Share

Bab 5. Hamil

Aleeka terlihat gugup saat dirinya ditempatkan di ruang IGD, menunggu dokter yang akan memeriksanya tiba, dia bahkan tak menyadari saat Gibran, pemuda yang menolongnya berpamitan untuk pergi. Hanya Nancy yang mengucapkan terimakasih pada Gibran sebelum pria berwajah tampan itu meninggalkan rumah sakit.

“Aleeka, kau baik-baik saja kan selama di Jakarta sana? Mengapa aku merasa kau terlihat lebih pucat dan lemah setelah kembali dari sana?” Nancy mengusap lembut lengan Aleeka penuh kasih, dia benar-benar mengkhawatirkan kondisi Aleeka saat ini.

“Nancy, aku... ehm.. begini Nancy...  sebenarnya aku-“

Belum sempat Aleeka menyelesaikan kalimatnya, dokter yang di tunggu pun tiba. Gadis berusia 23 tahun itu pun mengikuti arahan sang dokter yang memeriksanya, hingga dokter tersebut menyarankan dirinya untuk memeriksakan diri ke dokter obgyn.

Aleeka sebenarnya sudah tau apa yang akan dikatakan oleh dokter, namun karena Nancy berkeras untuk menuruti semua anjuran dokter, maka mereka pun kini sudah berada di ruang dokter obgyn, dan sedang mendengarkan penjelasan dari dokter tersebut, yang mengatakan bahwa kandungan Aleeka sudah memasuki minggu ke-3.

Mendengar bahwa Aleeka sedang hamil, tentu saja hal itu membuat Nancy sangat terkejut, berbeda halnya dengan Aleeka, dia hanya diam mendengarkan penjelasan dari dokter hingga selesai dan menerima catatan resep dari dokter untuk obat yang harus diminumnya selama masa kehamilan.

“Jadi benar kau saat ini sedang hamil Aleeka?,” tanya Nancy sesaat setelah mereka kembali ke apartemen.

Mereka berdua kini berada di ruang tengah yang biasa mereka pakai untuk menonton TV. Nancy memicingkan matanya menatap Aleeka.

Aleeka hanya menganggukan kepalanya lemah, tak berani membalas tatapan Nancy.  “Tapi aku tidak tau apa yang harus aku lakukan dengan kehamilan ini Nancy, aku tak mungkin meminta Sean untuk bertanggung jawab”

Nancy terdiam, sesungguhnya dia merasa tak tega dengan janin yang ada dalam kandungan Aleeka, yang harus hidup tanpa kasih sayang kedua orangtuanya secara utuh. Sama seperti halnya Nancy yang dari kecil hanya hidup berdua dengan mendiang ibunya, sedangkan ayah kandungnya sendiri entah kemana, yang Nancy tau hanya ayahnya adalah seorang turis asal Australia yang jatuh cinta pada gadis Bali, yaitu ibunya. Namun setelah satu tahun pernikahan mereka, turis tersebut kembali ke negara asalnya dan tak pernah lagi pulang untuk menemui istrinya yang kala itu sedang hamil besar, bahkan hingga ibu Nancy melahirkan Nancy, pria yang berstatus ayah Nancy itu benar-benar seperti hilang di telan bumi.

Kepedihan masa kecilnya yang hidup tanpa ayah membuat Nancy akhirnya menyetujui untuk mengasuh Aleeka yang saat itu masih bayi. Mengikuti semua tumbuh kembang Aleeka dari saat bayi hingga dewasa membuat Nancy menganggap Aleeka seperti anak kandungnya sendiri.

Kini saat mengetahui Aleeka sedang hamil dengan kondisi seperti itu, Nancy tak kuasa untuk menyembunyikan rasa sedihnya. “Tak apa Aleeka, kita akan membesarkan anakmu bersama-sama, bukankah selama ini kita juga dari kecil tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah? Kau jangan khawatir, anakmu pasti akan menjadi anak yang kuat dan hebat seperti dirimu”

“Entahlah Nancy, sebenarnya aku tidak tega, aku merasa kasihan jika anak ini tumbuh sepertiku, tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orangtua secara utuh”

“Tapi jangan pernah terpikir untuk aborsi, aku tidak akan setuju, bayi itu tak berdosa, jadi jangan melakukan hal yang nantinya akan kau sesali”

Aleeka hanya diam tak membantah semua yang dikatakan Nancy, diam-diam dia mengusap perutnya pelan. “Aku akan mempertahankanmu nak, jika memang aku tak akan pernah bisa lagi bertemu dengan Sean, aku cukup bahagia memilikimu sebagai kenanganya,” batinnya.

