All Chapters of 2.59: Chapter 1 - Chapter 10
62 Chapters
1. Deal
Hari itu cuaca sedikit mendung, gumpalan awan hitam menari-nari di langit, sesekali gumpalan awan hitam itu menutupi sang matahari. Gulungan-gulungan mendung yang sanggup menutupi keindahannya, redup sesaat kemudian menyengat lagi. Seperti itulah keadaan cuaca hari itu, cuaca yang  di bilang masih bisa di ajak bersahabat. Cakrawala kala itu yang cukup exotis.Sebuah mobil Ayla berwarna kuning melaju di jalanan kota, menembus ramainya jalanan kota siang itu. Mobil melaju ke sebuah komplek perumahan dan berhenti di salah satu rumah dengan gaya minimalis modern. Rumah yang berdiri sendiri dengan cat dinding berwarna biru langit dan sedikit kusam warnanya. Mobil berhenti tepat di depan rumah itu, nampak seorang pria mendekati mobil tersebut dan membukakan pintu mobil. Seorang wanita berumur sekitar 40 tahun keluar dari mobil, melepaskan kacamatanya dan menebarkan pandangan matanya ke sebuah rumah yang berdiri di depannya.Wanita berusia 40 tahun nampak be
Read more
2. The Twin
Mobil terparkir di sebuah halaman rumah, seorang security segera menutup gerbang besi raksasa dan kembali lagi masuk ke sebuah pos yang berada dekat dengan gerbang besi itu. Mang Dadang membukakan pintu untuk Tante Nita. Wanita itu segera masuk ke dalam rumah. Mang Dadang yang masih berdiri di ambang pintu kayu dengan ornamen ukir itu masih memikirkan hal-hal yang aneh di rumah yang baru di beli oleh majikannya itu.  "Sungguh aneh," beonya saat mengingat sebuah kotak musik yang terpampang di lemari rumah tersebut. Bulu kuduknya mulai merinding dibuatnya, sesekali dia menggosok-gosok lengannya. "Kenapa aku jadi merinding seperti ini." "Maaanngg!!!" teriak seorang wanita dengan balutan daster dan membawa serbet. "Astaghfirullah!" Mang Dadang tersentak kaget dan men
Read more
3. Schippol
Pagi yang sangat cerah, secerah senyuman manis dari si kembar Aluna dan Alena Pricillia. Kedua gadis itu tampak tengah sibuk mengemas semua barang-barangnya. Mereka berdua menata rapi pakaian-pakaian mereka dan menatanya ke dalam koper. Terlihat begitu jelas raut bahagia terpancar dari muka Aluna dan Alena. Selesai mengemas barang-barang, mereka segera bersiap untuk berangkat menuju bandara. "Aku tidak sabar ingin segera terbang!" ujar Aluna berseri-seri. "Aku pun sama, tak sabar ingin segera sampai di Indonesia," sambung Alena. "Apa kau sudah memberitahu pada Tante Nita, kalau kita terbang hari ini?" tanya Aluna. Alena menggelengkan kepalanya, "aku belum memberitahu Tante Nita. Aku pikir, kita beri kejutan saja pada Tant
Read more
4. Kejutan
Aluna dan Alena akhirnya sampai di rumah Tantenya, yaitu Tante Nita. Benar-benar sebuah kejutan, Pak Suhar yang notabene adalah satpam di rumah tante Nita kaget dengan kemunculan mereka berdua malam itu. "Loh ... Neng Aluna dan Neng Alena, kenapa tidak memberi kabar dulu?" pak Amir terlihat tercengang kaget. "Ssssttt! Kita sengaja Pak, mau memberi surprise!" sahut Aluna. "Apa Tante sudah tidur, Pak?" tanya Alena. "Sepertinya belum, Neng."  "Kalau begitu kita-kita masuk ya, Pak!" Alena menarik kopernya, disusul Aluna. Kedua gadis itu berjalan menuju pintu utama.  Saat keduanya menginjakkan kaki mereka, tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah Mang Dadang.  Mang Dadang terlihat terkejut. Dia hampir saja berteriak, namun si kembar langsung memberi kode. "Sssssttt!!!"  Kedua gadis kembar itu menempelkan jari telunjuknya di bibirnya masing-masing. Mang Dadang pun manggut-manggut. "Si Eneng, k
Read more
5. Rumah Baru
Malam terus menjalar dan bergerak mendekati tengah malam. Si kembar, Aluna dan Alena menarik kursi masing-masing, lalu disusul mang Dadang dan bi Inah yang duduk di kursinya masing-masing. Keempatnya menyantap makanan yang telah dihangatkan oleh bi Inah. Tanpa menimbulkan keberisikan keempat orang tersebut menikmatinya. "Neng Aluna dan Neng Alena apa tidak takut gemuk makan malam jam segini?" tanya mang Dadang. Aluna menatap mang Dadang penuh dengan tanda tanya, "Memangnya kenapa, Mang? Ada yang salah ya, kalau makan malam selarut ini?" imbuhnya. "Katanya, perempuan itu takut kalau makan malam sudah melewati jam 7 malam. Lah ini kan hampir jam 10, Neng." "Ah, mitos itu Mang. Buktinya berat badanku segini terus dari dulu," jelas Alena, disetujui oleh Aluna. "Setuju aku, dari dulu berat badanku gak baik-baik, Mang. Ada yang punya resepnya tidak?" imbuh Aluna.
