Aleeka terlihat gugup saat dirinya ditempatkan di ruang IGD, menunggu dokter yang akan memeriksanya tiba, dia bahkan tak menyadari saat Gibran, pemuda yang menolongnya berpamitan untuk pergi. Hanya Nancy yang mengucapkan terimakasih pada Gibran sebelum pria berwajah tampan itu meninggalkan rumah sakit.
“Aleeka, kau baik-baik saja kan selama di Jakarta sana? Mengapa aku merasa kau terlihat lebih pucat dan lemah setelah kembali dari sana?” Nancy mengusap lembut lengan Aleeka penuh kasih, dia benar-benar mengkhawatirkan kondisi Aleeka saat ini.
“Nancy, aku... ehm.. begini Nancy... sebenarnya aku-“
Belum sempat Aleeka menyelesaikan kalimatnya, dokter yang di tunggu pun tiba. Gadis berusia 23 tahun itu pun mengikuti arahan sang dokter yang memeriksanya, hingga dokter tersebut menyarankan dirinya untuk memeriksakan diri ke dokter obgyn.
Aleeka sebenarnya sudah tau apa yang akan dikatakan oleh dokter, namun karena Nancy berkeras untuk menuruti semua anjuran dokter, maka mereka pun kini sudah berada di ruang dokter obgyn, dan sedang mendengarkan penjelasan dari dokter tersebut, yang mengatakan bahwa kandungan Aleeka sudah memasuki minggu ke-3.
Mendengar bahwa Aleeka sedang hamil, tentu saja hal itu membuat Nancy sangat terkejut, berbeda halnya dengan Aleeka, dia hanya diam mendengarkan penjelasan dari dokter hingga selesai dan menerima catatan resep dari dokter untuk obat yang harus diminumnya selama masa kehamilan.
“Jadi benar kau saat ini sedang hamil Aleeka?,” tanya Nancy sesaat setelah mereka kembali ke apartemen.
Mereka berdua kini berada di ruang tengah yang biasa mereka pakai untuk menonton TV. Nancy memicingkan matanya menatap Aleeka.
Aleeka hanya menganggukan kepalanya lemah, tak berani membalas tatapan Nancy. “Tapi aku tidak tau apa yang harus aku lakukan dengan kehamilan ini Nancy, aku tak mungkin meminta Sean untuk bertanggung jawab”
Nancy terdiam, sesungguhnya dia merasa tak tega dengan janin yang ada dalam kandungan Aleeka, yang harus hidup tanpa kasih sayang kedua orangtuanya secara utuh. Sama seperti halnya Nancy yang dari kecil hanya hidup berdua dengan mendiang ibunya, sedangkan ayah kandungnya sendiri entah kemana, yang Nancy tau hanya ayahnya adalah seorang turis asal Australia yang jatuh cinta pada gadis Bali, yaitu ibunya. Namun setelah satu tahun pernikahan mereka, turis tersebut kembali ke negara asalnya dan tak pernah lagi pulang untuk menemui istrinya yang kala itu sedang hamil besar, bahkan hingga ibu Nancy melahirkan Nancy, pria yang berstatus ayah Nancy itu benar-benar seperti hilang di telan bumi.
Kepedihan masa kecilnya yang hidup tanpa ayah membuat Nancy akhirnya menyetujui untuk mengasuh Aleeka yang saat itu masih bayi. Mengikuti semua tumbuh kembang Aleeka dari saat bayi hingga dewasa membuat Nancy menganggap Aleeka seperti anak kandungnya sendiri.
Kini saat mengetahui Aleeka sedang hamil dengan kondisi seperti itu, Nancy tak kuasa untuk menyembunyikan rasa sedihnya. “Tak apa Aleeka, kita akan membesarkan anakmu bersama-sama, bukankah selama ini kita juga dari kecil tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah? Kau jangan khawatir, anakmu pasti akan menjadi anak yang kuat dan hebat seperti dirimu”
“Entahlah Nancy, sebenarnya aku tidak tega, aku merasa kasihan jika anak ini tumbuh sepertiku, tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orangtua secara utuh”
“Tapi jangan pernah terpikir untuk aborsi, aku tidak akan setuju, bayi itu tak berdosa, jadi jangan melakukan hal yang nantinya akan kau sesali”
Aleeka hanya diam tak membantah semua yang dikatakan Nancy, diam-diam dia mengusap perutnya pelan. “Aku akan mempertahankanmu nak, jika memang aku tak akan pernah bisa lagi bertemu dengan Sean, aku cukup bahagia memilikimu sebagai kenanganya,” batinnya.
