli bagaimana kamu mendapatkan uang itu! Terpenting bagi saya adalah uang itu kembali!" Selena Eveline, Gadis berusia 20 tahun itu tampak begitu putus asa. Hutang kedua orangtuanya yang dipakai untuk perawatan dirinya yang menderita penyakit jantung sedari kecil. Hutang-hutang itu semakin menumpuk seiring berjalannya waktu hingga membuat kondisi ekonomi keluarga Selena yang tadinya termasuk orang yang berada, kini bangkrut dan malah terjerat hutang berbunga. "Beri saya waktu 3 bulan, Saya pasti akan membayarnya lunas." ucap Selena dengan nada tegas. "Apa saya tidak salah dengar? Kamu meminta waktu lagi untuk melunasi hutang-hutang itu?" Rocky menatap remeh pada Selena, pasalnya hutang-hutang itu sudah bertahun-tahun dan berbunga, memberi tenggat waktu lagi sama saja menambah hutang juga bunganya. "Saya yakin, Hutang itu pasti akan saya bayar lunas!" Kedua orangtua Selena, Ferdy dan Rosmala memegang lengan putri mereka, merasa ragu dengan apa yang di ucapkan oleh putri mereka. Rocky mendekati Selena dengan tatapan tajam. "Baiklah, ini untuk yang terakhir kalinya saya memberikan kalian kesempatan, jika kali ini kalian tidak membayar tidak ada ampun lagi!" "Pegang perkataan saya," tegas Selena tanpa ragu. "3 bulan lagi kamu akan mendapatkan uang itu!" Mendengar Selena yang begitu percaya diri membuat Rocky terkekeh lalu kembali menatap Selena dingin. "Hutang itu akan semakin berbunga selama waktu 3 bulan, jadi kamu harus membayar 10 Milyar 100 juta, Bagaimana?" Bibir Selene menyungging meremehkan Rocky, Lintah darat sepertinya memang tidak pernah kenyang soal uang. "Kamu akan mendapatkan lebih dari itu, sekarang pergilah dari sini, hentikan kekacauan yang kamu timbulkan!" Kembali Rocky terkekeh, dia tidak percaya begitu saja dengan ucapan gadis itu. Rocky lalu memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Ferdy, untuk di jadikan sebagai jaminan jika Selena akan menepati janjinya. "Ayah!" "Suamiku!" Selena dan Rosmala terkejut saat Ferdy di bawa oleh orang-orang Rocky untuk menjadi tawanan. "Lepaskan Ayah saya! Apa yang kamu lalukan!" pekik Selena ingin melepaskan Ferdy dari cengkraman anak buah Rocky. Segera Rocky menghalangi Selena dan memberikan peringatan. "Pria tua itu akan jadi sandera sampai kamu membawa uang itu. jika kamu tidak membawa uangnya, Pria tua itu akan saya b u n u h. Mengerti!" Walau bagaimanpun, Rocky tidak ingin mengambil resiko jika keluarga itu akan kabur. Jika Ferdy dijadikan sandera, tentu mereka tidak akan berpikir untuk kabur. Tanpa memperdulikan lagi ucapan Selena, Rocky berserta anak buahnya membawa Ferdy pergi. Selena dan Rosmala hanya bisa menangis dan berpelukan untuk saling menguatkan melihat Ferdy di bawa oleh Rocky dan antek-anteknya. Rosmala menyusut air matanya dan menatap Selena dengan serius. "Bagaimana kamu akan mengumpulkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu 3 Bulan, Nak?" Saat ini memang Selena belum tahu akan mencari uang itu kemana, terlebih dia juga baru lulus kuliah. Namun Selena mencoba tersenyum agar membuat hati ibunya yang gusar menjadi tenang. "Selena sudah di tawari pekerjaan di perusahaan asing, Bu. Program dari Universitas yang menyalurkan Mahasiswi berprestasi. Selena terpilih." Terpaksa Selena harus berbohong, agar suasana tidak menjadi semakin menekan ibunya. Rosmala lantas memeluk Selena, ada tangis bahagia mengiringi. Putri semata wayang mereka memang selalu membanggakan orangtuanya. "Syukurlah Nak, Ibu sangat bangga padamu." Rosmala membingkai wajah Selena. "Kita bisa segera membebaskan Bapak dari para lintah darat itu." Selena hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepala untuk menjawab ibunya. "Maafkan Selena sudah membohongi ibu." Batin Selena. Dengan lembut Selena memapah ibunya untuk duduk di sofa. Jika di tanya perasaan, Selena juga sangat menderita dengan keadaan ini. Tapi dia harus bisa bersikap kuat dan tegar di hadapan kedua orangtuanya. Supaya mereka yakin, jika Selena bisa menyelesaikan permasalahan ini. Rosmala tidak berhenti menangis karena memikirkan suaminya. Dia takut jika suaminya akan di siksa terus dan tidak di beri makan dengan layak. Segala upaya Selena lakukan agar ibunya menjadi tenang. Lelah karena menangis, sang ibu akhirnya tertidur