Share

Chapter 3

Kastara mengernyitkan kening saat melihat baju milik Anggasta terlempar tidak beraturan di ruang tamu, ia tahu persis kalau Anggasta tipikal orang yang rapih dalam segala hal bahkan baju kotorpun ia selalu letakkan di tempatnya.

"Loh berantakan sekali apartemen kamu, Kastara." ucap Kinan, ibu Kastara.

"Ini bukan pakaian Kastara bu, kayaknya ini milik mas Anggasta deh. Bentar aku cari mas Anggasta dulu ya?"

Kastara mencari keberadaan Anggasta di setiap sudut rumah, dan kini tinggal kamarnya yang belum ia periksa. Kastara membuka pintu kamarnya, betapa terkejutnya ia saat melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Kastara melihat Anggasta dan Aruna tengah tertidur sembari berpelukan tanpa busana sehelaipun, Kastara tau persis apa yang sudah mereka lakukan.

"Mas Anggasta!" panggilnya dengan intonasi nada tinggi.

Anggasta dan Aruna terbangun bersamaan, mereka saling terkejut karena melihat Kastara yang sudah berada di dalam kamar. Anggasta kebingungan dan tidak tau menau dengan apa yang sudah terjadi padanya, ia bahkan tidak mengenal perempuan yang berada di sebelahnya. Mendengar keributan yang terjadi di kamar, Kinan dan Rajasa menyusul Kastara ke kamarnya. Rajasa dan Kinan syok melihat anak sulungnya berada satu kamar dengan seorang perempuan, rahang Rajasa mengeras dan wajahnya memerah karena emosi sudah memuncak di kepalanya.

"Ayah, Anggasta bisa jelasin semuanya. Anggasta gak kenal sama perempuan ini, dan Anggasta juga gak tau kenapa bisa sampe kejadian begini." ucap Anggasta seraya berusaha keras meyakinkan ayahnya.

"Hei kamu! tolong jelasin semuanya kenapa bisa sampai kejadian begini!" bentak Anggasta.

"Emm anu, maaf semuanya. Saya Aruna, pacar Kastara. Aduhh gimana jelasinnya ya," Aruna memalingkan wajah dan menjitak kepalanya sendiri.

"Lebih baik kamu berpakaian dulu, dan mari bicarakan masalah ini di ruang keluarga." titah Kinan.

Kastara keluar bersama kedua orang tuanya, disusul Anggasta yang mengenakan pakaian milik Kastara. Kini tinggal Aruna yang berada di dalam kamar sendirian, ia tengah merutuki kebodohannya. Bukannya berhasil menjebak Kastara, justru ia malah terjebak masalah baru yang bahkan menjatuhkan harga dirinya.

Mereka berlima kini saling terdiam di ruang keluarga, Aruna tertunduk dan tidak berani menatap seorangpun yang ada di ruangan ini.

"Aruna," panggil Rajasa, suara beratnya mengejutkan Aruna.

"I-iya pak,"

"Tolong jelaskan pada kami apa yang sebenarnya sudah terjadi, karena Anggasta pun tidak mengerti kenapa dia bisa sampai melakukan hal itu denganmu. Kamu pasti tau sesuatu kan?" tanya Rajasa.

"Sebelumnya saya mau minta maaf, saya sakit hati sama Kastara karena dia membatalkan rencana pernikahan kami secara sepihak. Saya memberikan obat perangsang di minuman Kastara yang ada di kulkas, dan berniat menjebaknya agar tetap melanjutkan rencana pernikahan kami. Tapi ternyata rencana saya melenceng, dan yang masuk ke jebakan saya adalah Anggasta." ujar Aruna.

Rajasa berganti melirik Kastara, Kastara paham maksud dari tatapan Rajasa untuknya.

"Kastara membatalkan pernikahan karena-"

"Maaf pak, maafkan kebodohan saya. Saya berjanji tidak akan mengganggu Kastara lagi, permisi."

Aruna memotong pembicaraan Kastara dan hendak kabur, ia tidak mau Kastara membocorkan tentang masalah skandalnya.

"Tunggu Aruna," panggil Rajasa.

"Duduklah dulu, apa kamu tidak merasa malu sudah berbuat salah tetapi ingin lari dari masalah?" ucap Rajasa membuat Aruna tertampar.

Rajasa merenung sesaat, ia tengah memikirkan jalan keluar atas masalah yang menimpa putra sulungnya. Kinan menatap Aruna dari kepala hingga kaki, membuat Aruna risih dan malu karena hari ini juga ia berpakaian cukup minim.