“Aleeka” Nancy mendekati putri asuhnya dan mengusap kepala Aleeka dengan penuh kasih. Aleeka pun tak segan menyandarkan kepalanya seperti halnya seorang anak bermanja pada ibu mereka.
“Kau benar Nancy, aku akan merawat dan membesarkan anak ini sebaik yang aku bisa, aku tak akan menyia-nyiakan kehadiranya”
“Itu baru putriku” Nancy tersenyum haru menatap Aleeka, dalam hati dia bertekad untuk selalu menjaga Aleeka hingga akhir hayatnya.
Kedua wanita beda usia itu kembali bercengkrama dalam suasana hangat, Aleeka banyak menceritakan tentang apa yang dialaminya di rumah keluarga Genaaro, dia juga menceritakan tentang Liliana yang sudah dianggapnya seperti neneknya sendiri. Juga tentang para maid yang selalu setia dan patuh pada perintah Sean dan juga dirinya karena mereka berpikir bahwa dia akan menjadi nyonya mereka.
“Aku bahagia saat mendengar mereka semua memperlakukanmu dengan baik disana nak”
“Iya Nancy, awalnya aku pun merasa takut bahwa mereka akan menganggapku rendah, terlebih di minggu awal tak ada satupun yang meresponku dengan baik, tetapi setelah aku selalu merawat dan memperhatikan kesehatan neneknya Sean, sikap mereka mulai berubah dan menjadi baik” Aleeka tersenyum saat awal dia mulai menjadi akrab dengan Liliana.
“Kau tau Nancy? Neneknya Sean mengidap penyakit asma, dan dengan merawat Liliana aku jadi teringat dirimu” lanjutnya.
Nancy hanya tersenyum menanggapi cerita Aleeka. “Dan bagaimana dengan Sean? Apakah dia juga baik padamu sayang?”
“Dia itu yang paling baik padaku, walaupun auranya menyeramkan untukku, tapi sikapnya selalu lembut, dan dia juga memerintahkan tangan kananya untuk menjagaku setiap saat”
“Tangan kananya?”
“Iya, dia orang kepercayaan Sean, namanya John, dan aku biasa memanggilnya Mister J, karena usianya hampir sama dengan usia papaku”
Mendengar cerita Aleeka, diam-diam Nancy membuka galeri foto di ponselnya, dia menscroll kebawah dan menemukan sebuah foto, dia menatap foto tersebut lama.
“Nancy? Apa yang kau lihat di ponselmu?”
Nancy tergagap dan segera mengunci layar ponselnya saat Aleeka mendekatkan kepalanya. “Oh..ini.. ini bukan apa-apa, hanya foto usang di masa laluku bersama teman”
“Teman? Teman yang seperti apa? aku tidak pernah mendengar kau memiliki teman sampai-sampai kau menyimpan fotonya hingga saat ini”
“Ah bukan seperti itu, hanya saja... mungkin aku lupa menghapusnya, ini hanya kebetulan saja saat aku membuka galeri foto tiba-tiba tanpa sengaja jariku mengklik fotonya”
“Ya ya, baiklah, aku percaya padamu”
Aleeka mengalah dan tak lagi berusaha untuk melihat apa yang disembunyikan Nancy. Karena merasa tidak enak, akhirnya Nancy memutuskan untuk menceritakan tentang dirinya dan teman masa lalunya tersebut, namun belum sempat dia membuka mulutnya, perhatian mereka teralihkan oleh dering ponsel Aleeka.
Aleeka meraih benda pipih dengan logo apel di gigit tersebut dari atas meja untuk melihat nama yang tertera di layar.