sendiri. Perlahan Selena beranjak dari tempat tidur ibunya dan kembali ke kamarnya. Di raihnya gawai yang tergeletak di atas nakas, lalu menghubungi kontak dengan nama Lily. Nada tersambung dan beberapa saat diangkat oleh Lily. "Halo Li, Aku ambil tawaranmu kemarin." >> Di kafe.. "Kamu sudah serius dengan keputusanmu, Sel?" "Ya. Aku sangat serius." Setelah telepon tadi, Selena mengajak Lily untuk bertemu di kafe untuk membicarakan tentang tawaran Lily beberapa hari yang lalu. Lily menatap Selena dengan lekat. "Sekali lagi aku ingatkan, Sel. Sekali kamu terjun 'kedunia' ini, hidupmu akan berubah drastis." Mendengar itu Selena justru tertawa. "Hidupku sudah hancur, Li. Hanya kedua orangtuaku yang menjadi alasanku tetap bertahan." "Oke, berarti kamu sudah setuju untuk menjadi seorang sugar Baby." Lily menjentikkan jarinya. "Aku akan mengenalkanmu pada seseorang yang akan memenuhi syarat darimu." Selena menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan, dia tidak menyangka bahwa di masa depan akan 'menjual diri' seperti ini. Tapi tidak ada cara lain, cara ini lah yang paling cepat mengumpulkan uang sebanyak itu. "Kalau bisa malam ini juga, Li. Aku sudah siap." "Kamu serius?" Selena hanya mengangguk. Baiklah, Aku akan mencoba menghubungi Sugar Daddy ku, karena dia yang punya kontak Tuan William. "Apapun akan aku lalukan untuk kedua orangtuaku." Ucap Selena dalam hati. >> Lily sudah memberikan alamat sebuah bar kepada Selena untuk dia datangi. Di sana Selena akan bertemu dengan calon Sugar Daddynya yang bernama William Masimmo. Selena mempersiapkan diri dengan baik, gaun berwarna merah muda dengan panjang selutut menjadi pilihannya. Rambut hitam dan panjangnya dia biarkan terurai lalu menyisipkan jepit rambut mutiara di sisi kanan kepalanya. Riasan yang tidak terlalu mencolok menampilkan kecantikan yang natural dari Seorang Selena Eveline. "Kamu harus terlihat ceria di hadapan Tuan William, Sel. Karena Tuan William ingin memiliki Sugar Baby yang membuatnya nyaman saat bersama." Ucapan dari Lily itu yang selalu teringat oleh Selena. Di depan cermin Selena mencoba untuk menunjukkan senyumnya. Bagaimanapun, Selena harus mendapatkan pekerjaan ini agar bisa melunasi hutang-hutang itu. Dengan menggunakan kendaraan yang di siapkan oleh Lily, Selena pergi dengan tekad yang bulat. Bukan lagi tentang harga diri yang Selena pikirkan, saat ini yang terpenting dalam hidupnya adalah kedua orangtuanya. "Jalan Pak." Mobil Mercedes benz itu melaju membelah jalanan ibukota membawa Selena ke tempat tujuan. 30 menit perjalanan, Selena tiba di Bar Starlight. Perasaan Selena tiba-tiba menjadi gugup. "Ayolah Selena, Tenangkan dirimu."Di kantor W&M Group... Diruang kerjanya, William tengah melihat berkas yang Audrey berikan, kening William mengekerut karena begitu terkejut saat membaca isi laporan itu. Sebuah laporan keuangan yang Audrey rekap secara mendetil, di laporan itu jelas sekali keuangan perusahaan berada di situasi yang krisis karena ulah Paman dan sepupunya. Hans dan Stevan diam-diam melakukan korupsi dan pencucian uang perusahaan tampa sepengetahuannya. Dan hal itu sudah terjadi beberapa tahun, tetapi baru kali ini terbongkar setelah Audrey melakukan audit secara mendetail dan mencurigai transaksi yang janggal. William menggeretakkan giginya rahangnya mengeras. "Dimana Pak Hans dan Stevan sekarang berada?" "Mereka sedang di ruangan pemeriksaan perusahaan, Pak," jelas Audrey pada William. "Kami berjaga-jaga agar mereka tidak kabur menghindari Pak William." Segera William bangkit dan merapihkan jasnya. "Kamu ikut dengan Saya, Saya akan memberikan mereka hukuman yang pantas mereka terima
Di ruangan VVIP, William dengan setia menunggu istrinya yang tengah tertidur pulas. Wajah Selena nampak pucat, tubuhnya juga terlihat lebih kurus daripada sebelumnya. Perjuangan istrinya untuk memberikannya keturunan memang luar biasa. "Maafkan Aku yang tidak bisa menjagamu, Baby." lirih William sambil memegang tangan Selena. Selena tengah tertidur, tubuhnya merasa sangat lemah, hingga sangat membutuhkan istirahat. Panggilan telepon dari kantor terus masuk ke ponselnya karena sejak tadi dia abaikan. Tapi kali ini William jawab karena merasa memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan yang selama ini dia pimpin. "Halo, Audrey.. ada apa?" tanya William sesaat menjawab panggilan Audrey yang menjabat sebagai Direktur perusahaan. "Pak Wil, kami membutuhkan kehadiran Bapak saat ini juga, karena Pak Stevan membuat kekacauan kembali." Audrey lalu menceritakan semua detailnya kepada William, walau terlihat tenang sebenarnya William sangat geram kepada saudara sepupun
