Share

2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan
2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan
Author: Zoya Dmitrovka

1.

last update Last Updated: 2024-11-13 14:34:42

"Komandan ngapain manggil aku?"

Seorang pria berdiri di depan kantor sang komandan di pelatihan tembak, Surabaya. Dia memakai pakaian hitam lengkap dengan baret ungu di kepalanya.

Dia merapikan pakaian sebentar, lalu mengetuk pintunya.

"Masuk!"

Setelah mendengar sahutan dari dalam, dia segera membuka pintu. Dia melangkah masuk mendekati sang komandan yang berdiri membelakanginya.

Sang komandan berbalik. "Abraham Malik!" panggil Erick Sanjaya.

Abraham Malik, 21 tahun. Dia memiliki perawakan ideal sebagai syarat masuk ke sekolah militer. Tingginya 185 cm dan berat badan 65 kg.

Reflek, Abraham menjawab dengan lantang. "Siap, Komandan!" Dia menatap Erick. "Benarkah Anda memanggil saya?"

"Kamu sudah dua tahun mengikuti sekolah militer di sini. Kamu juga sudah mengikuti latihan pasukan khusus. Apa kamu puas dengan prestasi yang telah tercapai dalam satu tahun ini?"

"Maaf, Komandan. Meskipun saya mengikuti latihan pasukan khusus, tapi saya bergabung di pasukan ini baru satu tahun."

Abraham menjawab dengan yakin. Kedua matanya dipenuhi dengan ambisi.

"Jadi, saya masih harus terus melatih kemampuan saya," ujar Abraham kemudian.

Tatapan Erick penuh dengan tanda tanya. Abraham berusaha menerjemahkannya. Bagaimana pun juga, dia masih ingin belajar dan mencuri beberapa ilmu lagi sampai merasa puas.

"Hahaha ...."

Erick tertawa. Dia duduk di kursinya sambil melipat kedua tangan. Kemudian, dia membakar rokok.

"Untuk seorang pasukan khusus, ego kamu memang tinggi," kata Erick sambil menghisap rokoknya.

"Entah itu bisa dibilang ego atau rendah diri. Tapi yang saya tangkap dari cara kamu bersikap dan berbicara, kamu punya ego yang luar biasa dan nggak dimiliki oleh semua orang!" seru Erick kemudian.

"Terima kasih untuk pujian Anda, Komandan," sahut Malik.

Wajah rupawan dan rambut hitam dengan model khas tentara. Pandangan mata Abraham selalu tajam sama seperti pendengarannya.

"Kamu sudah lulus ujian untuk menjadi seorang sniper dengan nilai tertinggi. Kamu juga sudah diberikan kode nama. Saya rasa, kamu tahu!"

Seorang sniper harus menguasai latihan tempur dari berbagai medan darat, laut dan udara. Secara total, dia harus mahir latihan tempur, baik jarak dekat maupun jarak jauh. Tentunya, para sniper juga harus menguasai berbagai macam senjata, bahkan lima jenis senjata paling mematikan yang ada di dunia.

Selain serangkaian latihan fisik, Abraham telah melalui latihan menembak selama 50 jam. Hasilnya, dia meraih poin tertinggi diantara teman-temannya.

"Ya, saya sudah tahu," jawab Malik dengan pembawaan yang tenang.

Erick masih berniat ingin bertanya. Jadi, dia tidak segan-segan memberikan pertanyaan kepada Abraham.

"Tapi, apa kamu tahu? Tiga hal paling utama untuk menjadi seorang sniper?"

Abraham mengangguk. "Kesabaran, cara mengatur pernapasan dan tahan mental."

Benar! Semua jawaban Abraham benar. Karena menurut penelitian, tujuh dari sepuluh orang sniper mengalami gangguan jiwa.

"Lalu, hal apa yang sangat diharamkan oleh pasukan kita?" tanya Erick lagi.

"Membongkar identitas," jawab Abraham, cepat.

Dengan IQ di atas rata-rata, Abraham mampu menjawab berbagai pertanyaan dengan mudah dan tepat. Tidak hanya itu, Abraham selalu tepat menghitung kecepatan dan arah angin di manapun dia berada.

"Sekarang, kamu sudah resmi menjadi tentara bayaran sesuai keinginanmu. Ingat, akan ada seorang broker yang menghubungi kamu untuk memberitahu tugas pertama dan tugas-tugas selanjutnya!"

Menjadi bagian dari salah satu pasukan elit di negaranya sendiri adalah cita-cita Abraham sejak remaja. Sekarang, dia telah sukses meraihnya, bukan?

"Siap, Komandan!"

Tegas dan lugas. Suara Abraham memiliki cirinya tersendiri. Erick memang sangat menyukainya.

Begitu juga dengan teman seperjuangan Abraham. Mereka merasa, Abraham pantas mendapatkan julukan ataupun pujian. Karena semua yang dimiliki oleh sniper melekat pada dirinya.

"Bagus. Pergilah, The King!" perintah Erick. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celana.

Abraham yang semula ingin melangkah pergi, mengurungkan niatnya. Dia terkejut saat Erick memanggilnya dengan kode nama baru.

Abraham berbalik dan menatap Erick. Kemudian berkata, "Terima kasih, Komandan."

The King, kode nama yang disematkan pada Abraham. Karena kemampuan menembak dan berkamuflase yang dia miliki begitu hebat.

Sesuai perintah Erick, Abraham keluar dari kantor dengan membawa beberapa dokumen yang berisi identitas barunya. Karena dia tidak lagi memakai nama Abraham Malik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
lanjut,,kita ciriin the king,,bkin aku salbrut ga yah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    162

    Cara cepat melenyapkan musuh adalah berkamuflase menjadi bagian dari musuh itu sendiri—2 Billion Dollars.Tak ada yang bisa menduga tujuan utama Aldebaran melakukan kamuflase. Terlebih lagi, dirinya baru saja selamat dari kecelakaan maut yang merenggut lima korban jiwa. Bukan tidak mungkin jika Aldebaran mengalami luka pada tubuhnya. Namun, Aldebaran tetaplah The King yang mampu melakukan segalanya seorang diri, termasuk mengobati luka yang dideritanya."Tuan, tolong dengarkan baik-baik! Karena aku nggak akan mengulanginya dua kali." Aldebaran memperhatikan raut wajah semua orang yang sedang menatapnya dari layar ponsel. "Anda tahu kan, Tuan? Aku pernah kerja di bawah Ezra?""Terus, apa masalahnya?" tanya Sultan, tidak sabar."Si pecundang itu tau banyak hal tentangku, Tuan," sahut Aldebaran dengan nada tinggi. "Bahkan bisa dipastiin bajingan itu tau cara kerjaku."Semua orang tersentak. Penjelasan Aldebaran memang masuk akal. Sultan buka suara. "Saya akan bantu kamu.""Terima k

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    161

    Felix berpikir tentang apa yang akan dia katakan kepada Sultan. Dia tidak ingin dicap sebagai pengkhianatan oleh Sultan dan dua orang lainnya. Namun, suara Aldebaran di seberang telepon membuyarkan semua pemikiran negatifnya."Felix, katakan aja apa yang sebenernya terjadi! Hanya dengan berkata jujur, kamu akan dianggap sebagai seorang manusia berakhlak. Jangan lupa, sifat dasar seorang kesatria adalah selalu berbuat dan berkata jujur.""Ya, Tuan," ujar Felix pelan. "Saya akan berkata sesuai dengan saran Anda.""Ada apa, Felix? Apa yang kamu omongin barusan?" tanya Sultan curiga. Sultan berjalan mendekati Felix yang tampak bimbang."Sebelumnya saya mohon maaf jika lancang," ucap Felix membungkukkan badan."Ngomong aja!" perintah Sultan sambil bertolak pinggang.Suasana tegang menyelimuti ruang kerja Sultan yang luas. Setiap orang bisa mendengarkan deru napas masing-masing.Dengan detak jantung yang tidak beraturan, akhirnya Felix mampu menceritakan awal mula kejadian hari itu."Pagi

