"Tentu saja! Karena dia lebih berguna dari pada kau!"Caroline tersentak. Ia ingin membalas ucapan Luke, namun mulutnya seakan terbungkam. Ia tidak mampu melakukan apa pun. Matanya mulai berkaca-kaca dan dadanya terasa sesak. Ucapan Luke begitu menusuk dadanya."Baiklah kalau menurutmu begitu."Caroline langsung melewati Luke. Ia sama sekali menoleh atau berhenti. Langkahnya tegas menjauh. Luke mengepalkan sebelah tangannya menatap punggung gadis tersebut. Penyesalan karena mengucapkan kalimat itu mulai menyelimutinya."Caroline!" seru Luke.Melihat gadis itu tidak kunjung menoleh, Luke bergegas mengejarnya. Namun sebelah tangannya langsung ditahan oleh Ciel. Gadis itu terlihat sudah sangat lemah. Bahkan untuk berjalan saja tidak sanggup.Secepat mungkin Luke menggendong Ciel. Tubuh gadis itu dua kali lebih ringan dari biasanya. Mungkin karena dia sudah menggunakan semua mananya untuk mengeluarkan kekuatan dari dalam tanah."Aku akan mengantarmu pulang Ciel," bisik Luke.Ciel mengembu
"Selesai!"Viola langsung mengalihkan pandangannya ke arah Luke. Ia termenung sejenak menatap hasil rangkaian bunga pria tersebut. Detik berikutnya, ia mulai mengernyit."Saat ada bunga mawar, mengapa kau memilih geranium untuk dirangkai?" tanya Viola.Luke menatap bunga geranium yang sudah terangkai rapi di dalam vas. Senyumnya perlahan terbit. Lalu ia kembali mengalihkan pandangannya pada Viola."Itu pertanyaan yang bagus, Ibu."Viola mendengus pelan. "Kalau begitu, silakan jawab pertanyaanku.""Saya memilih geranium karena bunga ini memiliki arti harapan baik. Sesuai dengan semua yang saya harapkan," jelas Luke."Apa yang kau harapkan?""Saya harap keluarga ini akan hidup dengan baik tanpa masalah sedikit pun. Saya selalu mengharapkan yang terbaik, bahkan setelah saya pergi."Mata Viola membulat. "Kau ... mau pergi?"Luke langsung tersenyum kaku. Sebisa mungkin ia merekatkan bibirnya agar tidak terbuka lagi. Untung saja di waktu yang tepat, Caroline dan Galiard datang dari arah pin
Luke memandangi lemarinya cukup lama. Cahaya dengan warna yang sulit ditebak membuatnya bingung. Hingga dalam satu helaan napas, ia langsung membukanya.Nampak tiga surat dengan warna berbeda. Dua surat berwarna biru dan satu surat merah. Sebenarnya Luke sedikit merinding saat melihat surat berwarna merah. Sebab biasanya surat itu berisi misi yang sulit."Baiklah, kita mulai dari yang biru. Semoga bukan misi yang merepotkan. Karena sudah malam," gumam Luke.Sebelah tangan Luke langsung menyambar salah satu surat berwarna biru. Jantungnya berdegup cepat, ia sibuk menerka apa yang ada di dalam sana.Begitu surat dibuka, senyum Luke langsung mengembang. Rupanya surat itu berisi informasi kalau ia sudah menyelesaikan misi SSS yakni melindungi Ayah Caroline saat kompetisi pedang."Kalau begitu, poinku sekarang 21. Wah, sekarang aku bisa membeli kekuatan lain!" ujar Luke dengan bahagia.Pandangan Luke tertuju pada surat biru lainnya. Secepat mungkin ia membuka surat tersebut. Senyumnya lagi
"Aku akan membuatmu setuju dalam waktu 1 menit, Putri Deliana."Ciel menelan ludahnya dengan kasar. Walau begitu, ia tetap menggeleng. Joan menyeringai sembari menjambak rambut gadis itu ke belakang. Ia memukul kepala Ciel menggunakan tang yang ada di tangannya."Kau yang memilih. Jangan menyesali pilihanmu!"Ciel meringis saat merasakan nyeri di kepalanya. Darah mulai mengalir dari pelipis ke arah pipinya. Tidak cukup sampai di sana, Ciel dibuat menjerit. Tentu saja jeritannya tidak akan terdengar sampai luar karena ruangan ini dibuat kedap suara.Joan nampak sangat menikmati tiap kali kuku jari tangan Ciel ditarik hingga lepas. Darah segar mengalir bahkan menetes ke lantai putih bersih tersebut. Ciel meronta tiap kali kukunya ditarik dengan tang. Namun Joan tidak menghiraukannya sedikit pun."Ini pilihanmu, Putri Deliana!" seru Joan.Tidak cukup sampai di sana, Joan mengambil sebuah lemon sprei yang biasa digunakan untuk melindungi diri dari penjahat. Joan menyemprotkan cairan lemon
