Share

3.

last update Last Updated: 2024-11-13 14:35:37

Wajah Aldebaran masam. Dia melihat Ahmed membuang ludah di sampingnya.

Aldebaran mengepalkan kedua tangan kuat-kuat. Dia hendak meraih leher satpam, tetapi niatnya terhalang setelah mendengar seseorang berteriak.

Muncul pria jangkung dari dalam rumah.

"Udin!" panggil si pria jangkung.

"Apaan?" sahut Ahmed. "Ganggu aja!"

Si pria jangkung mendekati Ahmed. "Tamu penting Tuan Besar udah dateng belum?"

Ahmed mulai mencurigai Aldebaran. "Namanya siapa? Dari tadi nggak ada tamu yang dateng."

"Kalau nggak salah, namanya Aldebaran Kellendra," sahut si jangkung.

Ahmed tercengang. "Hah?!"

Kedua mata Ahmed mengarah kepada Aldebaran. Pria jangkung pun mengikuti arah pandang Ahmed dan dia mengerti.

Aldebaran yakin, Ahmed sudah tahu identitasnya sebagai tamu penting Adi Wijaya.

Jangkung mendekati Aldebaran. "Apa kamu Aldebaran Kellendra?"

"Iya," jawab Aldebaran, santai.

"Ayo cepat ikuti saya! Tuan Besar Adi udah nunggu kamu dari tadi pagi."

Aldebaran tidak banyak berbicara. Dia menyeringai puas menatap Ahmed yang tampak malu, lalu pergi mengikuti si jangkung.

***

Saat mereka melewati koridor sepi, Aldebaran bertanya, "Pak, kamu Ronald Syahputra bukan?"

Jangkung menghentikan langkah. Dia berbalik.

"Dari mana kamu tau nama saya?" tanya Jangkung, bingung. "Apa Ahmed yang kasih tau?"

"Oh, nggak," sanggah Aldebaran. "Apa kamu lupa sama aku?"

Ditatapnya Aldebaran lekat-lekat. Pria di depannya ini baru saja dijumpai Ronald di halaman depan. Jadi, Ronald masih saja tidak mengenalinya.

Dengan sikap waspada, Ronald bertanya, "Siapa kamu?"

"Aku ... Abraham Malik." Aldebaran menjawab dengan setengah berbisik.

"Hah?! Abraham Malik?!"

Ronald terkejut bukan main. Dia lantas melangkah mundur.

Aldebaran menempelkan jari telunjuk di bibir. "Jangan berisik! Nggak ada yang tau identitas asliku, selain kamu."

Aldebaran senang bertemu dengan Ronald. Dia adalah seniornya selama di masa pelatihan militer.

"Aku tau. Aku juga punya nama samaran kayak kamu," balas Ronald.

"Apa? Aku ingin tau."

Ronald tersenyum tipis. "Ron Dinata. Kode namaku Red Devil," jawab Ronald. "Ayo buruan! Tuan Besar pasti marah kalo kelamaan nunggu."

Aldebaran paham. Seperti dirinya, Aldebaran tidak boleh memanggil Ronald dengan nama aslinya. Aldebaran berjalan mengimbangi langkah Ronald yang semakin cepat.

"Bersikaplah sewajarnya dan jangan terlalu dekat denganku!"

Saat mengatakannya, Ron menatap Aldebaran sambil diam-diam memikirkannya. Apakah mereka dulunya dekat atau tidak?

"Ya," sahut Aldebaran.

Mereka melewati ruang bioskop keluarga dengan desain klasik perpaduan warna gold dan krem. Setelah berbelok, mereka menyusuri lorong panjang serba putih. Terpampang beberapa lukisan yang menggantung di sebelah kanan.

Aldebaran memperhatikan lukisan-lukisan tersebut. Ada dua buah lukisan yang menarik perhatiannya. Yaitu lukisan dengan aliran impresionisme karya Claude Monet dari Prancis.

Aldebaran melihat satu-satunya pintu di paling ujung. Ron sudah berdiri di sana. Aldebaran segera menyusulnya.

Ron mengetuk pintunya.

"Masuk!" Suara penuh wibawa terdengar dari dalam.

Ron membuka pintu diikuti oleh Aldebaran di belakangnya.

Terlihat seorang pria berkumis dengan wajah ditekuk. Jika diterka-terka, usianya mencapai 50 tahun atau bahkan lebih.

Dia adalah Adi Wijaya. Di samping kanan dan kirinya, terdapat dua bodyguard berkepala plontos.

"Tuan Besar, tamu Anda sudah datang," ucap Ron, membungkuk.

Adi Wijaya menatap Aldebaran dan mengangguk perlahan.

"Kalian semua keluar, kecuali tamu saya!"

Adi duduk bersandar. Dia mengusap dagunya pelan sambil memandangi Aldebaran.

Setelah semua orang keluar, Adi duduk tegak dengan kedua tangannya di atas meja.

"Kamu Aldebaran Kellendra?"

Aldebaran tersentak saat mendengar suara berat yang terdengar tegang. Suaranya sangat berbeda dengan suara wibawa yang Aldebaran dengar sebelumnya.

"Ya."

Tegas. Itulah kesan pertama yang Aldebaran tunjukan kepada Adi.

"Apa yang buat kamu lama sampai di sini? Apa alamat saya nggak cukup jelas?"

"Bukan. Bukan begitu, Tuan," jawab Aldebaran. "Sayaー"

Adi tahu, pria yang berdiri di depannya adalah sniper terbaik yang dimiliki pasukan rahasia negeri ini. Jadi, dia sangat penasaran dengan kemampuan Aldebaran.

"Kamu nggak perlu jawab. Ron akan mengantarkan kamu ke tempat tinggal sementara sampai mendapatkan misi pertama. Saya ingin kamu membuktikan omongan Erick Sanjaya kalo kamu adalah sniper terbaik mereka."

Aldebaran menyipitkan mata. "Anda kenal sama Komandan saya?"

Adi merasa tidak senang. Ekspresi wajahnya berubah masam.

"Apa Ron nggak ngasih tau kamu?! Nggak ada seorang pun yang boleh bertanya. Semua orang di sini hanya berbicara kalo ditanya. Selebihnya, semua orang harus membungkam mulut mereka!"

Aldebaran terdiam. Kemudian, mengangguk.

Adi memanggil Ron dan kedua bodyguard. Saat mereka masuk, Adi menatap Ron.

"Ron, kasih tau dia tentang peraturan di sini dan pantau dia!" perintah Adi. "Saya nggak suka ada kesalahan."

"Baik, Tuan." Ron menoleh kepada Aldebaran. "Ayo ikut aku!"

Saat Adi menatapnya, Aldebaran langsung membungkuk. Dia menyunggingkan senyum tipis.

"Tuan Adi, saya benar-benar kagum sama Anda. Sama seperti kekaguman saya terhadap dua lukisan karya Claude Monet yang menggantung di lorong."

Aldebaran berjalan mengikuti Ron keluar dari ruang kerja Adi. Aldebaran ingin tahu reaksi Adi setelah dia menyinggungnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
tengil,,,baru ada yg berani ky ny
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    162

    Cara cepat melenyapkan musuh adalah berkamuflase menjadi bagian dari musuh itu sendiri—2 Billion Dollars.Tak ada yang bisa menduga tujuan utama Aldebaran melakukan kamuflase. Terlebih lagi, dirinya baru saja selamat dari kecelakaan maut yang merenggut lima korban jiwa. Bukan tidak mungkin jika Aldebaran mengalami luka pada tubuhnya. Namun, Aldebaran tetaplah The King yang mampu melakukan segalanya seorang diri, termasuk mengobati luka yang dideritanya."Tuan, tolong dengarkan baik-baik! Karena aku nggak akan mengulanginya dua kali." Aldebaran memperhatikan raut wajah semua orang yang sedang menatapnya dari layar ponsel. "Anda tahu kan, Tuan? Aku pernah kerja di bawah Ezra?""Terus, apa masalahnya?" tanya Sultan, tidak sabar."Si pecundang itu tau banyak hal tentangku, Tuan," sahut Aldebaran dengan nada tinggi. "Bahkan bisa dipastiin bajingan itu tau cara kerjaku."Semua orang tersentak. Penjelasan Aldebaran memang masuk akal. Sultan buka suara. "Saya akan bantu kamu.""Terima k

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    161

    Felix berpikir tentang apa yang akan dia katakan kepada Sultan. Dia tidak ingin dicap sebagai pengkhianatan oleh Sultan dan dua orang lainnya. Namun, suara Aldebaran di seberang telepon membuyarkan semua pemikiran negatifnya."Felix, katakan aja apa yang sebenernya terjadi! Hanya dengan berkata jujur, kamu akan dianggap sebagai seorang manusia berakhlak. Jangan lupa, sifat dasar seorang kesatria adalah selalu berbuat dan berkata jujur.""Ya, Tuan," ujar Felix pelan. "Saya akan berkata sesuai dengan saran Anda.""Ada apa, Felix? Apa yang kamu omongin barusan?" tanya Sultan curiga. Sultan berjalan mendekati Felix yang tampak bimbang."Sebelumnya saya mohon maaf jika lancang," ucap Felix membungkukkan badan."Ngomong aja!" perintah Sultan sambil bertolak pinggang.Suasana tegang menyelimuti ruang kerja Sultan yang luas. Setiap orang bisa mendengarkan deru napas masing-masing.Dengan detak jantung yang tidak beraturan, akhirnya Felix mampu menceritakan awal mula kejadian hari itu."Pagi