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    160

    Siang ini di kediaman keluarga Alexander.Semua orang berkumpul di ruang kerja Sultan. Setelah upacara pemakaman Amanda, Sultan harus menerima fakta tentang anak bungsu mereka."Saya pantas mati, Tuan." Ayu bersimpuh di hadapan Sultan dengan penuh penyesalan. Wanita dengan potongan rambut ala pria itu menundukkan pandangannya. "Demi apapun, saya rela berkorban untuk Nona dan keluarga Anda."Berakhir sudah hidup Ayu. Sebagai salah satu agent wanita yang telah dipercaya Aldebaran untuk menjaga Zoya, dia merasa gagal karena sikap kurang waspadanya. "Kalian semua, keluar!" titah Sultan.Sultan melirik istrinya yang masih menangis didampingi anak ke-2 keluarga Alexander."El dan Felix, kalian tetap di sini! Ada beberapa hal yang ingin saya diskusikan.""Ya, Tuan," sahut El dan Felix bersamaan."Ayu, cepat berdiri!" seru El. "Pergilah istirahat sama Agent Rini." El yang sangat jarang berbelas kasih, entah mengapa saat ini ia begitu memperhatikan salah satu agen wanitanya."Terima kasih,

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    159

    Zoya terhipnotis saat menatap kedua mata indah pria asing itu. Dengan mudahnya dia mengikuti ajakannya. Si pria menutup pintu mobil BMW X6."Ayo jalan!" seru si pria kepada sopir."Ya, Tuan Lanzo," jawab si sopir."Tidurlah, Nona!" perintah pria bernama Lanzo."Ya, aku udah mengantuk," sahut Zoya lemah dan tak lama kemudian dia tertidur.Lanzo tersenyum puas. Dia tahu, misinya tidak akan pernah gagal. Sesuai dengan janji sang tuan, dia akan menerima upah tiga kali lipat dari biasanya jika ia berhasil membawa Zoya sebelum jam 12 siang hari ini ke kediamannya.Hampir 90 menit, Zoya berada di dalam mobil.Kini, mereka tiba di sebuah rumah besar. Pintu gerbang tinggi berwarna keemasan terbuka dengan otomatis. Mobil yang membawa Zoya masuk ke dalam sana. Suasana rindang begitu terasa ketika mobil itu melaju melewati beberapa pohon beringin yang berbaris rapi. Dua orang penjaga pintu gerbang menganggukkan kepala ketika Lanzo membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya serta tersenyum ti

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    158

    Aldebaran menunggu jawaban Felix. Dia sangat yakin Felix tidak akan berkhianat padanya. "Tuan, saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda," sahut Felix pada akhirnya. "Tapi kayaknya, saat ini Tuan Sultan belum bisa terima kenyataan. Itulah yang buat saya ragu untuk menyambungkan telepon Anda padanya," lanjutnya. Felix bersumpah pada dirinya, dia akan selalu setia pada Aldebaran."Felix, kamu di mana sekarang?" tanya Aldebaran, dingin."Saya masih di tempat kejadian, Tuan," jawab Felix. "Polisi menemukan identitas Anda terbakar bersama puing-puing mobil. Tapi, nggak dengan jasad Anda.""Buat surat kematian palsu atas namaku!" Aldebaran sangat tidak sabar ingin mengetahui reaksi Ezra ketika mendengar berita kematiannya. "Terus, buatin identitas baru!""Ya, Tuan," sahut Felix. "Sekarang, apa rencana Anda? Di mana Anda akan tinggal?""Itu bukan masalah besar, Felix. Aku bisa tinggal di mana aja." Aldebaran teringat masa lalunya yang kelam ketika berusia 15 tahun. Aldebar

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    157

    Situasi terkini di jalan bebas hambatan Jakarta-Bekasi belum kondusif. Aldebaran berdiri di pinggir jalan bebas hambatan KM 6. Aldebaran keluar dari pagar pembatas jalan. Tak lama kemudian, dia melihat beberapa petugas medis berdatangan untuk mengevakuasi korban kecelakaan lalu lintas yang disebabkan olehnya. Beberapa orang polisi segera memasang garis berwarna kuning untuk mencegah siapapun memasuki area itu. Aldebaran melihat dua detektif sedang bekerjasama dengan anggota kepolisian setempat guna menyelidiki kasus yang merenggut, setidaknya lima korban jiwa.Si jago merah melalap habis Mobil Range Rover yang dikendarai Aldebaran. Pikiran Aldebaran saat ini hanya tertuju pada keselamatan Zoya. Namun, dia juga memikirkan hal lain. Yaitu mengubah rencana."Oke, Ezra! Mulai saat ini, aku akan ubah cara kerja," ujar Aldebaran. Aldebaran berjalan meninggalkan tempat kejadian perkara. Namun sebelum itu, dia sempat melihat senjata yang dibawanya. "Kayaknya senjata ini udah nggak bergu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status