Share

Chapter 2

"Ide kamu gila, Aruna! lagipula kamu kan udah sering ngelakuin itu sama Kastara. Apa mempan ide itu buat ngancam Kastara supaya dia tetep nikahin kamu?"

"Kita emang sering ngelakuin itu tapi gak ada yang tau kan, udah deh Liz percaya sama aku. Kali ini pasti berhasil," ucapnya dengan penuh percaya diri.

Liza menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir dengan Aruna. Masalah satu saja belum kelar ia malah ingin membuat masalah lain, jika kali ini rencana Aruna tidak berhasil maka Liza harus siap ditendang dari Yvaine management.

"Aku balik dulu ya Liz, capek banget." Aruna meregangkan tubuh dan kaki jenjangnya.

"Ya udah, aku juga mau balik ke apartemen." sahut Liza.

*****

Aruna sampai di rumah mewahnya, rumah mewah yang Mahendra berikan sebagai uang tutup mulut untuknya. Semua kemewahan yang Aruna nikmati saat ini tidak seratus persen hasil kerja kerasnya, sebagian besar Mahendra yang memberikan kemewahan ini padanya saat ia menjadi simpanannya.

"Mamah dimana bi?" tanya Aruna pada asisten rumah tangganya.

"Ada di ruang keluarga, Non Aruna mau bibi buatkan makan malam apa?"

"Enggak usah bi, nanti kalau Aruna mau makan baru Aruna panggil bibi."

"Baik non,"

Baru saja Aruna ingin menghampirinya, tiba-tiba Ayara sudah muncul di hadapannya. Seperti biasa, Ayara tidak perduli dengan masalah apapun yang menimpa Aruna. Ayara menghampiri Aruna bukan untuk menanyakan keadaannya, ia hanya ingin meminta uang Aruna untuk pergi berlibur bersama geng sosialitanya.

"Ayolah nak, kamu kan baru photoshoot di Sumba tiga hari kemarin."

"Iya justru karena baru kemarin mah, bayarannya ya pasti belum turun," sahut Aruna.

"Ya udah kamu minta aja sama Mahendra, ayo dong sayang. Temen-temen mamah mau pada ke Bali, masa mamah gak ikut."

Aruna menghela nafas berat, "Mah, mamah tau gak si kalo aku lagi ada masalah sama Mahendra?"

"Tau kok," jawab Ayara santai.

"Mah kondisi aku tuh lagi di ujung tanduk, harusnya tugas mamah tuh sekarang nenangin aku berdoa biar masalah aku cepet kelar!"

"Iya emangnya mamah bisa berbuat apa Aruna,"

Aruna berdecih kesal, Ayara memang tidak pernah tau bagaimana harus bersikap menjadi seorang ibu. Sejak dulu yang dipikirkan hanya kebahagiaannya sendiri, sejak kecil Arunalah yang selalu berusaha menjadi seorang anak untuk Ayara dan mengesampingkan kebahagiaannya.

"Aruna terancam jatuh miskin dan mungkin bakal masuk penjara karena bermasalah dengan Mahendra, sekarang tolong jangan ganggu Aruna dulu mah. Aruna mau nenangin pikiran," ujarnya.

Aruna masuk ke kamarnya, dan merebahkan diri di atas ranjang. Otaknya terus berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan Mahendra, dan juga memikirkan rencana untuk menjebak Kastara agar tetap mau menikahinya.

"Aku gak mau masuk penjara," rengeknya.

Bak jatuh tertimpa tangga, itulah yang sedang Aruna alami sekarang. Ditinggalkan oleh Kastara, dan terancam di jebloskan ke dalam penjara oleh Mahendra.

Aruna tidak bisa mengulur waktunya lagi, ia harus segera menjalankan rencananya. Sebelum menjalankan rencananya Aruna terlebih dahulu memastikan jadwal Kastara, jangan sampai ia sudah membuat rencana sedemikian rupa tapi ternyata Kastara tidak pulang ke apartemennya. Aruna menelpon manager Kastara dan menanyakan jadwal liburnya, setelah mendapatkan jawaban Aruna segera menyiapkan sesuatu yang akan ia jadikan alat untuk menjebak Kastara.

*****

Pagi-pagi buta Aruna sudah pergi dari rumahnya, ia membawa beberapa kamera kecil untuk dipasang di kamar Kastara. Kastara hari ini masih berada di luar kota untuk pemotretan, dan baru akan kembali sore atau malam hari.

Sebelum sampai di apartemen Kastara, Aruna menyempatkan diri untuk mampir dulu ke apotik herbal untuk membeli obat perangsang. Obat ini akan ia gunakan untuk menjebak Kastara, karena Aruna yakin jika dalam keadaan sadar Kastara tidak akan mau berhubungan intim dengannya dalam keadaan seperti ini.

Aruna sampai di apartemen Kastara, ia menekan tombol akses kunci kamar dan berharap Kastara belum mengganti passwordnya. Aruna berucap syukur karena Kastara belum mengganti passwordnya, ia segera masuk dan memasang kamera kecil di beberapa sudut kamar Kastara. Satu setengah jam Aruna baru selesai menyelesaikan semuanya, termasuk menaruh obat perangsang di stok minuman Kastara yang ada di kulkas.

Sambil menunggu Kastara datang, Aruna memutuskan untuk mandi dan berdandan secantik mungkin. Aruna ingin membuat Kastara tergila-gila padanya hari ini, dan membuatnya masuk ke dalam rencana gilanya.

"010997, oke mas tunggu di apart kamu aja ya? nanti malem baru kita ke rumah ayah. Mudah-mudahan mobil mas bisa cepet diperbaikin sama orang bengkel," ucapnya lalu memutuskan panggilan telepon.

Anggasta melepas dasi yang menjerat erat lehernya, lalu melepaskan tiga kancing kemeja teratasnya. Anggasta sangat kelelahan karena mengikuti acara di kampus dua hari berturut-turut, Anggasta padahal baru menjadi dosen disana tapi ia sudah di mandatkan beberapa tugas yang cukup berat.

Anggasta meraih satu botol minuman jeruk yang ada di kulkas, dan meneguknya sampai habis. Beberapa menit kemudian Anggasta merasakan sensasi aneh yang menjalar di tubuhnya, tubuhnya terasa panas padahal Anggasta sudah menyalakan AC. Anggasta melepas kemeja dan celana panjangnya lalu melemparkannya secara asal, karena sensasi aneh di tubuhnya semakin menjadi Anggasta memutuskan untuk tidur saja di kamar Kastara. Pandangan mata Anggasta mulai mengabur, kesadaran sudah tidak bisa ia kontrol. Anggasta tersungkur di atas karpet bulu yang ada di kamar Kastara, nafasnya berderu tidak beraturan.

"Loh ini siapa?!"

Aruna terkejut melihat Anggasta, Aruna belum pernah bertemu dengan anggota keluarga Kastara itu sebabnya ia tidak mengenali Anggasta. Sejak SMA Kastara sudah tinggal sendiri, karena pekerjaannya sebagai model di ibukota mengharuskan ia jauh dari keluarganya.

Aruna mendekati Anggasta, dan memastikan kalau Anggasta baik-baik saja. Aruna terkejut saat Anggasta membuka mata, ia sampai terjungkal ke belakang karena Anggasta tiba-tiba terbangun dan menatapnya tajam.

"Eh eh mau ngapain?!"

Aruna panik saat Anggasta mendekat, dari deru nafas Anggasta sepertinya Aruna tau apa yang sedang terjadi padanya.

"Jangan-jangan,"

Belum juga Aruna selesai berpikir tiba-tiba Anggasta menyergap tubuhnya, yang lebih parahnya lagi Aruna kini hanya memakai lingerie dan itu memudahkan Anggasta untuk menjelajahi tubuhnya. Aruna melirik kamera kecil yang ada di meja, karena Aruna yakin saat ini kamera kecil tersebut tengah merekam perbuatannya dengan Anggasta. Namun Aruna tidak dapat keluar dari cengkeraman Anggasta, tenaga Anggasta begitu kuat bahkan lebih kuat dari Kastara. Anggasta sudah seperti kerasukan saat dibawah pengaruh obat perangsang, Aruna sampai kewalahan dan tidak sanggup lagi memberontak. Semakin memberontak justru malah semakin menguras tenaga Aruna, ia akhirnya menyerah dan mengikuti permainan Anggasta. Aruna kini menikmati setiap sentuhan Anggasta yang menjelajah di atas tubuhnya, ia tidak lagi pusing memikirkan rekaman tersebut karena sebelum Kastara datang ia bisa menghapus semuanya. Lagipula Anggasta juga tidak akan mengingat hal ini nanti saat ia sadar, dan Aruna bisa bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Aruna menggiring tubuh Anggasta ke atas ranjang, tanpa melepaskan milik Anggasta yang kini sudah berada di dalam Aruna. Anggasta benar-benar membuat Aruna berada di surga dunia, Aruna bahkan sampai lupa kalau Anggasta tidak menggunakan pengaman saat ini. Dua jam mereka baru selesai bercinta, Anggasta mengeluarkan banyak cairan miliknya di dalam Aruna. Mereka tertidur begitu lelap setelah bercinta, Aruna yang kelelahan tidak sanggup lagi bangkit untuk membersihkan diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status