"Tidak ada knop pintu? Bagaimana cara membukanya?""Entahlah. Anda harus mencaritahu sendiri, Kesatria!" jawab Yellowdious dan Bluedious secara bersamaan.Luke mulai bergerak mengelilingi bangunan tersebut. Dahinya mengerut saat tidak ada satu pun akses untuk masuk ke tempat itu. Rasanya benar-benar ganjal."Yellowdious, apa kau bisa membantuku?" tanya Luke."Dengan senang hati, Kesatria.""Coba periksa bagian atap bangunan ini."Yellowdious langsung melesat ke atap. Ia juga sempat terkejut saat melihat bangunan super rapat tersebut. Bahkan cerobong asapnya ditutup dengan semen."Bangunan ini sepertinya didesain sangat tertutup," ujar Yellowdious."Jika lewat atas tidak bisa, bagaimana jika lewat bawah?" saran Bluedious.Luke mengerutkan dahinya. "Bawah?"Mata Luke langsung melebar, ia mengangguk penuh semangat. Bluedious tertawa bangga karena Luke langsung mengerti ucapannya."Ayo kita gali tanahnya!" seru Luke."Ah, itu ... maksudku bukan—"Ucapan Bluedious terhenti saat Yellowdious
"Aku akan membunuh keduanya.""Yellowdious, tolong bawa Ciel ke tempat yang sudah ku katakan sebelumnya. Orang ini nampaknya tidak waras," ujar Luke.Tubuh Ciel langsung melayang ke arah Yellowdious. Setelahnya, gadis itu dibawa pergi meninggalkan Luke dan Bluedious. Luke melepas ranselnya, lalu melemparnya ke sembarang arah."Hei, Bluedious," panggil Luke setengah berbisik."Ya, Kesatria?""Kau tahu 'kan aku tidak punya kekuatan? Semuanya diserap oleh Christoper.""Ya, Kesatria.""Bisa pinjamkan aku kekuatan?" tanya Luke.Bluedious tidak menjawab. Namun tiba-tiba saja tubuh Luke terasa sangat ringan. Layar transparan langsung muncul di hadapan Luke.Tring!Kotak masuk :Anda memperoleh 100% peningkatan kecepatan. Tidak ada cooldown kekuatan. Senyum Luke langsung mengembang. Ini pertama kalinya ia memiliki kekuatan tanpa cooldown seperti teleportasi milik Christoper. Lantas ia mengacungkan ibu jarinya pada Bluedious."Kau memang terbaik! Tahu saja apa yang aku butuhkan.""Jelas saja.
"Kau ... rupanya menyebalkan!" rutuk Joan.Ia menghentikan langkahnya, lalu meraih sabit yang melayang di depannya. Hujan beracun itu langsung menghilang. Luke tidak ingin membuatnya menjadi sia-sia. Secepat mungkin ia melesat ke arah Joan dengan pedang yang sudah berlumuran mana.Jurus ke dua : Luapan amarah naga!Mana berwarna abu-abu itu perlahan berubah menjadi putaran angin. Luke memadukannya dengan kecepatan yang diberikan Bluedious. Setelah jaraknya cukup, ia melakukan tebasan ke leher Joan. Rahang Luke mengeras saat serangannya ditahan dengan sabit.Namun hal yang membuatnya kesal bukan hanya itu. Awan hitam kembali muncul dan mulai menyerap putaran angin dan mana yang ada di sekitar pedangnya. Sebelum seluruh mana yang sudah dikerahkannya diserap habis, ia bergegas mundur menjauh dari awan tersebut."Sial. Awal itu datang lagi," gumam Luke.Ia menatap pedangnya, mana sudah tidak tersisa di sana. Napasnya tersengal-sengal. Ia menyesal karena mengerahkan hampir seluruh mananya
Suara gemuruh dari langit diikuti petir yang menyambar membuat suasana di sekitar tambah mencekam. Seorang pria berambut merah terang nampak tergeletak di atas rerumputan dengan lubang di perutnya. Darah tidak kunjung mengering dan malah mengalir semakin deras. "Inilah akhir kisahmu, Kesatria Luke! Kematian akan segera menjemputmu!" seru Naga emas generasi kedua. Luke, kesatria pemburu naga emas itu masih terus berusaha bangkit. Namun rupanya petir yang kuat kini diarahkan tepat ke tubuh pria tersebut. Hingga kesatria terakhir dalam sejarah pemburu naga emas Rumania itu kehilangan nyawanya. Tidak ... masih belum. Aku harus membunuh naga lemah itu! Luke langsung membuka matanya lebar-lebar. Kini ia berada di tempat yang gelap sendirian. Ia menoleh ke segala arah dengan wajah bingung. Hingga setitik cahaya datang menghampirinya. "Wahai kesatria yang penuh penyesalan. Mengapa Anda menolak untuk pergi ke alam sana?" Luke mengerutkan dahinya. "Siapa? Siapa yang berbicara?" "Saya ada