Read more
6. Bagas dan Revan
Aluna dan Alena nampak sangat senang, ketika mengetahui jika sang Tante memberikan sebuah hadiah berupa rumah untuk mereka tinggali. Kedua gadis kembar itu tak meminta banyak, sebelum pulang mereka memang ingin tinggal sendiri, walaupun hanya mengontrak rumah kecil-kecilan.Kedua gadis kembar itu memang sudah membicarakan ketika mereka masih berada di Belanda. Bahkan sudah curhat dengan Bagas dan Revan tentang keinginan mereka untuk mempunyai rumah sendiri. Akhirnya impian mereka menjadi nyata. Suatu saat ketika mereka berdua akan kembali ke Indonesia, mereka berdua sepakat untuk menyewa rumah kecil-kecilan untuk ditinggali. Rencananya mereka akan menggunakan tabungan mereka berdua untuk menyewa rumah, bahkan Bagas dan Revan pun setuju untuk membantu jika memang biayanya kurang. Namun ternyata, Tante Nita justru sudah membelikan sebuah rumah untuk mereka berdua. Padahal ulangtahun mereka masih beberapa hari lagi.Ketika Aluna dan Alena merasa cocok dengan
Read more
7. Welcome Back!
Pesawat mendarat tepat jam 9 malam. Semua penumpang keluar, termasuk Revan dan Bagas. Malam yang semakin larut saat pesawat mendarat di Bandara Seokarno-Hatta dengan selamat. Revan dan Bagas masih terduduk disebuah bangku sekedar untuk meluruskan otot-ototnya. "Perjalanan yang sangat lama membuat semua badanku pegal-pegal!" keluh Bagas. "Jangan banyak mengeluh!" Revan bangkit, lalu menatap Bagas. "Apa?" ujar Bagas balas menatap Revan dengan penuh tanya. "Kita pulang!" sahut Revan. "Pulang?" Bagas nampak terkejut. "Iya pulang. Memangnya kau mau menginap disini?" tanya Revan. "Apa kita tidak cari penginapan di sekitar Bandara dulu. Aku benar-benar butuh istirahat. Kita pulang besok pagi saja, lagian jarak dari bandara ke rumah juga lumayan jauh," rengek Bagas. Revan pun menimbang-nimbang apa yang dikatakan Bagas. Memang benar jarak d
Read more
8. Satu Kamar Berdua
"Pindah rumah?" seru Bagas dan Revan kompak dan saling pandang ketika dua gadis kembar itu mengutarakan maksudnya. "Tante Nita membelikan rumah untuk kalian berdua?" tanya Revan. Aluna dan Alena mengangguk, "Beliau membelikan rumah itu sebagai hadiah ulang tahun." "Lalu kapan kalian berdua akan menempati rumah tersebut?" tanya Bagas. "Rencananya lusa, kita akan menempatinya," sahut Alena. "Kalian mau ikut membantu kita untuk pindah rumah?" tanya Aluna "Pasti, kita akan membantu kalian!" respon dari Revan. "Memang sih rumahnya tidak terlalu besar, tapi lumayanlah untuk di singgahi," sahut Alena. "Yang penting kalian bisa betah tinggal dirumah tersebut," timpal Revan. "Kalian akan tinggal berdua?" tanya Bagas. "Iya, hanya kita berdua!" sahut Alena. ***
Read more
9. Pekerjaan
Beberapa hari si kembar tinggal di rumah barunya, mereka berdua harus membiasakan diri beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tak hanya itu saja, perumahan yang terbilang elit itu jika malam tiba terasa sangat sepi, berbeda dengan perumahan yang ditinggali oleh Tante Nita, jika malam tiba perumahan itu sangat ramai. Ini yang membuat heran Aluna dan Alena. Mungkin mereka terbiasa dengan  keramaian, apalagi selama tinggal di Belanda, dua gadis kembar ini tinggal di lingkungan yang benar-benar ramai 24 jam. Jadi, ketika mereka pindah dan menempati rumah tersebut, mereka berdua sangat kaget dan harus berusaha beradaptasi di lingkungan baru. Hari itu, hari yang sangat cerah untuk berberes-beres rumah. Aluna dan Alena memang belum ada planing sama sekali. Sebelumnya mereka berdua memang membuat planing, setelah menempati rumah barunya, mereka akan segera mencari pekerjaan. Kedua gadis kembar itu masih sangat san
Read more
10. Sosok Misterius
Sudah berjalan hampir sebulan si kembar menjadi penghuni rumah tersebut, dan mereka sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Selama sebulan itu juga mereka berdua belum mendapatkan panggilan kerja, padahal si kembar sudah melamar di beberapa perusahaan, namun belum ada panggilan kerja sama sekali.Sama halnya dengan Revan dan Bagas yang masih menunggu panggilan kerja, namun mereka berdua menyibukkan diri mereka sendiri. Revan membantu toko buket bunga milik Pamannya, sedangkan Bagas sibuk di kedai orang tuanya.Setelah selesai kerja, mereka berdua menyempatkan diri untuk singgah di rumah si kembar. Bahkan kadang mereka datang membawa makanan beserta cemilan untuk kekasih mereka masing-masing."Wah, Mas Revan dan Mas Bagas itu tidak pernah absen ya nengokin si Eneng," ujar pak Dakir ketika mobil yang dikendarai dua pemuda itu melintasi pos satpam."Pak Dakir mau kacang rebus dan gorengan?" ta
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status