Di ruang tunggu, William nampak sangat cemas menunggu Angga yang tengah memeriksa kondisi istrinya. Pagi ini, tiba-tiba Selena mengalami flek, setelah kemarin cukup lama menangis setelah pulang dari taman. Begitu Angga berbalik dan berjalan menuju pada William, tentu William segera bertanya. "Bagaimana keadaan istriku? Apa dia baik-baik saja?" Angga sedikit heran atas pertanyaan dari William. "Kamu tanya keadaan istrimu saja, tidak dengan calon bayimu, Wil?" "Bukankah jika ibunya baik, calon anak kami tentu akan baik juga?" "Tidak Wil," Angga menggeleng. "Kondisi calon bayimu terancam!" William sangat terkejut tapi berusaha bersikap tenang. "Maksudmu?" "Selena hampir keguguran, Wil! Jika flek tadi terus terjadi dan tidak berhenti bisa-bisa..." Angga menghentikan ucapannya karena Selena mulai menangis. Hormon hamil dan kejadian akhir-akhir ini memang membuat Selena cukup sensitif. "Bisa-bisa apa, Ga?" William tidak sabar mendengar melanjutkan ucapannya Angga.
Brenda segera mengambil pakaiannya dan memakainya, raut wajah Brenda terlihat biasa saja padahal baru saja dia melakukan hubungan intim yang cukup bergairah bersama Angga. "Istirahatlah dulu disini, kamu pasti lelah," Angga mencoba untuk membujuk Brenda dan memegang lengan Brenda. "Kita berdua bisa bermalam disini." Tanpa ragu Brenda segera menepis tangan Angga dengan begitu ketus. "Jangan sentuh Aku lagi!" Tentu Angga menjadi sangat heran dengan perubahan sikap Brenda yang drastis, padahal baru saja wanita itu menjerit penuh kenikmatan saat mereka berdua mencapai puncak klimaks bersama. "Ada apa denganmu, Brenda? Apa Aku melakukan kesalahan padamu?" Angga mencoba untuk mencaritahu perubahan sikap Brenda yang tiba-tiba seperti itu. Brenda menatap Angga dengan sangat tajam dan begitu terlihat sebuah kebencian di sana. "Jangan Kau pikir kita memiliki hubungan spesial hanya karena kita telah melakukan Sex!"Angga menggeleng karena tidak mengerti maksud Brenda. "Tapi kita melakukan
Ternyata Angga dan Brenda bukannya berangkat menuju restoran, mereka malah mengunjungi sebuah hotel bintang 5 yang mewah. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Brenda menghubungi Angga dan memintanya untuk tidur dengannya. "Angga, maukah kamu tidur denganku?" Saat mendengar itu, Angga tercenung, dia tidak tahu harus berkata apa? Tetapi 'jhonny' kecilnya tiba-tiba memberikan respon yang seirama dengan permintaan Brenda. "Kita melakukan ini hanya sekali, one night stand!" ucap Brenda lagi di ujung telepon.Angga kembali meneguk air liurnya dengan susah payah, membayangkan tubuh sexy Brenda yang selama ini menjadi fantasinya. "Baiklah, kita pergi ke hotel Permata di depan sana." "Oke," Brenda menutup teleponnya dan terus mengikuti mobil Angga ke hotel Permata. Seulas senyum penuh misteri menghiasi wajah cantik Brenda. Di hotel permata kini mereka berdua bersama, Brenda tengah duduk di atas lemari kecil sedangkan Angga tengah menikmati liang surgawi milik Brenda. "Aahhh..." Brenda
Setelah pertemuan yang menegangkan dengan William dan juga Selena, Robert segera meninggalkan ruang tamu dan pergi ke kamarnya. Charles menyusulnya dan mencoba untuk tetap menghibur Robert agar tidak terlalu marah kepada putranya dan juga Selena. Kini hanya tinggal Brenda dan juga Angga di sana. "Bisakah Aku mengantarmu pulang, Brenda?" Angga menghentikan langkah tepat di sisi Brenda yang tengah duduk di sofa sembari memainkan ponselnya. "Tidak, Terimakasih." Brenda menjawab dengan santai sembari tetap menatap layar ponselnya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya kepada Angga. Angga tetap berusaha mengajak Brenda berbicara walau mendapatkan respon yang tidak baik. "Brenda, bukankah kamu masih mengenalku?" Angga mencoba bertanya lagi seolah mencari cara agar Brenda memperhatikannya.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments