Share

Chapter 2

Author: Author newbie
last update Huling Na-update: 2022-04-25 17:48:00

"Ide kamu gila, Aruna! lagipula kamu kan udah sering ngelakuin itu sama Kastara. Apa mempan ide itu buat ngancam Kastara supaya dia tetep nikahin kamu?"

"Kita emang sering ngelakuin itu tapi gak ada yang tau kan, udah deh Liz percaya sama aku. Kali ini pasti berhasil," ucapnya dengan penuh percaya diri.

Liza menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir dengan Aruna. Masalah satu saja belum kelar ia malah ingin membuat masalah lain, jika kali ini rencana Aruna tidak berhasil maka Liza harus siap ditendang dari Yvaine management.

"Aku balik dulu ya Liz, capek banget." Aruna meregangkan tubuh dan kaki jenjangnya.

"Ya udah, aku juga mau balik ke apartemen." sahut Liza.

*****

Aruna sampai di rumah mewahnya, rumah mewah yang Mahendra berikan sebagai uang tutup mulut untuknya. Semua kemewahan yang Aruna nikmati saat ini tidak seratus persen hasil kerja kerasnya, sebagian besar Mahendra yang memberikan kemewahan ini padanya saat ia menjadi simpanannya.

"Mamah dimana bi?" tanya Aruna pada asisten rumah tangganya.

"Ada di ruang keluarga, Non Aruna mau bibi buatkan makan malam apa?"

"Enggak usah bi, nanti kalau Aruna mau makan baru Aruna panggil bibi."

"Baik non,"

Baru saja Aruna ingin menghampirinya, tiba-tiba Ayara sudah muncul di hadapannya. Seperti biasa, Ayara tidak perduli dengan masalah apapun yang menimpa Aruna. Ayara menghampiri Aruna bukan untuk menanyakan keadaannya, ia hanya ingin meminta uang Aruna untuk pergi berlibur bersama geng sosialitanya.

"Ayolah nak, kamu kan baru photoshoot di Sumba tiga hari kemarin."

"Iya justru karena baru kemarin mah, bayarannya ya pasti belum turun," sahut Aruna.

"Ya udah kamu minta aja sama Mahendra, ayo dong sayang. Temen-temen mamah mau pada ke Bali, masa mamah gak ikut."

Aruna menghela nafas berat, "Mah, mamah tau gak si kalo aku lagi ada masalah sama Mahendra?"

"Tau kok," jawab Ayara santai.

"Mah kondisi aku tuh lagi di ujung tanduk, harusnya tugas mamah tuh sekarang nenangin aku berdoa biar masalah aku cepet kelar!"

"Iya emangnya mamah bisa berbuat apa Aruna,"

Aruna berdecih kesal, Ayara memang tidak pernah tau bagaimana harus bersikap menjadi seorang ibu. Sejak dulu yang dipikirkan hanya kebahagiaannya sendiri, sejak kecil Arunalah yang selalu berusaha menjadi seorang anak untuk Ayara dan mengesampingkan kebahagiaannya.

"Aruna terancam jatuh miskin dan mungkin bakal masuk penjara karena bermasalah dengan Mahendra, sekarang tolong jangan ganggu Aruna dulu mah. Aruna mau nenangin pikiran," ujarnya.

Aruna masuk ke kamarnya, dan merebahkan diri di atas ranjang. Otaknya terus berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan Mahendra, dan juga memikirkan rencana untuk menjebak Kastara agar tetap mau menikahinya.

"Aku gak mau masuk penjara," rengeknya.

Bak jatuh tertimpa tangga, itulah yang sedang Aruna alami sekarang. Ditinggalkan oleh Kastara, dan terancam di jebloskan ke dalam penjara oleh Mahendra.

Aruna tidak bisa mengulur waktunya lagi, ia harus segera menjalankan rencananya. Sebelum menjalankan rencananya Aruna terlebih dahulu memastikan jadwal Kastara, jangan sampai ia sudah membuat rencana sedemikian rupa tapi ternyata Kastara tidak pulang ke apartemennya. Aruna menelpon manager Kastara dan menanyakan jadwal liburnya, setelah mendapatkan jawaban Aruna segera menyiapkan sesuatu yang akan ia jadikan alat untuk menjebak Kastara.

*****

Pagi-pagi buta Aruna sudah pergi dari rumahnya, ia membawa beberapa kamera kecil untuk dipasang di kamar Kastara. Kastara hari ini masih berada di luar kota untuk pemotretan, dan baru akan kembali sore atau malam hari.

Sebelum sampai di apartemen Kastara, Aruna menyempatkan diri untuk mampir dulu ke apotik herbal untuk membeli obat perangsang. Obat ini akan ia gunakan untuk menjebak Kastara, karena Aruna yakin jika dalam keadaan sadar Kastara tidak akan mau berhubungan intim dengannya dalam keadaan seperti ini.

Aruna sampai di apartemen Kastara, ia menekan tombol akses kunci kamar dan berharap Kastara belum mengganti passwordnya. Aruna berucap syukur karena Kastara belum mengganti passwordnya, ia segera masuk dan memasang kamera kecil di beberapa sudut kamar Kastara. Satu setengah jam Aruna baru selesai menyelesaikan semuanya, termasuk menaruh obat perangsang di stok minuman Kastara yang ada di kulkas.

Sambil menunggu Kastara datang, Aruna memutuskan untuk mandi dan berdandan secantik mungkin. Aruna ingin membuat Kastara tergila-gila padanya hari ini, dan membuatnya masuk ke dalam rencana gilanya.

"010997, oke mas tunggu di apart kamu aja ya? nanti malem baru kita ke rumah ayah. Mudah-mudahan mobil mas bisa cepet diperbaikin sama orang bengkel," ucapnya lalu memutuskan panggilan telepon.

Anggasta melepas dasi yang menjerat erat lehernya, lalu melepaskan tiga kancing kemeja teratasnya. Anggasta sangat kelelahan karena mengikuti acara di kampus dua hari berturut-turut, Anggasta padahal baru menjadi dosen disana tapi ia sudah di mandatkan beberapa tugas yang cukup berat.

Anggasta meraih satu botol minuman jeruk yang ada di kulkas, dan meneguknya sampai habis. Beberapa menit kemudian Anggasta merasakan sensasi aneh yang menjalar di tubuhnya, tubuhnya terasa panas padahal Anggasta sudah menyalakan AC. Anggasta melepas kemeja dan celana panjangnya lalu melemparkannya secara asal, karena sensasi aneh di tubuhnya semakin menjadi Anggasta memutuskan untuk tidur saja di kamar Kastara. Pandangan mata Anggasta mulai mengabur, kesadaran sudah tidak bisa ia kontrol. Anggasta tersungkur di atas karpet bulu yang ada di kamar Kastara, nafasnya berderu tidak beraturan.

"Loh ini siapa?!"

Aruna terkejut melihat Anggasta, Aruna belum pernah bertemu dengan anggota keluarga Kastara itu sebabnya ia tidak mengenali Anggasta. Sejak SMA Kastara sudah tinggal sendiri, karena pekerjaannya sebagai model di ibukota mengharuskan ia jauh dari keluarganya.

Aruna mendekati Anggasta, dan memastikan kalau Anggasta baik-baik saja. Aruna terkejut saat Anggasta membuka mata, ia sampai terjungkal ke belakang karena Anggasta tiba-tiba terbangun dan menatapnya tajam.

"Eh eh mau ngapain?!"

Aruna panik saat Anggasta mendekat, dari deru nafas Anggasta sepertinya Aruna tau apa yang sedang terjadi padanya.