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    160

    Siang ini di kediaman keluarga Alexander.Semua orang berkumpul di ruang kerja Sultan. Setelah upacara pemakaman Amanda, Sultan harus menerima fakta tentang anak bungsu mereka."Saya pantas mati, Tuan." Ayu bersimpuh di hadapan Sultan dengan penuh penyesalan. Wanita dengan potongan rambut ala pria itu menundukkan pandangannya. "Demi apapun, saya rela berkorban untuk Nona dan keluarga Anda."Berakhir sudah hidup Ayu. Sebagai salah satu agent wanita yang telah dipercaya Aldebaran untuk menjaga Zoya, dia merasa gagal karena sikap kurang waspadanya. "Kalian semua, keluar!" titah Sultan.Sultan melirik istrinya yang masih menangis didampingi anak ke-2 keluarga Alexander."El dan Felix, kalian tetap di sini! Ada beberapa hal yang ingin saya diskusikan.""Ya, Tuan," sahut El dan Felix bersamaan."Ayu, cepat berdiri!" seru El. "Pergilah istirahat sama Agent Rini." El yang sangat jarang berbelas kasih, entah mengapa saat ini ia begitu memperhatikan salah satu agen wanitanya."Terima kasih,

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    159

    Zoya terhipnotis saat menatap kedua mata indah pria asing itu. Dengan mudahnya dia mengikuti ajakannya. Si pria menutup pintu mobil BMW X6."Ayo jalan!" seru si pria kepada sopir."Ya, Tuan Lanzo," jawab si sopir."Tidurlah, Nona!" perintah pria bernama Lanzo."Ya, aku udah mengantuk," sahut Zoya lemah dan tak lama kemudian dia tertidur.Lanzo tersenyum puas. Dia tahu, misinya tidak akan pernah gagal. Sesuai dengan janji sang tuan, dia akan menerima upah tiga kali lipat dari biasanya jika ia berhasil membawa Zoya sebelum jam 12 siang hari ini ke kediamannya.Hampir 90 menit, Zoya berada di dalam mobil.Kini, mereka tiba di sebuah rumah besar. Pintu gerbang tinggi berwarna keemasan terbuka dengan otomatis. Mobil yang membawa Zoya masuk ke dalam sana. Suasana rindang begitu terasa ketika mobil itu melaju melewati beberapa pohon beringin yang berbaris rapi. Dua orang penjaga pintu gerbang menganggukkan kepala ketika Lanzo membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya serta tersenyum ti

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    158

    Aldebaran menunggu jawaban Felix. Dia sangat yakin Felix tidak akan berkhianat padanya. "Tuan, saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda," sahut Felix pada akhirnya. "Tapi kayaknya, saat ini Tuan Sultan belum bisa terima kenyataan. Itulah yang buat saya ragu untuk menyambungkan telepon Anda padanya," lanjutnya. Felix bersumpah pada dirinya, dia akan selalu setia pada Aldebaran."Felix, kamu di mana sekarang?" tanya Aldebaran, dingin."Saya masih di tempat kejadian, Tuan," jawab Felix. "Polisi menemukan identitas Anda terbakar bersama puing-puing mobil. Tapi, nggak dengan jasad Anda.""Buat surat kematian palsu atas namaku!" Aldebaran sangat tidak sabar ingin mengetahui reaksi Ezra ketika mendengar berita kematiannya. "Terus, buatin identitas baru!""Ya, Tuan," sahut Felix. "Sekarang, apa rencana Anda? Di mana Anda akan tinggal?""Itu bukan masalah besar, Felix. Aku bisa tinggal di mana aja." Aldebaran teringat masa lalunya yang kelam ketika berusia 15 tahun. Aldebar

  • 2 Billion Dollars: Rahasia Cinta Bodyguard Tampan    157

    Situasi terkini di jalan bebas hambatan Jakarta-Bekasi belum kondusif. Aldebaran berdiri di pinggir jalan bebas hambatan KM 6. Aldebaran keluar dari pagar pembatas jalan. Tak lama kemudian, dia melihat beberapa petugas medis berdatangan untuk mengevakuasi korban kecelakaan lalu lintas yang disebabkan olehnya. Beberapa orang polisi segera memasang garis berwarna kuning untuk mencegah siapapun memasuki area itu. Aldebaran melihat dua detektif sedang bekerjasama dengan anggota kepolisian setempat guna menyelidiki kasus yang merenggut, setidaknya lima korban jiwa.Si jago merah melalap habis Mobil Range Rover yang dikendarai Aldebaran. Pikiran Aldebaran saat ini hanya tertuju pada keselamatan Zoya. Namun, dia juga memikirkan hal lain. Yaitu mengubah rencana."Oke, Ezra! Mulai saat ini, aku akan ubah cara kerja," ujar Aldebaran. Aldebaran berjalan meninggalkan tempat kejadian perkara. Namun sebelum itu, dia sempat melihat senjata yang dibawanya. "Kayaknya senjata ini udah nggak bergu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status