Bertahan hidup di zaman majapahit
Anjasmara, seorang putri patih kerajaan Majapahit, jatuh cinta pada seorang pemuda biasa. Damarwulan namanya, seorang lenjaga kuda di kediaman Lohgender. pepatah mengatakan bahwa cinta itu buta, atas nama cinta dia Anjasmara memutuskan untuk menikah dengan pemuda itu.
Namun keberuntungan tidak berpihak padanya. Damarwulan yang amat dicintainya bukanlah pria setia. Pernikahan yang awalnya sangat ia dambakan, berubah menjadi mimpi buruk.
Ia memohon pada dewa agar memberinya kesempatan sekali lagi. Dewa yang maha tinggi itu bersedia mengabulkan permohonannya. Namun dia tidak mendapatkan kehidupn keduanya begitu saja, kehidupam keduanya, dijalani oleh Asmara, reinkarnasi dari Anjasmara di dunia modern.
Mampukah Asmara memperbaiki keadaan dan mendapat akhir yang bahagia? bisakah dia kembali ke kehidupannya yang dahulu?
Read
Chapter: PlayboyAku kembali ke kediaman dengan pakaian basah. Damarwulan si playboy itu memang seorang penggoda! Tidak heran kalau di masa depan ia akan memiliki empat orang istri! Terserah sih mau berapa pun, yang pasti aku tidak akan menjadi salah satunya!Seseorang mengetuk pintu kamarku."Masuklah!""Ndoro Ayu, sudah waktunya sarapan, semua orang sudah menunggu di ruang makan!" ujar Tiwi saat masuk ke dalam kamarku."Oh dewa! Kenapa pakaian Ndoro Ayu basah kuyup begini?" serunya terkejut begitu melihat keadaanku."Ah iya tadi aku pergi mandi!" jawabku kikuk."Ndoro kembali ke rumah dengan keadaan seperti ini? Ndoro, kalau Yang Mulia Patih melihatnya, Ndoro ayu bisa dimarahi habis-habisan!" omelnya panjang lebar."Karena itu kau jangan bilang ya!" pintaku dengan wajah memelas."Sekarang bantu aku ganti baju! Oh iya!" aku mengambil sebuah kain dan memberikannya pada Tiwi."Aku menyimpan kudapan ini untukmu!""Ndoro ayu! Terima kasih!" ujar Tiwi tersentuh. Ia berhenti sejenak kemudian kembali tersad
Last Updated: 2025-06-29
Chapter: Batu Ajaib"Batu?" ujar Kanjeng Ratu dengan nada tinggi."Kau menjadikan bongkahan batu sebagai hadiah ulang tahunku? Kau pasti sudah gila!" tambahnya lagi dengan nada sinis.Sudah kuduga, dia pasti tidak akan menyukainya. Tapi aku tidak bisa diam saja, aku melakukan ini karena tak rela memberikan peralatan berhargaku padanya."Mungkin ini tampak seperti batu biasa, tapi Kanjeng Ratu, batu ini adalah batu ajaib! Anda bisa tahu dari warnanya, batu ini sangat istimewa!" jawabku yakin.Orang-orang mulai berbisik di belakangku, gumaman itu, aku mendengarnya dengan jelas. Semua orang yang hadir di jamuan ini mengira aku sudah gila."Benarkah? Apa yang begitu istimewa dari beberapa bongkah batu?" tanyanya tak tertarik."Batu ini adalah batu ajaib. Namun sayangnya, keajaiban batu ini hanya bisa dilihat di ruangan yang gelap, tanpa penerangan sama sekali!" jawabku dengan percaya diri."Benarkah? Bagaimana jika kita buktikan saja sekarang? Mari kita lihat apa kau hanya mengatakan omong kosong atau berkat
Last Updated: 2025-03-05
Chapter: HadiahAku duduk di depan toko bersama tiwi sambil menikmati semangkuk soto panas. Kutatap ekspresi Tiwi yang tampak sangat senang saat menyeruput kuahnya. Seketika perasaan bersalah hinggap di hati."Maaf ya" ujarku lirih. Gadis itu terperanjat dan berdiri dari duduknya."Bagaimana bisa ndoro Ayu meminta maaf pada orang seperti saya!" sergah Tiwi takut."Sudah sepantasnya yang salah meminta maaf" jawabku lesu."Tapi ndoro Ayu sama sekali tidak melakukan kesalahan pada saya!" elaknya gugup."Tadi aku bilang akan membelikanmu pakaian, tapi rupanya kak Seto membohongiku. Berani-beraninya bajingan itu!" ujarku geram."Saya tidak papa Ndoro Ayu. Saya baik-baik saja dengan pakaian ini""Jawab aku dengan jujur, apa itu satu-satunya pakaian yang kau punya?" tanyaku memastikan."Tentu tidak Ndoro! Saya punya satu lagi di kamar dayang" jawabnya dengan percaya diri.Perkataan dari Tiwi seakan menampar wajahku keras sekali. Mengingat aku yang selalu mengeluh dengan kehidulanku sedang gadis kecil ini ta