“Aqeela”
“Apa yang sudah kau lakukan Aleeka? kau membuat kekacauan disini! sudah kukatakan jaga sikapmu! Jangan pernah mendekati apalagi merayu calon suamiku, tapi apa nyatanya hah?! Kau membuat semua rencanaku jadi berantakan” Suara Aqeela langsung terdengar nyaring begitu Aleeka menggeser tombol hijau di ponselnya, sampai-sampai dia harus menjauhkan benda tersebut dari telinganya. “Apa maksudmu Aqeela?! Bukankah aku sudah menuruti semua yang kau pinta? Dan kini tolong tepati kata-katamu! Menjauhlah! Dan JANGAN KAU GANGGU HIDUPKU LAGI!” Aleeka kesal atas semua tuduhan Aqeela, terlebih dia merasa sudah berkorban menghabiskan waktunya selama satu bulan untuk menuruti kemauan kakak kembarnya itu. “Dengan Aleeka aku tidak akan-“ “Kau yang seharusnya mendengarkan aku Aqeela, jangan kau anggap diriku lemah hanya karena papa dan mama selalu ada di pihakmu. Berhentilah menjadi anak manja yang sellau mengandalkan ornag lain untuk mendapatkan semua yang kau inginkan! Aku sudah tidak sudi lagi menur
Pagi hari Sean tak bisa lagi mengabaikan kesibukanya di kantor, keluarga Genaaro memang membangun semua bisnis legalnya di Indonesia., walaupun mereka juga memiliki jaringan bisnis ilegal yang tersebar di beberapa negara di Eropa, dan Sean adalah pewaris utama kerajaan yang dulunya di rintis oleh Tuan Genaaro, kakek dari Sean.Pagi-pagi sekali Sean sudah meninggalkan rumahnya, dia melewatkan sarapan yang biasanya selalu dia tunggu untuk dapat menikmati makan bersama neneknya dan juga Aleeka, saat Aleeka masih bertukar peran dengan Aqeela.“Apa Sean tidak sarapan pagi ini?” Aqeela yang hanya makan berdua dnegan Liliana menanyakan keberadaan Sean pada salah seorang maid yang melayani mereka.“Tuan Muda Sean sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali nona”“Mengapa dia pergi tanpa membangunkan aku dulu?”“Saya kurang tau soal itu nona, maaf”Aqeela menatap maid yang tertunduk di hadapanya dengan tatapan tajam dan jelas tidak menyukainya.“Sudahlah Aqeela, mungkin Sean memiliki pekerjaan
Brraakkkkkk.Aleeka terhuyung ke depan, hampir saja kepalanya membentur kursi yang ada di depanya, kedua tangan Aleeka memeluk perutnya, berusaha melindungi bayi yang ada dalam rahimnya.“Oh Tuhan, apa yang terjadi? Ada apa pak supir?”“Ada sebuah mobil menyerempet kita dari samping tadi nona, mungkin sang supir dalam keadaan mabuk, apakah anda baik-baik saja nona?”“Aku tidak apa-apa pak, jangan khawatir”Setelah memastikan kondisi Aleeka, pengendara supir taksi yang ditumpangi Aleeka pun keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan mobilnya. Beberapa orang berkerumun di dekat taksi tersebut, mereka ingin melihat kondisi orang yang berada di dalam mobil.Aleeka pun akhirnya keluar dari dalam taksi dengan masih tetap memegangi bagian perutnya. Walaupun hanya benturan kecil tetapi Aleeka sangat mengkhawatirkan kondisi janin yang ada disalam sana.“Sekali lagi kau mengacaukan kehidupan Aqeela, maka mobil yang kau tumpangi akan berakhir menjadi rongsokan, dengan dirimu berada di dalamnya”A
“Dasar tidak sabaran, dia pasti bukan penduduk asli sini, kampungan”“Hei Aleeka, jangan mengatai orang lain, ingat kau ini sedang hamil” Nancy setengah tertawa melihat Aleeka memandang pengemudi mobil di depan mereka dengan tatapan tidak suka.“Mungkin dia sedang tergesa-gesa untuk menemui kekasihnya” tebak Nancy yang langsung mendapat cibiran dari Aleeka.“Tapi dia seperti orang tidak beretika Nancy, harusnya dia tertib antri, nanti juga dapet gilirannya”“Ya ya, terserah kau sajalah Aleeka”Setelahnya tak ada lagi perdebatan antara Aleeka dan Nancy, karena mobil di depanya sudah melaju keluar area parkir seperti sedang terburu-buru.~\/~Di Jakarta.Sean sedang berada di salah satu tempat hiburan milik sahabatnya. Mereka berada di ruang vvip dengan fasilitas super mewah.“Sean, akhirnya kau datang juga, setelah mengurung diri bersama tunanganmu itu” dua orang laki-laki yang nampak sebaya dengan Sean menghampirinya.“Yaza? kau ada disini? Bukankah ini adalah hari pernikahanmu?” Sea
