100 Tugas Kesatria Pemburu Naga

100 Tugas Kesatria Pemburu Naga

Oleh:  Fit  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
60Bab
540Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Luke Ganendra, seorang pemburu naga dari buku dongeng, tiba-tiba saja masuk ke dalam tubuh pria lemah bernama Joan. Ia terpaksa harus menyesuaikan diri dengan kehidupan modern yang berbeda jauh dari tempat asalnya. Keberadaannya di sana bukan tanpa misi. Setiap hari, akan ada surat misterius yang datang dari dalam lemari pakaiannya. Totalnya, ada 100 tugas yang harus ia lakukan. Jika Luke berhasil menyelesaikan semuanya, ia bisa kembali ke dunia asal. Tidak ada tugas yang mudah, terlebih untuk Luke yang saat ini terjebak di tubuh yang lemah. Luke berulang kali hampir mati untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Apa Luke bisa menyelesaikan 100 tugas dan kembali ke dunia asalnya? Lalu, dari mana semua surat itu berasal? (Cover image by AI)

Lihat lebih banyak
100 Tugas Kesatria Pemburu Naga Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Rannn
Ceritany seru tpi ngeselin. orang tua caroline jga kyanya benci bgt sma joan alias luke
2023-12-03 11:21:17
3
60 Bab
01. Terlempar ke dunia asing
Suara gemuruh dari langit diikuti petir yang menyambar membuat suasana di sekitar tambah mencekam. Seorang pria berambut merah terang nampak tergeletak di atas rerumputan dengan lubang di perutnya. Darah tidak kunjung mengering dan malah mengalir semakin deras. "Inilah akhir kisahmu, Kesatria Luke! Kematian akan segera menjemputmu!" seru Naga emas generasi kedua. Luke, kesatria pemburu naga emas itu masih terus berusaha bangkit. Namun rupanya petir yang kuat kini diarahkan tepat ke tubuh pria tersebut. Hingga kesatria terakhir dalam sejarah pemburu naga emas Rumania itu kehilangan nyawanya. Tidak ... masih belum. Aku harus membunuh naga lemah itu! Luke langsung membuka matanya lebar-lebar. Kini ia berada di tempat yang gelap sendirian. Ia menoleh ke segala arah dengan wajah bingung. Hingga setitik cahaya datang menghampirinya. "Wahai kesatria yang penuh penyesalan. Mengapa Anda menolak untuk pergi ke alam sana?" Luke mengerutkan dahinya. "Siapa? Siapa yang berbicara?" "Saya ada
Baca selengkapnya
02. Mencuri hati putri yang sombong
Sudah satu minggu sejak Luke tersesat di dunia yang asing ini. Ia mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan. Hanya saja ia masih belum bisa menerima satu hal.Tubuhnya.Luke mematung sembari memandangi tubuhnya yang kurus seperti hewan kelaparan. Otot kekar dan perut 6 kotak yang semula menjadi ciri khasnya, kini sudah menghilang."Apa yang harus ku lakukan pada orang ini? Tubuhnya seperti mayat hidup," gumam Luke.Tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka. Luke berbalik dan mendapati sosok Caroline yang sudah mendelik. Gadis itu melempar pakaian yang ada di tangannya ke arah Luke."Beraninya kau telanjang di depanku!" jerit Caroline.Luke mengerutkan dahinya. Ia melirik ke arah tubuh telanjangnya. Lalu ia mulai mendekati gadis itu."Memangnya kau belum pernah melihat tubuhku? Kita 'kan sudah bertunangan."Sebelah tangan Luke mulai bergerak menyentuh rambut gadis tersebut. Mata sendunya menatap lurus ke arah daun kering yang menempel di sana. Secepat mungkin Caroline mundur hingga tubuhnya
Baca selengkapnya
03. Perubahan pertama
Luke kembali memasuki ruangan yang beberapa detik ditinggalkannya. Begitu tiba di dalam, ia langsung dihadiahi tatapan penuh kebencian, terutama dari Bran."Untuk apa kau datang ke sini lagi?" tanya Bran.Luke menaikkan sebelah alisnya. "Aku tunangan Caroline. Apa kau butuh alasan lain mengapa aku ada di sini?"Caroline sontak bangun dari tempat duduknya. "Cukup, Joan! Jangan buat keributan!"Akhirnya Luke menuruti ucapan gadis itu dan duduk di kursinya. Ia menatap tajam ke arah Bran. Pria itu nampak sudah sangat akrab dengan kedua orang tua Caroline. Berbeda jauh dengan dirinya.Tiba-tiba saja saat Luke hendak mengambil gelas miliknya, Bran dengan sengaja menyenggol gelas tersebut hingga jatuh ke lantai. Pecahan gelas berserakan ke mana-mana. Viola, ibu Caroline, terlihat sangat marah."Cepat bereskan kekacauan yang kau buat! Dasar orang miskin!" bentak Viola.Luke mengerutkan dahinya. Ia hendak membuka mulutnya, namun melihat tatapan merendahkan dari semua orang, membuatnya memilih
Baca selengkapnya
04. Melindungi Caroline
"Baru surat pertama saja sudah gagal."Luke hanya cemberut sambil memijat kakinya. Cahaya itu sedari tadi terus berputar di kamarnya sembari mengulang kalimat yang sama."Sulit sekali berlari di tubuh yang hanya ada tulang tanpa daging!" kata Luke tidak mau kalah."Waktu untuk tugas ini hanya 3 hari. Jika pada hari ketiga Anda tidak berhasil, maka Anda akan mendapat hukuman."Mata Luke langsung membulat. "Sejak kapan ada waktunya? Aku tidak melihat ada—"Ucapan Luke terhenti saat kertas yang ada di dalam lemarinya itu melayang, lalu berhenti tepat di depan matanya."Perhatikan baik-baik di sudut kiri surat ini. Ada waktunya, bukan?"Luke mendecih dengan wajah kesal. Bisa-bisanya ia tidak melihat hal tersebut. Padahal itu salah satu yang paling penting."Menyebalkan!" kata Luke sembari mengusap wajahnya dengan kasar.Luke mengintip keluar jendela. Langit malam nampak cerah. Sorot matanya menajam, secepat mungkin ia kembali mengganti pakaian dan mengenakan sepatu."Anda mau pergi ke man
Baca selengkapnya
05. Joan menghilang
Luke tersenyum begitu cerah. Padahal saat ini pipinya terluka parah karena tertancap belati. Caroline yang sedang berkunjung sampai terlihat bingung. "Apa kau sangat senang karena bertambah jelek?" kata Caroline. Luke tidak mengatakan apa pun. Ia hanya menatap Caroline dengan senyum yang tidak kunjung luntur. "Berhenti menatapku seperti itu!" seru Caroline sembari melangkan pukulan di bahu Luke. "Aku senang kamu baik-baik saja," kata Luke. Caroline membulatkan matanya. "Jangan berani menggunakan kata kamu padaku! Kita tidak sedekat itu!" Luke menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Itu 'kan cuma kata-kata." "Kau harus bicara formal padaku!" Luke hanya mengangguk saja. Pandangannya kembali menoleh ke arah jendela untuk menikmati cahaya senja. Entah berapa lama ia tidak sadarkan diri. Begitu bangun, waktu sudah sore. "Kau sudah makan, Joan?" tanya Caroline. Luke menoleh, lalu menggeleng. "Memangnya kenapa?" Caroline menunjuk makanan yang ada di meja rumah sakit. "Suster Elle memba
Baca selengkapnya
06. Diselamatkan Caroline
Luke terus berjalan walau kakinya terasa hampir seperti lumpuh. Aroma itu semakin kuat dan masuk ke sebuah bar. Tanpa pikir panjang, ia langsung masuk ke tempat tersebut. Namun tiba-tiba langkahnya dipaksa berhenti oleh dua penjaga bertubuh besar yang langsung menyeretnya kembali keluar. Salah satunya menatap Luke dengan sorot tajam. "Tolong kartu identitasnya." Luke menaikkan kedua alisnya dengan bingung. "Kartu identitas? Apa semacam kartu emas saat naik level?" Dua penjaga itu saling beradu pandang dengan wajah bingung. "Bicara apa orang ini?" "Aku tidak punya kartu seperti yang kalian minta, tapi ..." Luke mendesis pelan saat bau itu mulai samar lagi. "Sial! Sepertinya mereka mau kabur!" Luke memanfaatkan tubuh kecil Joan untuk kabur melalui tengah-tengah kedua penjaga. Ia tidak peduli dengan seruan-seruan penuh ancaman. Saat ini, ia hanya ingin menangkap orang yang memotretnya. Begitu tiba di dalam bar, Luke menoleh ke sana dan ke mari seperti orang bingung. Saat kedua penja
Baca selengkapnya
07. Undangan Pesta Dansa
Matahari masih enggan menampakkan diri, namun Luke sudah berada di taman. Padahal satu pun pekerja masih belum terlihat. Ia berlari kecil dengan penuh semangat. Ia menjilat ujung telunjuknya, lalu mengangkatnya ke udara."Baiklah! Arah anginnya sudah bagus! Saatnya meluncur!" seru Luke.Luke masih bersikeras ingin menyelesaikan tugasnya. Ia berusaha menyimpan seluruh oksigen di dadanya. Jika ia berhasil berlari 3 putaran hari ini, ia akan lebih cepat kembali ke dunianya."Tuan Joan!"Luke sontak menoleh sekilas tanpa menghentikan larinya. Entah mengapa ia sudah terbiasa dengan nama itu. Senyumnya langsung mengembang begitu melihat suster Elle."Suster Elle!" seru Joan."Tuan Joan! Mengapa Anda berlari di taman pagi-pagi sekali?! Anda baru pulang dari rumah sakit seminggu yang lalu!" kata Elle.Wanita itu berlari tergopoh-gopoh dan langsung menarik sebelah tangan Luke hingga terjatuh ke belakang. Untung saja Luke tidak menimpa Elle. Tiba-tiba saja cahaya datang entah dari mana. Ia memu
