Share

2.

Penulis: Zoya Dmitrovka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 14:35:11

"Jakarta, aku datang!"

Aldebaran Kellendra. Nama itu adalah identitas Abraham Malik yang baru.

Pukul 06:20 pagi. Perjalanan dari Surabaya ke Jakarta hanya memakan waktu 1 jam lebih. Selama di perjalanan, Aldebaran tidak bisa memejamkan mata. Dia terus menerka-nerka kehidupan ibukota yang kata orang penuh warna.

Pesawat sudah mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Aldebaran berada di kabin kelas bisnis. Dia melepaskan sabuk pengaman. Lalu, meraih ponsel.

Aldebaran merasa ada seseorang sedang memperhatikannya. Dengan ditunggangi rasa penasaran, dia pun menoleh ke sisi kiri.

"Aduhai, cantik banget!" Aldebaran memekik terkejut.

Seorang gadis berusia 18 tahun menatapnya. Jantung Aldebaran berdebar kencang.

Tanpa disadari, Aldebaran menyebutkan ciri-ciri fisik si gadis. "Bola mata dan rambut panjang berwarna coklat. Hidung mancung dan kulitnya putih banget. Dia tinggi dan ramping."

Selama 3 tahun berada di tempat pelatihan militer, Aldebaran belum pernah melihat gadis cantik.

Gadis itu masih menatapnya. Aldebaran lantas bersikap sombong. Dia memalingkan wajahnya. Lalu, mengambil tas ransel.

Setelah tidak melihat gadis itu lagi, Aldebaran segera beranjak dari tempat duduknya.

"Eh, apa ini?"

Langkah Aldebaran terhenti. Dia hampir saja menginjak sebuah gelang emas putih dengan desain mahkota mewah bertuliskan Zoya.

Aldebaran membungkuk, lalu mengambil gelang tersebut dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya memegang ponsel.

"Apa ada, Tuan?"

Seorang pramugari menghampiri Aldebaran. Dia tersenyum manis padanya.

"Apakah Anda kehilangan sesuatu?"

"Nggak, cuma ambil HP yang jatuh," sahut Aldebaran, menunjukkan ponsel di tangan kirinya.

***

Aldebaran berada di dalam taksi selama 2 jam. Dia sudah memberikan alamat kepada sopir. Jadi, dia menyandarkan kepala dengan tenang.

"Gelang ini jatuh pas banget di bawah kursi gadis tadi. Apa ini memang punya dia?"

Saat turun dari pesawat, Aldebaran sempat mencari-cari gadis tadi. Tapi, dia tidak menemukannya.

"Zoya." Aldebaran membaca nama yang terukir di gelang. "Apa nama gadis itu Zoya? Aneh banget! Tapi, aku penasaran sama nama lengkapnya."

Aldebaran melihat jam tangannya. Dia merasa tidak tahan lagi duduk lama di dalam taksi.

"Masih jauh nggak, Pak?"

"Ehem, setelah belok kiri, Anda udah sampai di tempat tujuan, Mas," jawab sopir.

Benar saja. Sopir taksi membelokkan mobilnya ke kiri dan mencari Jalan Kenari. Taksi berhenti di depan pos satpam yang berada di sebelah kanan.

Sopir membuka kaca mobil. "Selamat siang, Pak! Saya mau tanya alamat ini."

Sopir menyodorkan kertas milik Aldebaran kepada satpam yang menghampirinya.

"Oh, ini kediaman Pak Adi Wijaya." Satpam menjawab dengan yakin. "Saya akan buka portalnya. Anda ikuti aja jalan utama ini, terus belok kanan di perempatan pertama. Rumahnya ada di sebelah kiri."

"Kalo gitu, makasih, Pak."

Sopir melihat portal perumahan mewah telah terbuka. Taksi segera melaju sesuai dengan arahan satpam. Tidak lama, mereka sudah sampai di depan rumah besar.

Setelah membayar ongkos, Aldebaran turun dari taksi. Dia telah sampai di kediaman Adi Wijaya sesuai perintah komandannya.

"Kamu siapa?!"

Seorang satpam berkulit hitam menghampiri Aldebaran. Dia memperhatikan penampilan Aldebaran dan mencurigainya.

"Saya mau ketemu Pak Adi. Apa Beliau ada?"

"Kamu bilang apa? Hahaha!" Satpam itu menatap Aldebaran sambil tertawa. "Tuan Besar Adi, lebih tepatnya."