Aku tak peduli siapa pemilikmu, saat aku menginginkanmu kupastikan kau hanya akan jadi milikku~Gibran Yudhistira~***Gibran menoleh ke samping dan menatap Sean tajam setelah mendengar nama yang diucapkan oleh sahabatnya itu, sedangkan Sean yang sedang asik menatap layar ponselnya tak menyadari tatapan mata Gibran, Yaza saat itu sedang menerima panggilan telpon, hanya Arik yang menyadari perubahan wajah Gibran disana.Gibran Yudhistira, Sean mengenalnya dari jaman kuliah dulu, saat itu William Genaaro, ayah Sean mengirimnya untuk menempuh pendidikan di Jerman. Disanalah Sean mengenal Gibran, Arik dan Yaza. Satu tahun kemudian adik kandung Sean, yaitu Jerome Genaaro menyusulnya untuk kuliah di kampus yang sama, karena jaran usia antara Sean dan Jerome hanya terpaut satu tahun, akhirnya Jerome pun masuk ke dalam lingkaran pertemanan mereka.“Ehem...” Arik sengaja berdehem cukup keras untuk mengalihkan perhatian Gibran, dan triknya cukup berhasil. Gibran tak lagi memandang tajam ke arah
Pagi ini Aleeka bernapas lega, karena dia bisa memakan sarapanya tanpa mual. Aleeka mengelus perutnya dan mengambil gelas berisi susu ibu hamil yang dibuatkan oleh Nancy.“Terimakasih nak, kali ini kau tidak rewel, bahkan mama bisa menghabiskan segelas susu”Selesai sarapan Aleeka berjlan kembali ke kamarnya, dia harus bersiap pagi ini untuk memberikan laporan yang di mita oleh bosnya di perusahaan.“Nancy, aku akan pulang cepat hari ini dan mengantarmu ke rumah sakit untuk kemo, kau beristirahatlah, aku sudah memesan cleaning service part time untuk membereskan apartemen, jangan sampai kau kelelahan, ok?!”“Bagaimana mungkin aku kelelahan sayang, kau menyuruhku tidur dan makan seharian tanpa mengijinkanku melakukan apapun, aku bahkan merasa badanku pegal semua karena hanya berbaring saja, dan perlu kau ingat... aku baik-baik saja, meskipun kanker sialan ini hidup dalam tubuhku, tetapi aku masih mampu mengurusmu seperti dulu”Aleeka hanya tersenyum menanggapi ucapan Nancy, karena jika
Di dalam kamarnya Aqeela mengunci diri, dia meyuruh maid untuk mengantarkan makananya, dia tak berani turun ataupun keluar kamar, bahkan dia selalu berpura-pura masih berada di tempat tidur tiap kali ada pelayan yang masuk ke kamarnya.“Sial, kenapa Chelsea ada disini? apa hubungan dia dengan Sean? Bagaimana jika dia mengadu pada Sean? Bagaimana jika dia mengenali aku?” kembali Aqeela mengusap wajah dengan kedua tanganya, dia begitu terkejut saat melihat kedatangan Chelsea tadi malam, karena mereka pernah saling mengenal saat kontes pemilihan model di Paris sebulan yang lalu.Aqeela menutup wajahnya dengan bantal. “Aaarrggghhh... apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus mencari alasan untuk keluar dari rumah ini, sebelum Chelsea mengadu pada Sean”Aqeela mengambil ponselnya hendak menelpon seseorang, namun niat tersebut diurungkanya saat mendengar bunyi ketukan di pintu kamarnya.“Nona Aqeela, aku mengantarkan sarapan anda nona”“Masuk saja, dan letakan di meja”Selang berapa la
“Apa yang kau dapat dari hasil penyelidikanmu?” Sean kembali ke wajah seriusnya.Arik menatap Sean dan mengutuknya dalam hati, karena sudah mengerjainya pagi-pagi tadi. “Wanita yang bernama Nancy itu ternyata tinggal berdua dengan putrinya, dan kau tau siapa nama putrinya itu?”“Jangan main tebak-tebakan denganku, beritahu semuanya”Arik menghela napasnya, menatap malas pada Sean. “Nama putrinya Nancy adalah Aleeka Maharani Widjaya”“APA?!”Mata Sean membuka lebar mendengar nama yang disebutkan oleh Arik. Sean langsung teringat berkas laporan yang dia terima beberapa hari lalu, di sana tertulis ibunya Aqeela melahirkan secara operasi dikarenakan salah satu posisi bayinya melintang.“Disini Aqeela Maharani Widjaya, dan disana Aleeka Maharani Widjaya. Jadi... mereka kembar?” Sean bergumam sendiri namun masih bisa di dengar oleh Arik.“Kau ingin aku pergi ke Singapura?”“Kita. Kita yang akan pergi kesana, kau bersiaplah”Arik menganggukan kepala. “Apapun demi bayaran yang kau janjikan”