Baca selengkapnya
08. Peringatan!
Luke membuka surat yang tiba hari ini. Berbeda dengan sebelumnya, amplop kali ini berwarna biru."Sepertinya benar-benar spesial ya," gumam Luke.Menjaga Caroline selama pesta dansa. Tetap berada di sampingnya!Luke tertawa pelan. "Ternyata semua surat ini sama saja, berkaitan dengan Caroline.""Benar. Karena dia adalah gambaran Anda, Tuan Kesatria.""Bagaimana bi—""Merendahkan orang lain, selalu merasa paling hebat dan sempurna, senang mengambil kebahagiaan orang, dan masih banyak lagi."Luke hanya bisa tersenyum getir saat mendengar ucapan cahaya tersebut. Mau mengelak pun tidak ada gunanya. Jika diingat kembali, memang sifatnya seperti itu.Sembari menunggu waktunya berangkat, Luke membuka ponsel yang entah sudah berapa lama tergeletak di meja. Ia tidak pernah membawanya ke mana pun.Luke mencari tahu bagaimana gaya berpakaian pria untuk pesta dansa. Setelah ketemu, ia langsung menghambur ke arah lemari pakaian.~~~Caroline melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 1 s
Baca selengkapnya
09. Pembunuh Cantik
Luke sesekali melirik ke arah Caroline. Sejak mendengar ucapan ayahnya, gadis itu terus bungkam. Matanya menatap lurus ke tengah orang-orang yang sedang menikmati pesta. Begitu musik mulai diputar, Caroline langsung menarik tangan Luke ke tengah lingkaran dansa. "Kau tahu caranya berdansa, 'kan?" tanya Caroline. Luke menggaruk tengkuknya, ia nampak gugup. Sejujurnya ia tidak pernah berdansa sekali pun. Hanya ada satu tarian yang ia bisa, tentu saja tarian pelantikan Kesatria. "Sedikit," jawab Luke. Caroline memutar matanya dengan malas. Ia mulai meletakkan sebelah tangannya ke pundak Luke, sedangkan tangan satunya dibiarkan bergenggaman dengan Luke. Caroline seolah terhipnotis. Pandangannya tidak bisa lepas dari retina biru langit milik pria tersebut. "Aku baru tahu kalau warna matamu seterang ini." Luke menaikkan kedua alisnya dengan bingung. "Ya? Ma-mataku?" "Cepat letakkan tanganmu di pinggangku!" titah Caroline. Luke mengangguk kaku. Walau sudah sering menyentuh wanita di
Baca selengkapnya
10. Penculikan Caroline
Caroline menoleh ke sekelilingnya. Entah sejak kapan ia kehilangan sosok Bran. Padahal sedari tadi, ia ingat sekali sedang bergandengan tangan. Ia ingin keluar dari kerumunan, tapi jalannya seolah tertutup."Bran?!" serunya.Tidak ada sahutan, yang terdengar hanya suara alunan musik dan hiruk pikuk orang-orang berbincang di sekitar. Caroline menelan ludahnya dengan kasar. Ia bisa melihat meja kue lewat celah keramaian, namun ... tidak ada Joan di sana."Joan!!" teriaknya.Tiba-tiba saja pergelangan tangannya dicengkram dari belakang. Ia ditarik paksa menuju ke pintu keluar samping bangunan tersebut."Siapa kalian?!" jerit Caroline sembari meronta.Pria berjas cokelat yang kini berdiri di depannya hanya diam. Sampai akhirnya ia membekap wajah Caroline dengan kain beralkohol. Tidak perlu menunggu lama, Caroline pun tidak sadarkan diri."Bawa ke mobil."~~~Luke membasahi bibir bagian bawahnya. Ia melirik ke sekitar, suasananya begitu tenang. Pasti tidak akan ada orang yang datang ke tem
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status