"Nona Rose, makan malam telah siap!"Rosalia beranjak dengan malas dari atas ranjang menuju pintu kamar. Di saat ia membuka pintu, Anne sedang berdiri di depan pintu sambil menatap ke arahnya. "Aku akan turun, Anne." Tukasnya. "Sebaiknya begitu, Nona. Karena saat ini Tuan Oliver dan Tuan Edward telah menunggu Nona di ruang makan.""Mereka sudah pulang?" mata Rosalia membola tak percaya. Setahunya... Sebagai Ceo dari Gail Industries dan Gail Mart, ia sangat mengerti bahwa pekerjaan Oliver dan Edward seharusnya sangat padat. Dan untuk pulang makan malam di mansion, sepertinya itu sesuatu yang sangat mustahil untuk dilakukan oleh kedua putra Carlisle itu. Siang ini, ketika ia kembali dari Gail Group, Anne sempat berkata padanya kalau suruhan Oliver dan Edward telah mengantar barang kedua kakak beradik itu ke mansion Ernest. Hanya saja, mungkin Rosalia tidak akan segera bertemu dengan Oliver dan Edward yang terkenal sangat sibuk. Kecuali di hari weekend. Tapi sekarang... "Ini memang sa
"Apakah kamu bukan Rose?"Rosalia menghembuskan nafasnya di pinggir kolam renang ketika ia mengingat percakapannya dengan Gail bersaudara di meja makan beberapa saat yang lalu. Sebelum ia datang ke mansion Ernest, sempat terpikirkan olehnya bahwa tidak akan semudah itu untuk mendekati Oliver dan Edward. Bahkan ia masih berharap kalau Rose akan kembali untuk membantunya. Namun jawaban Rose... [Maaf, Rosi. Aku benar-benar tidak siap untuk masuk ke dalam keluarga Gail. Seperti yang pernah kukatakan padamu, aku sangat mengenal Oliver dan Edward. Aku tahu bagaimana pandangan mereka terhadapku. Mereka... Mereka tidak menyukai seorang kutu buku yang selalu berwajah serius sepertiku. Tapi itu berbeda denganmu, Rosi. Kamu selalu berwajah ceria dan tidak terlihat membosankan. Jadi, kemungkinan mereka akan menyukaimu. Bukankah para Bangsawan memang selalu begitu? Tertarik pada wanita yang mampu membawa diri mereka dengan baik?]Inilah balasan yang dikirimkan Rose padanya di saat ia bertanya bis
Di dalam kamar setelah percakapan singkatnya dengan Ernest, Rosalia kini tengah termangu menatap langit-langit kamar. Tadi, ia tidak tahu harus berbicara apa ketika Ernest memohon agar ia mau memilih Ernest. Karena saat itu ia masih merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Selain itu, bukankah ingin mengenal kedua putra Carlisle juga adalah permintaannya? Jadi bagaimana mungkin dia mengecewakan Carlisle yang telah menyetujui usulnya itu? "Dengan kondisimu sekarang, hanya aku yang akan menerimamu, Rosalia Heart!"Kata-kata Ernest ini terus terngiang di telinganya, kata-kata itu Ernest ucapkan sebelum Ernest pergi meninggalkannya. "Apa yang harus kulakukan?" Rosalia menggigit bibirnya dengan resah, bahkan sesekali ia akan memukul spring bed empuk yang tengah ia tiduri saat ini hanya untuk melampiaskan perasaannya. Meski begitu, hatinya sangat setuju atas ucapan Ernest tentang kondisinya yang tidak lagi perawan. Dan jika Oliver dan Edward sampai mengetahui hal ini, apakah kedua putr
Di kafe langganannya, Rosalia tersenyum menatap layar ponselnya. Beberapa saat yang lalu setelah ia memesan dua lapis pancake dan segelas capucino, ia lalu menghubungi Luna. [Tunggu aku, jangan ke mana-mana! Ada yang ingin kukatakan padamu.]Itu chat terakhir yang ia terima dari Luna. Untuk masalah Sahabat karibnya yang satu itu, ia benar-benar tidak bisa menolak apapun permintaan Luna. Setelah hampir 15 menit, ketika ia baru menyelesaikan pancakenya... Akhirnya Luna pun tiba. "Rosi!" Sembari tersenyum senang Luna berlari kecil menghampiri meja Rosalia dan langsung menarik kursi yang terdapat tepat di seberang Rosalia. "Hei, aku dengar dari Ayahku katanya kamu sekarang tinggal bersama Tuan Ernest Gail, apa itu benar?" Luna menatap Rosalia dengan wajah penasaran. Rosalia tersenyum kecut pada Sahabat karibnya itu yang selalu mendapatkan informasi sangat cepat layaknya seorang paparazi. "Luna, Ayahmu tidak mungkin begitu saja memberitahumu tentang kepindahan ku, bukan? Jadi kamu past