“Aleeka” Nancy mendekati putri asuhnya dan mengusap kepala Aleeka dengan penuh kasih. Aleeka pun tak segan menyandarkan kepalanya seperti halnya seorang anak bermanja pada ibu mereka.

“Kau benar Nancy, aku akan merawat dan membesarkan anak ini sebaik yang aku bisa, aku tak akan menyia-nyiakan kehadiranya”

“Itu baru putriku” Nancy tersenyum haru menatap Aleeka, dalam hati dia bertekad untuk selalu menjaga Aleeka hingga akhir hayatnya.

Kedua wanita beda usia itu kembali bercengkrama dalam suasana hangat, Aleeka banyak menceritakan tentang apa yang dialaminya di rumah keluarga Genaaro, dia juga menceritakan tentang Liliana yang sudah dianggapnya seperti neneknya sendiri. Juga tentang para maid yang selalu setia dan patuh pada perintah Sean dan juga dirinya karena mereka berpikir bahwa dia akan menjadi nyonya mereka.

“Aku  bahagia saat mendengar mereka semua memperlakukanmu dengan baik disana nak”

“Iya Nancy, awalnya aku pun merasa takut bahwa mereka akan menganggapku rendah, terlebih di minggu awal tak ada satupun yang meresponku dengan baik, tetapi setelah aku selalu merawat dan memperhatikan kesehatan neneknya Sean, sikap mereka mulai berubah dan menjadi baik” Aleeka tersenyum saat awal dia mulai menjadi akrab dengan Liliana.

“Kau tau Nancy? Neneknya Sean mengidap penyakit asma, dan dengan merawat Liliana aku jadi teringat dirimu” lanjutnya.

Nancy hanya tersenyum menanggapi cerita Aleeka. “Dan bagaimana dengan Sean? Apakah dia juga baik padamu sayang?”

“Dia itu yang paling baik padaku, walaupun auranya menyeramkan untukku, tapi sikapnya selalu lembut, dan dia juga memerintahkan tangan kananya untuk menjagaku setiap saat”

“Tangan kananya?”

“Iya, dia orang kepercayaan Sean, namanya John, dan aku biasa memanggilnya Mister J, karena usianya hampir sama dengan usia papaku”

Mendengar cerita Aleeka, diam-diam Nancy membuka galeri foto di ponselnya, dia menscroll kebawah dan menemukan sebuah foto, dia menatap foto tersebut lama.

“Nancy? Apa yang kau lihat di ponselmu?”

Nancy tergagap dan segera mengunci layar ponselnya saat Aleeka mendekatkan kepalanya. “Oh..ini.. ini bukan apa-apa, hanya foto usang di masa laluku bersama teman”

“Teman? Teman yang seperti apa? aku tidak pernah mendengar kau memiliki teman sampai-sampai kau menyimpan fotonya hingga saat ini”

“Ah bukan seperti itu, hanya saja... mungkin aku lupa menghapusnya, ini hanya kebetulan saja saat aku membuka galeri foto tiba-tiba tanpa sengaja jariku mengklik fotonya”

“Ya ya, baiklah, aku percaya padamu”

Aleeka mengalah dan tak lagi berusaha untuk melihat apa yang disembunyikan Nancy. Karena merasa tidak enak, akhirnya Nancy memutuskan untuk menceritakan tentang dirinya dan teman masa lalunya tersebut, namun belum sempat dia membuka mulutnya, perhatian mereka teralihkan oleh dering ponsel Aleeka.

Aleeka meraih benda pipih dengan logo apel di gigit tersebut dari atas meja untuk melihat nama yang tertera di layar.

“Aqeela”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status