Aldebaran dengan cepat membalas tatapan satpam dengan dingin. "Jadi, Beliau ada, nggak?"

"Semua tamu yang mau ketemu sama Tuan Besar Adi harus buat janji dulu. Kamu udah buat janji, belum? Tapi menurutku, orang kayak kamu pasti belum buat janji."

Setelah mengembuskan napas, Aldebaran menjawab, "Saya memang belum buat janji. Tapi, Beliau pasti udah nungguin kedatangan saya."

Satpam mengernyitkan dahi. Dia terlihat menyepelekan Aldebaran.

"Ahmed Baharuddin, cepat kasih tau dia, kalo Aldebaran Kellendra udah dateng!" seru Aldebaran sambil membaca nama satpam yang tersematkan di nametag-nya.

Satpam terdiam, lalu tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha! Kamu pikir, kamu siapa nyuruh-nyuruh aku begitu?!"

'Sial! Mau masuk ke rumah mewah aja susah banget,' keluh Aldebaran dalam hati.

"Jadi, gimana?" Aldebaran mencoba bersabar.

"Kamu bukan kerabat dan bukan partner bisnis Tuan Besar." Ahmed memainkan bola mata, menatap Aldebaran. "Penampilan kamu nggak buruk. Wajah kamu tampan dan bentuk badan kamu proporsional."

Ahmed mendekati Aldebaran. Lalu, berbisik, "Saranku, lebih baik kamu jadi gigolo aja di klub malam. Kerjaannya cuma menghibur Istri-istri atau Tante kesepian aja."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
yah rese,,,liat nanti lu bakalan pingsan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    162

    Cara cepat melenyapkan musuh adalah berkamuflase menjadi bagian dari musuh itu sendiri—2 Billion Dollars.Tak ada yang bisa menduga tujuan utama Aldebaran melakukan kamuflase. Terlebih lagi, dirinya baru saja selamat dari kecelakaan maut yang merenggut lima korban jiwa. Bukan tidak mungkin jika Aldebaran mengalami luka pada tubuhnya. Namun, Aldebaran tetaplah The King yang mampu melakukan segalanya seorang diri, termasuk mengobati luka yang dideritanya."Tuan, tolong dengarkan baik-baik! Karena aku nggak akan mengulanginya dua kali." Aldebaran memperhatikan raut wajah semua orang yang sedang menatapnya dari layar ponsel. "Anda tahu kan, Tuan? Aku pernah kerja di bawah Ezra?""Terus, apa masalahnya?" tanya Sultan, tidak sabar."Si pecundang itu tau banyak hal tentangku, Tuan," sahut Aldebaran dengan nada tinggi. "Bahkan bisa dipastiin bajingan itu tau cara kerjaku."Semua orang tersentak. Penjelasan Aldebaran memang masuk akal. Sultan buka suara. "Saya akan bantu kamu.""Terima k

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    161

    Felix berpikir tentang apa yang akan dia katakan kepada Sultan. Dia tidak ingin dicap sebagai pengkhianatan oleh Sultan dan dua orang lainnya. Namun, suara Aldebaran di seberang telepon membuyarkan semua pemikiran negatifnya."Felix, katakan aja apa yang sebenernya terjadi! Hanya dengan berkata jujur, kamu akan dianggap sebagai seorang manusia berakhlak. Jangan lupa, sifat dasar seorang kesatria adalah selalu berbuat dan berkata jujur.""Ya, Tuan," ujar Felix pelan. "Saya akan berkata sesuai dengan saran Anda.""Ada apa, Felix? Apa yang kamu omongin barusan?" tanya Sultan curiga. Sultan berjalan mendekati Felix yang tampak bimbang."Sebelumnya saya mohon maaf jika lancang," ucap Felix membungkukkan badan."Ngomong aja!" perintah Sultan sambil bertolak pinggang.Suasana tegang menyelimuti ruang kerja Sultan yang luas. Setiap orang bisa mendengarkan deru napas masing-masing.Dengan detak jantung yang tidak beraturan, akhirnya Felix mampu menceritakan awal mula kejadian hari itu."Pagi