"Saya sudah putuskan, saya akan menikahkan Anggasta dan Aruna,"

Anggasta terkejut mendengar keputusan yang Rajasa pilih, ia menolak keputusan Rajasa karena Anggasta juga sudah punya pilihan lain meskipun ia belum memiliki hubungan dengan perempuan itu. Kastara tidak menerima keputusan yang Rajasa pilih, padahal ia sudah membatalkan pernikahannya dengan Aruna. Meskipun Kastara marah dan kecewa pada Aruna, tapi tidak bisa dipungkiri kalau di hatinya masih ada rasa cinta untuk Aruna.

"Maaf Anggasta, ayah juga memikirkan hal terburuknya. Kalau sampai Aruna hamil kasihan anak yang dikandungnya nanti,"

"Tapi dia gak hamil yah, dan belum tentu hamil juga karena kami baru melakukannya sekali." sahut Anggasta.

Anggasta tidak tau kalau ia sudah menanamkan benihnya begitu banyak di rahim Aruna, Aruna juga bahkan tidak kepikiran tentang hamil. Aruna jadi takut, bagaimana nanti kalau ia sampai hamil dan anaknya tidak memiliki ayah. Aruna tidak mau hamil tanpa suami, ia juga tidak mau kalau melakukan aborsi.

"Saya menerima dinikahkan dengan mas Anggasta," ucap Aruna lantang.

"Apa-apaan kamu!" bentak Anggasta.

"Maaf mas, ucapan pak Rajasa sepertinya benar. Aku gak mau kalau sampai anakku gak punya ayah, walaupun sekarang aku belum hamil tapi gak tau bulan berikutnya gimana kan?"

"Baiklah, sekarang kamu pulang dulu Aruna. Nanti kami kabari lagi bagaimana kelanjutannya,"

Aruna pamit pulang, Anggasta menatapnya penuh dendam. Aruna paham dan tidak melawan tatapan sengit Anggasta, jika ia yang berada di posisi Anggasta juga pasti akan marah dan kecewa.

"Anggasta kecewa sama ayah, padahal ayah tau kalau Anggasta cuma dijebak. Tapi ayah tega malah nikahin Anggasta sama perempuan itu," Anggasta masuk ke kamar Kastara dan meninggalkan kedua orang tuanya di ruang keluarga.

Kastara masih terdiam di balkon kamarnya, pikirannya sedang campur aduk saat ini. Kastara tidak menyangka kalau perempuan yang ia cintai, bahkan hendak ia jadikan istri justru malah akan dinikahkan dengan kakaknya sendiri.

"Maafin mas, Kastara."

"Maaf untuk apa mas? mas gak salah." jawab Kastara datar.

"Mas bakal bujuk ayah buat batalin rencananya, mas gak bakal nikain pacar adik mas sendiri."

"Gak usah dibatalin mas, ucapan ayah kayaknya ada benernya juga. Bisa aja bulan depan Aruna hamil,"

"Apa maksud kamu Kastara?" tanya Anggasta.

Kastara tidak menjawab pertanyaan Anggasta, dan malah pergi meninggalkan Anggasta dengan rasa penasaran di kepalanya. Kastara tau persis kalau hari ini adalah masa subur Aruna, biasanya Kastara menghindari hubungan intim dengan Aruna saat ini agar tidak terjadi kehamilan.

*****

Aruna menegak minuman keduanya di dalam kamar, masalah semakin banyak mendatanginya dan parahnya Aruna tidak bisa mengatasinya. Liza yang baru datang menemui Aruna langsung melempar gelas ketiga miliknya, Liza menebak kalau Aruna galau begini pasti semua rencananya gagal total. Liza jadi galau memikirkan nasib karirnya, dan sekarang malah ikut meminum minuman milik Aruna. Kini mereka mabuk bersama di kamar Aruna, tertawa menangis dan saling memaki.

"Kemana si matre? kok dia ga ada suaranya?" tanya Liza sambil cengengesan.

"Dia kabur kali gara-gara aku terancam kere dan masuk penjara," tawa Aruna.

"Kamu sih Na, bego kok dipelihara. Kambing tuh pelihara biar gemuk,"

"Iya abis gimana Liz, Mahendra itu kan tipe cowok aku banget. Kalo tau ternyata dia jahat juga aku gak mau kok jadi simpanannya," Aruna mengusap air mata yang keluar dari sudut mata indahnya.

"Iyaudah sini peluk dulu," ucap Liza seraya membentangkan kedua tangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status