"Jangan-jangan,"

Belum juga Aruna selesai berpikir tiba-tiba Anggasta menyergap tubuhnya, yang lebih parahnya lagi Aruna kini hanya memakai lingerie dan itu memudahkan Anggasta untuk menjelajahi tubuhnya. Aruna melirik kamera kecil yang ada di meja, karena Aruna yakin saat ini kamera kecil tersebut tengah merekam perbuatannya dengan Anggasta. Namun Aruna tidak dapat keluar dari cengkeraman Anggasta, tenaga Anggasta begitu kuat bahkan lebih kuat dari Kastara. Anggasta sudah seperti kerasukan saat dibawah pengaruh obat perangsang, Aruna sampai kewalahan dan tidak sanggup lagi memberontak. Semakin memberontak justru malah semakin menguras tenaga Aruna, ia akhirnya menyerah dan mengikuti permainan Anggasta. Aruna kini menikmati setiap sentuhan Anggasta yang menjelajah di atas tubuhnya, ia tidak lagi pusing memikirkan rekaman tersebut karena sebelum Kastara datang ia bisa menghapus semuanya. Lagipula Anggasta juga tidak akan mengingat hal ini nanti saat ia sadar, dan Aruna bisa bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Aruna menggiring tubuh Anggasta ke atas ranjang, tanpa melepaskan milik Anggasta yang kini sudah berada di dalam Aruna. Anggasta benar-benar membuat Aruna berada di surga dunia, Aruna bahkan sampai lupa kalau Anggasta tidak menggunakan pengaman saat ini. Dua jam mereka baru selesai bercinta, Anggasta mengeluarkan banyak cairan miliknya di dalam Aruna. Mereka tertidur begitu lelap setelah bercinta, Aruna yang kelelahan tidak sanggup lagi bangkit untuk membersihkan diri.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 116 (End)

    Hingga setengah tahun pernikahan, Aruna masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Anggasta memang tidak pernah membahas ataupun menyinggung soal anak, tapi sejujurnya Aruna sudah ingin merasakan kembali rasanya mengandung dan menjadi calon ibu. Saat melihat tetangga yang sedang hamil ataupun memiliki bayi, rasa iri dan sedih di hati Aruna langsung muncul secara bersamaan. Aruna takut jika ia memang benar-benar tidak bisa mengandung dan memiliki anak, Aruna takut jika suatu saat Anggasta berubah pikiran dan menginginkan seorang anak darinya tapi ia tidak bisa mewujudkan yang Anggasta inginkan. "Sayang kamu kenapa?" tanya Anggasta seraya menghapus air mata Aruna."Aku cuma sedih aja, udah setengah tahun umur pernikahan kita tapi gak ada sedikitpun tanda-tanda kalau aku akan hamil.""Gak usah pikirin hal itu sayang, udah aku bilang berkali-kali kan kalau kita memang gak di takdirkan menjadi orang tua aku tetap akan mencintai dan menerima keadaan kamu." Anggasta mengelus pelan

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 115

    Satu minggu kemudian, "Saya terima nikah dan kawinnya Aruna Clarabella Gistara binti Rei Takahiro dengan mas kawin tersebut tunai," ucap Anggasta lantang di hadapan semua saksi dan tamu undangan. "Bagaimana bapak-bapak? sah?" tanya penghulu. Semua orang serempak mengucapkan kata sah, mulai detik ini Aruna resmi menjadi istrinya Anggasta. Setelah ijab qobul selesai, Anggasta membawa Aruna ke meja inti untuk bergabung bersama kedua orang tua mereka. Tidak ada pelaminan disini dan hanya menyediakan meja untuk pengantin beserta keluarga juga meja untuk para tamu undangan, Anggasta sengaja tidak membuat konsep pelaminan karena Aruna tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang. Raja terpaku di balik stir mobil, rasanya berat sekali untuk masuk ke dalam gedung dan melihat Aruna menjadi istri orang lain. Seharusnya ia yang menjadi suami Aruna bukan Anggasta, semua impiannya berantakan karena perjodohannya dengan Celine. Hingga detik ini Raja belum bisa menerima Celine di hatinya meski

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 114

    Pagi hari saat Aruna dan Ayara sedang sarapan, mereka di kejutkan dengan kedatangan Rajasa beserta keluarganya dengan membawa barang hantaran lamaran yang cukup banyak. Ayara memang menyuruh Anggasta menunjukkan keseriusannya pada Aruna dalam waktu dekat, tapi ia tidak menyangka jika Anggasta datang pagi ini juga untuk menunjukkan keseriusannya. "Maaf, saya tidak menyiapkan apapun untuk keluarga pak Rajasa." ucap Ayara kikuk. "Tidak apa-apa Ayara, saya tau Anggasta lupa mengabari kamu karena dia terlalu sibuk kemarin menyiapkan semua ini." sahut Rajasa. Di sebelah Ayara Aruna duduk dengan tatapan tanpa ekspresi menatap semua orang, sedangkan di hadapannya ada Anggasta yang nampak gugup setengah mati. Setelah melewati obrolan panjang lebar antar dua keluarga, kini tinggal Aruna yang menjawab permintaan Rajasa tentang lamaran Anggasta. "Bagaimana sayang? apa kamu menerima lamaran Anggasta?" tanya Ayara karena Aruna tidak kunjung membuka suara. Aruna menarik nafas panjang dan menghe

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 113

    Setelah menghabiskan waktunya seharian bersama Anggasta, kini Aruna tertidur pulas setelah menyantap pancake buatan Anggasta. Meskipun ia belum bisa menerima kehadiran Anggasta, namun kedatangan Anggasta hari ini membuatnya sedikit terhibur setelah beberapa hari ia habiskan sendirian di rumah tanpa teman mengobrol. Saat kedua mata Anggasta hendak terpejam menyusul Aruna, tiba-tiba pintu kamar Aruna di buka oleh seseorang. "Anggasta?!" "Mamah eh maksudnya tante Ayara," "Sedang apa kamu di kamar Aruna, Anggasta?" tanya Ayara berbisik, matanya melotot menatap Anggasta tidak suka. "Tante, kita ngobrol di luar aja ya? Aruna baru aja tertidur." Ayara mengangguk dan melangkah lebih dulu keluar dari kamar Aruna, di ruang tamu ia duduk bagaikan nyonya besar yang siap menginterogasi anak buahnya. Anggasta mengambil posisi duduk bersebrangan dari Ayara, ia sudah siap dengan hal apapun yang akan Ayara katakan padanya bahkan sebuah penghinaan. "Kalau kamu ada di sini, saya bisa tebak pasti k

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 112

    "Alisya," panggil Aruna untuk yang ke sekian kalinya, namun asisten rumah tangganya itu tidak kunjung datang.Aruna cukup kerepotan tanpa seorang perawat yang membantunya untuk berpindah posisi ataupun mengambil barang, apalagi Alisya tidak selalu ada di rumah entah kemana ia pergi. Semenjak Takahiro meninggal pekerja di rumah ini di kurangi hingga tersisa dua orang saja dan satu penjaga keamanan di depan, juga satu orang supir kantor yang di panggil bekerja di rumah jika Ayara sedang membutuhkan supir. "Alisya, Tuti!" panggil Aruna mulai tidak sabaran. Tenggorokan Aruna rasanya sudah kering sekali, tapi air yang tersedia di kamar sudah habis. Entah kemana perginya dua asisten rumah tangga itu, sampai Aruna memanggil dan menunggu hampir setengah jam lamanya mereka tidak kunjung datang juga. Mau tidak mau Aruna terpaksa mengambil air di dapur sendirian jika begini, Aruna menyeret tubuhnya menuju tepi kasur dan saat hendak menyentuh nakas untuk menarik kursi roda pijakan tangannya ter

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 111

    Setelah kemarin Anggasta yang datang, kini gantian Rajasa dan Kinan yang datang menemuinya. Meskipun mereka mengatakan hanya ingin menjenguk keadaannya sekaligus bersilaturahmi, tapi Aruna yakin mereka ingin mencoba meluluhkan hatinya untuk menerima Anggasta kembali dengan cara yang halus. "Gimana kabar kamu nak?" tanya Kinan. "Seperti yang ibu lihat, saya masih di kursi roda sampai sekarang." Aruna tersenyum tipis dengan nada bicara yang sedikit sarkastik. "Oh iya mamah kamu kemana Aruna?" tanya Rajasa. "Mamah masih d Taiwan pak Rajasa, rencananya baru pulang besok." sahut Aruna. "Panggil saja saya ayah seperti dulu, Aruna." "Maaf pak, tapi sekarang Aruna bukan lagi menantu pak Rajasa. Yang lebih berhak memanggil pak Rajasa ayah ya istri mas Anggasta yang selanjutnya nanti," sahut Aruna. Kinan dan Rajasa terdiam sejenak, sepertinya meluluhkan kembali hati Aruna tidak bisa tergesa-gesa tapi mereka tidak mau menyerah demi Anggasta. Untuk mengalihkan pembicaraan, Kinan mengajak

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 110

    "Nona Aruna, itu mas Anggasta kan?" tunjuk supir Ayara ke halaman rumah Takahiro yang sekarang menjadi milik Aruna. Aruna menajamkan penglihatannya di tengah gelapnya halaman rumah, ternyata itu benar-benar Anggasta dengan bola mata yang memerah seperti habis menangis juga kelopak matanya yang sembab. "Pak, tolong bantu saya turun." pinta Aruna. "Nona Aruna mau menemui mas Anggasta?" "Turunkan saja saya pak, jangan banyak tanya." sahutnya. Dari kejauhan Anggasta menatapnya sendu dan penuh kerinduan, ingin rasanya Anggasta memeluk Aruna dan menatap wajah yang selalu ia rindukan selama tiga tahun ini. Hati Anggasta yang selama ini terasa mati saat berhadapan lawan jenis, kini mulai berdesir kembali saat melihat wajah Aruna meskipun Aruna hanya menatapnya tanpa ekspresi."Mau apa mas datang kesini?" tanya Aruna setelah posisinya dekat dengan Anggasta. "Na, kamu apa kabar?" tanya Anggasta. "Aku tanya mas Anggasta mau apa datang kesini?" Anggasta menghela nafas pelan, "Na, apa bena

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 109

    Setelah mengambil keputusan secara matang, Raja dan Aruna akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menyudahi pengobatan Aruna di Jepang. Awalnya keputusan ini di tentang oleh Ayara, tapi setelah Aruna berusaha meyakinkannya akhirnya Ayara mau mengalah dan menerima keputusan mereka. Setelah menempuh perjalanan udara hampir delapan jam, mereka akhirnya tiba di Bandara Soekarno Hatta pada pukul tiga sore. Setelah tiga tahun meninggalkan tanah kelahirannya, Aruna akhirnya kembali lagi dengan kondisi yang sama seperti saat tiga tahun yang lalu ia meninggalkan negara ini. Tidak ada yang menjemput kedatangan mereka di bandara, Ayara sedang melakukan perjalanan bisnis ke Taiwan sedangkan dari pihak keluarga Raja tidak memungkinkan untuk menjemputnya. Firman sedang sibuk-sibuknya mengurus rumah sakit keluarga Hirawan, dan Haga yang sudah menetap di Dubai sejak tiga tahun yang lalu setelah menghadiri acara pernikahan mantan kekasihnya. Raja tidak mempermasalahkan ketidakhadiran kakak-

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 108

    Tiga tahun kemudian,POV Anggasta"Selamat sore pak Anggasta, hati-hati di jalan pulang." sapa penjaga keamanan kampus."Iya terimakasih pak kumis," sahutku.Tiga tahun berlalu aku lewati tanpa kamu, Aruna Clarabella Gistara. Tiga tahun aku lewati rasa sakit dan sepi ini sendirian, dengan di bubuhi sedikit mimpi kalau suatu saat kamu akan kembali padaku dengan senyum cantikmu yang selalu membuatku jatuh cinta. Tiga tahun aku mencoba move on darimu, meski begitu aku tidak pernah berniat mengganti posisi kamu dengan perempuan lain di hati ini. Kamu tetaplah ratu di dalam hatiku, namamu selalu bertakhta indah di hati ini. Bagaimana kabar kamu sekarang sayang? Apa kamu bahagia hidup tanpa aku? Apa kamu sudah menemukan lelaki yang membuatmu bahagia? Aku penasaran, tapi aku juga tidak mau tau karena aku takut cemburu jika tau kamu sudah bahagia bersama lelaki lain. Pernah satu kali aku mencari tau kabarmu lewat dokter Firman, dia bilang kamu bahagia sekarang dan semakin lengket dengan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status