"Mereka persis seperti ucapanmu tentang mereka." Rosalia sontak terkikik geli ketika ia melihat Luna memonyongkan bibirnya dua senti ke depan seperti harapannya. "Sialan, kamu." Rutuk Luna sebal, indera pencari beritanya yang semula aktif langsung menghilang begitu saja. "Sekarang lupakan mereka, katakan padaku tentang Tuan Ernest Gail yang sangat tersohor itu. Bagaimana dengannya? Aku dengar banyak wanita Bangsawan yang ingin menikah dengannya, tapi sayangnya dia selalu menolaknya. Apa gosip itu benar?""Emmm, apakah dia memang semenarik itu?" kedua mata indah Rosalia membola. Entah mengapa ia merasa sedikit cemburu ketika mengetahui fakta bahwa Ernest yang ia kenal sebagai playboy berlabel Casanova, ternyata sedang diincar oleh putri-putri Bangsawan sekelas dirinya. "Kamu belum tahu tentang hal ini?" tanya Luna tak percaya. Rosalia menggelengkan kepalanya, "Tidak, tapi Luna... Bagaimana kamu bisa mengumpulkan semua informasi tentang Tuan Ernest Gail sementara kamu sendiri tidak p
"Rosi, siapa dia? Apakah dia Tuan Ernest?" bisik Luna yang telah diseret untuk mengikuti Rosalia sebelum ia sempat meminum pesanannya. Rosalia menggeleng, tanpa sekalipun melepaskan pandangannya dari pria yang saat ini sedang berdiri tak jauh darinya. "Dia bukan Tuan Ernest, dia... Putra kedua Paman Carlisle, Edward Gail!"Pria itu yang sedang dibicarakan oleh Rosalia tersenyum miring ketika ia samar-samar mendengar Rosalia menyebutkan namanya pada Sahabatnya. "Nona Rose, apa itu membuatmu bangga dengan memberitahu orang lain kalau aku merupakan salah satu dari pria yang akan ditunangkan padamu?"Rosalia mendengus dan mendelikkan matanya sembari berpikir apakah otak Edward ini sedikit bermasalah? Dari mana pria ini melihat kalau saat ini wajahnya sedang terlihat bangga? "Tolong minggir!"Mendengar permintaan itu, Edward sontak mengerutkan keningnya. Di saat yang sama, senyum yang semula tampak di bibirnya langsung berganti menjadi garis lurus. "Mengapa? Apakah kamu merasa malu unt
Dari Edward, Ernest yang baru tiba mengalihkan pandangannya pada Rosalia. Ia telah sampai beberapa menit yang lalu, tetapi ketika turun bersama Ben dari sedannya, ia tanpa sengaja melihat Edward sedang menghampiri Rosalia. Hal itu sontak saja membuat ia merasa cemburu. Ia tak tahu sejak kapan rasa ketertarikan kuat terhadap Rosalia mulai bersemu di hatinya, namun yang pasti, ia benar-benar tidak ingin melepaskan Rosalia dari genggamannya. Oke, ia akui, kemarin dan malam kemarin, ia sempat berpikir untuk mengikat Rosalia di sisinya hanya demi membalas perbuatan gadis belia itu yang telah berani menggodanya. Tidak cukup sampai di situ, keesokan harinya, Rosalia yang telah menerima kebaikan hatinya justru menawarkan diri untuk menjalin hubungan dengan salah seorang keponakannya. Sebagai seorang Casanova yang selalu digilai oleh para wanita, Ernest tentu saja tidak bisa menerima bahwa gadis seperti Rosalia bisa semudah itu melupakan sentuhan sensual yang ia berikan pada Rosalia pada mal
"Tung-tunggu dulu, Tuan Ernest!" Rosalia mencoba menjeda percakapan Ernest dengan seseorang yang berada di seberang panggilan yang ia yakini itu adalah Carlisle. "A-aku belum memutuskan untuk memilih siapapun!" tukasnya takut-takut. Bagaimana ia tidak takut? Sekarang saja ia sangat shock ketika mendengar Ernest akan menjadi pilihan satu-satunya sebagai kandidat calon tunangannya. Padahal saat ini ia belum bisa memutuskan apa yang diinginkan oleh hatinya. Sementara Ernest, ia langsung memutuskan panggilan setelah ia mendengar ucapan Rosalia, meski di seberang sana kicauan Saudaranya masih saja terdengar memarahi dirinya. Sesaat setelah melempar ponsel miliknya ke atas dashboard mobil, Ernest lalu memiringkan tubuhnya ke arah Rosalia. Menatap gadis belia itu dengan tajam. Berusaha untuk membaca apa yang ada di dalam benak Rosalia saat ini. "Rosalia Heart, kamu tahu, kan kalau kamu tidak memiliki pilihan lain selain memilihku?!" tanyanya dingin. Rosalia mengangguk canggung. "Jadi ap