Malam itu, Revan dan Mang Dadang keluar untuk membeli makan di kantin. Mereka berdua harus melewati kamar mayat. Rasa merinding dirasakan oleh Revan dan Mang Dadang ketika melewatinya. Lampu yang berkedap-kedip dan tidak bersahabat dengan orang-orang yang melewati tempat tersebut. Anehnya kenapa pegawai rumah sakit tidak menggantinya dengan lampu yang baru. Jika lampu menyala terang otomatis tidak ada yang takut melewati tempat itu jika ingin pergi ke kantin.
Selesai membeli nasi rames dan teh hangat tiga bungkus beserta beberapa cemilan, Revan dan Mang Dadang segera kembali ke Pavillium. Mereka harus kembali ke ruang rawat dan melewati kamar mayat. Disaat melewatinya, Mang Dadang seperti merasakan ada seseorang meniup udara dingin di sekitar lehernya dan itu membuat pria tersebut merinding.
Lantas Mang Dadang memberitahukan pada Revan, tapi alangkah terkejutnya Revan ketika dia menoleh ke arah mamang dan mendapati sesu
Aluna dan Revan saling pandang ketika mendapatkan rumah mereka berantakan tidak karuan. Anehnya semua barang yang bisa dijual masih ada. Jika memang maling yang masuk, tentu saja akan ada beberapa barang yang hilang.Lalu siapa yang masuk? Maling ataukah Hantu yang mengacak-acak?Revan dan Aluna melangkah masuk. Kedua memeriksa keseluruhan isi rumah. Tidak ada yang rusak, baik pintu atau jendela terkunci."Siapa yang melakukannya?" gumam Aluna."Aku rasa mungkin dia marah terhadap kita," ucap Revan memunguti barang-barang yang tercecer di lantai. Namun ada yang aneh, kotak musik berpindah tempat di meja makan."Kenapa kotak musik ini ada disini?" Aluna meraih kotak musik tersebut."Kau yakin tidak memindahkannya?" tanya Revan. Aluna menggeleng dan menatap Revan.Aluna kembali meletakkan kotak musiknya di lemari depan, kemudian mereka berdua segera memberes
Mimpi sering juga disebut bunga tidur. Setiap orang pasti pernah mengalaminya, bahkan sebuah mimpi juga mengandung sebuah arti. Lalu bagaimana jika itu adalah mimpi buruk? Apakah akan menimbulkan hal buruk juga?Tante Nita mengalami mimpi buruk malam itu. Di mana dia bermimpi jika si kembar meninggal."Mimpi apa aku ini dan apa arti dari mimpi itu?" lirih Tante Nita saat terbangun mimpi buruknya.Tante Nita mengusap peluh yang membasahi lehernya. Dia menarik napas berkali-kali hingga bunyi detak jantungnya kembali teratur. Tangannya terulur mengambil sebuah gelas yang berisi air putih. Wanita itu meneguknya sedikit demi sedikit."Apa aku harus menyuruh Aluna untuk pindah dari rumah itu?" pikirnya. "Aku pikir mungkin lebih baik kalau dia pindah rumah untuk sementara." Tante Nita membaringkan lagi tubuhnya. Namun, entah kenapa setelah itu dia berteriak histeris.Teriakan Tante Nita membuat B
Hari itu Revan dan Aluna dijemput oleh Mang Dadang untuk menemui Tante Nita. Tidak seperti biasa Tante Nita menyuruh mereka datang dengan perintah yang mendadak.Tante Nita sedang sibuk berbicara pada Bi Inah. Revan menyenggol lengan Aluna, lalu dia menggerakkan kepalanya ke belakang dan menggeserkan kepalanya mendekati kepala Aluna. Terlihat Revan ingin membisikan sesuatu di telinga Aluna."Lun, jangan-jangan kita disuruh buru-buru menikah!" bisik Revan."Ngaco kau ini!" Aluna menghadiahi sebuah tabokan keras pada Revan."Auw!" pekik Revan. "Kau ini kenapa sih?" lanjut Revan bertanya."Ada nyamuk tuh!" sahut Aluna."Cie-cie ... Mas Revan dapat hadiah dari Non Aluna hahaha ... sakit tidak, Mas?" Bi Inah kepo."Tidak, bi. Hanya saja panas!" ucap Revan melirik Aluna."Bi ... tolong buatkan aku minuman yang segar, ya." Aluna mengedipkan matan
Revan membuka matanya, mengumpulkan setiap energi yang ada untuk bangun. Menatap jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Revan meraupkan kedua tangannya ke muka. Sayup-sayup Revan mendengarkan sebuah suara dari luar kamarnya. "Paman dan tante sudah pulang." Revan bangkit dari ranjangnya. "Van ... Revan. Kau masih di rumah 'kan?" teriak Tante Indah. "Masih, tante!" balas Revan berteriak dari dalam kamarnya. Tangannya menarik handuk dari gantungan dan melangkah keluar menuju kamar mandi. "Baru bangun ya, Van?" tanya sang paman. Revan menggaruk-garuk kepalanya. "Iya hehehe ...," ucap Revan nyengir. "Ya sudah kau mandi dulu, setelah itu kita makan bersama." "Sip ...." Revan melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi. Menyalakan shower dan membersihkan seluruh tubuhnya. Selesai mandi Revan langsung bergabung dengan paman dan tantenya.