Last Updated: 2025-03-05
Chapter: Masa depan yang suramHari kedua di dunia ini kulalui dengan begitu buruk. Seharian aku terkurung di dalam kamar karena pintu dikunci dari luar. Tampaknya kedua pemuda kemarin bersungguh-sungguh saat bilang akan mengurungku di dalam sini.Aku merasa bosan dan merasa sangat lapar, sedang tak ada satupun makanan yang bisa kusantap. Astaga inikah kehidupan baruku? Jika aku terus tinggal di sini, aku akan terus menderita. Patih Lohgender tidak menganggapku sebagai putrinya hingga membuat posisiku di rumah ini tidak stabil. Tidak ada pelayan yang sudi dekat dengan seseorang yang dibenci tuannya, intinya di rumah ini, tidak ada yang perduli dengan nasibku.Astaga aku lapar sekali, haruskah aku melompat keluar dari jendela untuk mencari makanan? Tapi bagaimana jika aku tertangkap dan semakin dianiaya?Tok.tok.tok....Jendela kamarku diketuk dari luar. segera aku membukanya berharap sesuatu yang bagus akan terjadi. Kulihat pria itu berdiri di depan jendela sambil membawakan satu ikat rambutan."Kau pasti belum mak
Last Updated: 2025-03-05
Chapter: AnjasmaraIbu itu menggandeng tanganku erat sekali dan membawaku naik ke atas sebuah dokar. Sedang pemeran Patih Lohgender dan dua putranya, masing-masing menaiki kuda yang berada tak jauh dari sana."Buk, bukannya ini properti kok kita naiki? Kan enggak lagi syuting?" protesku pada wanita itu."Nduk, kamu itu kenapa to? Kok dari tadi ngomongnya ngawur? Ibuk jadi takut" jawab wanita itu khawatir.Aku memutuskan untuk diam karena masih tidak paham dengan semua ini. Apa wanita ini mengenalku? tapi aku tidak tahu siapa dia.Guncangan-guncangan kecil terjadi di dalam kereta membuatku melongok ke arah luar. Kami melalui puluhan rumah bergaya tradisional di sepanjang jalan. beberapa diantaranya adalah rumah yang begitu besar, namun beberapa juga tampak kecil dan kumuh. Apa lokasi syutingnya juga diperluas? Pikirku bingung.Hingga kereta masuk ke sebuah pekarangan rumah yang begitu besar dan megah. Aku diminta untuk turun lebih dahulu, jadi aku menurutinya. Kulihat rumah itu dengan seksama. Sebuah rum
Last Updated: 2025-03-05
Chapter: perjalanan waktu Mojokerto, 15 juni 2025. Hari kerja memang terasa berat, tapi kali ini rasanya jauh berbeda, kakiku begitu kaku seakan terpasak di bumi, enggan untuk mengayun. "Seperti orang bodoh aku kembali kemari" gumanku lirih. Mataku menjelajah ke sekeliling, hiruk pikuk manusia yang berlalu-lalang merusak suasana pedesaan yang seharusnya asri. Mereka saling berteriak satu sama lain dengan oktaf tinggi layaknya suku barbar. "Kenapa aku bersikeras bersikap profesional sedangkan mereka tidak?" aku melanjutkn keluh kesahku pada angin lalu sembari menyelidik semua orang yang ada di tempat ini. Aku masih ingat kali pertama aku menginjakkan kakiku di tempat ini, saat itu semuanya tampak begitu asing. Enam bulan berlalu, hal yang sebelumnya tampak asing berubah karib. Di titik ini, aku bahkan dapat mengucap nama mereka hanya dengan melihat siluet dari kejauhan. Aku kembali menghela napas dalam. Setengah mati aku beradaptasi, siapa sangka tempat ini dapat berubah menjadi neraka dalam semalam. Aku
Last Updated: 2025-03-05