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    160

    Siang ini di kediaman keluarga Alexander.Semua orang berkumpul di ruang kerja Sultan. Setelah upacara pemakaman Amanda, Sultan harus menerima fakta tentang anak bungsu mereka."Saya pantas mati, Tuan." Ayu bersimpuh di hadapan Sultan dengan penuh penyesalan. Wanita dengan potongan rambut ala pria itu menundukkan pandangannya. "Demi apapun, saya rela berkorban untuk Nona dan keluarga Anda."Berakhir sudah hidup Ayu. Sebagai salah satu agent wanita yang telah dipercaya Aldebaran untuk menjaga Zoya, dia merasa gagal karena sikap kurang waspadanya. "Kalian semua, keluar!" titah Sultan.Sultan melirik istrinya yang masih menangis didampingi anak ke-2 keluarga Alexander."El dan Felix, kalian tetap di sini! Ada beberapa hal yang ingin saya diskusikan.""Ya, Tuan," sahut El dan Felix bersamaan."Ayu, cepat berdiri!" seru El. "Pergilah istirahat sama Agent Rini." El yang sangat jarang berbelas kasih, entah mengapa saat ini ia begitu memperhatikan salah satu agen wanitanya."Terima kasih,

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    159

    Zoya terhipnotis saat menatap kedua mata indah pria asing itu. Dengan mudahnya dia mengikuti ajakannya. Si pria menutup pintu mobil BMW X6."Ayo jalan!" seru si pria kepada sopir."Ya, Tuan Lanzo," jawab si sopir."Tidurlah, Nona!" perintah pria bernama Lanzo."Ya, aku udah mengantuk," sahut Zoya lemah dan tak lama kemudian dia tertidur.Lanzo tersenyum puas. Dia tahu, misinya tidak akan pernah gagal. Sesuai dengan janji sang tuan, dia akan menerima upah tiga kali lipat dari biasanya jika ia berhasil membawa Zoya sebelum jam 12 siang hari ini ke kediamannya.Hampir 90 menit, Zoya berada di dalam mobil.Kini, mereka tiba di sebuah rumah besar. Pintu gerbang tinggi berwarna keemasan terbuka dengan otomatis. Mobil yang membawa Zoya masuk ke dalam sana. Suasana rindang begitu terasa ketika mobil itu melaju melewati beberapa pohon beringin yang berbaris rapi. Dua orang penjaga pintu gerbang menganggukkan kepala ketika Lanzo membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya serta tersenyum ti

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    158

    Aldebaran menunggu jawaban Felix. Dia sangat yakin Felix tidak akan berkhianat padanya. "Tuan, saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda," sahut Felix pada akhirnya. "Tapi kayaknya, saat ini Tuan Sultan belum bisa terima kenyataan. Itulah yang buat saya ragu untuk menyambungkan telepon Anda padanya," lanjutnya. Felix bersumpah pada dirinya, dia akan selalu setia pada Aldebaran."Felix, kamu di mana sekarang?" tanya Aldebaran, dingin."Saya masih di tempat kejadian, Tuan," jawab Felix. "Polisi menemukan identitas Anda terbakar bersama puing-puing mobil. Tapi, nggak dengan jasad Anda.""Buat surat kematian palsu atas namaku!" Aldebaran sangat tidak sabar ingin mengetahui reaksi Ezra ketika mendengar berita kematiannya. "Terus, buatin identitas baru!""Ya, Tuan," sahut Felix. "Sekarang, apa rencana Anda? Di mana Anda akan tinggal?""Itu bukan masalah besar, Felix. Aku bisa tinggal di mana aja." Aldebaran teringat masa lalunya yang kelam ketika berusia 15 tahun. Aldebar

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    157

    Situasi terkini di jalan bebas hambatan Jakarta-Bekasi belum kondusif. Aldebaran berdiri di pinggir jalan bebas hambatan KM 6. Aldebaran keluar dari pagar pembatas jalan. Tak lama kemudian, dia melihat beberapa petugas medis berdatangan untuk mengevakuasi korban kecelakaan lalu lintas yang disebabkan olehnya. Beberapa orang polisi segera memasang garis berwarna kuning untuk mencegah siapapun memasuki area itu. Aldebaran melihat dua detektif sedang bekerjasama dengan anggota kepolisian setempat guna menyelidiki kasus yang merenggut, setidaknya lima korban jiwa.Si jago merah melalap habis Mobil Range Rover yang dikendarai Aldebaran. Pikiran Aldebaran saat ini hanya tertuju pada keselamatan Zoya. Namun, dia juga memikirkan hal lain. Yaitu mengubah rencana."Oke, Ezra! Mulai saat ini, aku akan ubah cara kerja," ujar Aldebaran. Aldebaran berjalan meninggalkan tempat kejadian perkara. Namun sebelum itu, dia sempat melihat senjata yang dibawanya. "Kayaknya senjata ini udah nggak bergu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status