Revan tergeletak tidak sadarkan diri di lantai. Keadaan rumah si kembar gelap gulita karena listrik padam dan terlebih lagi rumah kosong. Hal itu menjadi tidak ada orang yang menolong Revan. Pagi pun tiba, Aluna kaget ketika akan masuk. "Kenapa pintunya tidak dikunci? Padahal semalam sudah aku pastikan kalau pintu ini terkunci." Revan menatap Mang Dadang. "Non, apa ada maling masuk?" "Bisa jadi, mang." "Biar mamang yang masuk dahulu, Non." Mang Dadang segera membuka pintu lebar dan masuk ke dalam. Aluna mengikuti Mang Dadang di belakang. Baru beberapa langkah, mereka berdua kaget melihat Revan tergeletak di lantai. "Revan!" Aluna bergegas menghampirinya. "Van ... Revan, bangun." Aluna menggoyangkan tubuh Revan. Revan pun kaget seketika, dia langsung bangun dan terlihat seperti orang bingung. "Ja-jangan mendekat!" pekiknya.
"Kau masih memantau rumah itu?" ucap seorang pria."Tentu saja setiap pagi saya selalu memantau. Saya mangkal di sana paling lama tiga puluh menit, pak.""Baiklah. Aku ingin kau tetap pantau atau kau bisa beraksi dengan cara kau sendiri," lanjut pria tersebut menatap anak buahnya, "apa kau sudah punya sebuah rencana?" tanyanya.Pemuda yang berdiri dengan memakai setelan kaos, celana tiga seperempat beserta topi bundar dan handuk kecil yang melingkar di lehernya. Pemuda tersebut menceritakan apa yang terjadi tadi pagi."Dia memesan sesuatu untuk besok pagi," ujarnya."Kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan!" Pria itu menatap sang pemuda dengan tajam."Baik pak, saya akan melakukannya.""Sekarang kau boleh pergi!" Pria itu kembali duduk dan menyalakan sebatang rokok. Memutar kursi yang dia duduki, menatap keluar menembus jendela dan menyilang kan kakinya.
Saat Aluna melangkah mendekati baskom plastik dengan udang yang berceceran di dekatannya, dia menoleh ke arah kiri melihat sebuah bayangan yang tampak seperti bergerak tergelepar seperti ikan yang kehabisan oksigen. Setelahnya kucing itu tidak bergerak sama sekali."Re-Revaan!" teriak Aluna melengking keras seakan membuat rumah itu bergetar. Revan yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil di kepalanya sampai kaget."Ada apa sih? Pagi-pagi sudah teriak-teriak. Bikin orang jantungan saja," celetuk Revan."Ini loh, Van," tunjuk Aluna ke bawah kolong meja. Mata Revan langsung turu ke bawah melihat ada apa gerangan di sana."Iya, aku lihat ada kucing di bawah kolong," sahut Revan lalu membalikkan badannya."Van!" panggil Aluna tegas. "Bukan itu yang aku maksud. Ada yang aneh dengan kucing ini. Coba deh, kau ke sini dan melihatnya sendiri," tutur Aluna.Revan k
Rencana yang sudah dirancang oleh Aiptu Anang akan dilakukan oleh Aluna besok pagi. Mungkin dia akan melihat reaksi kaget dari si tukang sayur ketika melihat dirinya dalam keadaan sehat.Aluna mendudukkan dirinya di karpet ruang depan. Gadis itu menarik napas panjang dan melirik ke arah Revan yang tengah sibuk dengan laptopnya. Revan terlihat sangat fokus menatap layar laptopnya dan jemari tangannya terus bergerak.Dia kembali mendongak ke atas menatap langit-langit plafon eternit. Pikirannya kembali menerawang saat dirinya masih di Belanda. Aluna mengingat kenangan bersama dengan Alena, Revan, dan Bagas.Apakah aku boleh mengeluh? batinnya dalam hati mengingat kenangan semuanya. Menangis pun tidak akan mengembalikan semuanya.Jujur, aku sudah capek dengan ini semua. Tapi, aku tetap harus bertahan dan mengungkap semua kebenarannya. Ini semua demi Alena dan Bagas.