Aleeka bernapas lega kembali menghirup udara di negara Singapura, tempat dia tumbuh dari bayi hingga sekarang ini, taksi yang membawanya sudah sampai di gedung apartemen yang selama ini ditinggalinya dengan ibu asuhnya.
“Akhirnya aku pulang” Aleeka menarik napas dalam dan menghembuskanya perlahan, menatap tatanan kota yang dirindukanya.
Aleeka tinggal di lantai sepuluh gedung tersebut, flatnya terdiri dari 2 lantai, dengan kamar pribadi Aleeka berada di lantai atas. Apartemen itu sebenarnya pemberian dari ayah kandungnya, Darius Widjaya.
Ting
Lift yang membawa Aleeka telah sampai di lantai yang di tuju, Aleeka buru-buru mengeluarkan kunci dan membuka pintunya. “Nancy..” teriak Aleeka tak sabar ingin memeluk ibu asuhnya tersebut.
Seorang wanita paruh baya dengan tubuh kurus keluar dari salah satu kamar, Aleeka langsung memeluk Nancy dengan rasa haru, betapa dia merindukan sosok wanita yang merawat dan membesarkanya dari bayi dengan penuh kasih sayang, bahkan Nancy tidak menikah hanya untuk memfokuskan dirinya membesarkan Aleeka.
“Akhirnya kau pulang juga nak, aku pikir Aqeela tak akan membiarkanmu kembali dan memaksamu untuk menggantikan posisinya sementara dia bersenang-senang di Paris sana.” Nancy mengurai pelukan keduanya, dan menarik lengan Aleeka untuk masuk ke dalam ruang makan, dimana mereka terbiasa selalu bercengkrama disana. Dulu Aleeka selalu duduk di salah satu kursi di meja makan dan Nancy memasak makanan kesukaan Aleeka di dapur yang menyatu dengan ruang makan.
“Jangan berprasangka buruk pada orang Nancy, bukankah kau sendiri yang mengajarkan aku untuk selalu berlaku baik pada semua orang heh?”
Kedua wanita beda usia itu tertawa bahagia, Aleeka banyak bertanya tentang kondisi kesehatan Nancy, dan memastikan Nancy selalu rutin melakukan kemoterapinya.
“Aku baik-baik saja nak, justru malah sebaliknya, kau terlihat pucat apakah kau sakit?”
“Aku baik-baik saja, mungkin ini cuma kelelahan karena perjalanan jauh, bagaimana kalau kita makan di foodcourt royal square saja sekarang, disana kau bisa makan nasi hainan Aunty Leung kesukaanmu”
Nancy langsung menyetujui usulan Aleeka, dia memang jarang keluar apartemen semenjak Aleeka pergi ke Jakarta. Mereka berdua pun bersiap untuk pergi ke royal square, mall kecil yang berada di kawasan Novena, mall tersebut berada tepat di seberang gedung apartemen Aleeka, jadi mereka biasanya pergi kesana dengan berjalan kaki.
“Suatu hari nanti aku akan membawamu berlibur ke Bali, kau pasti merindukan kampung halamanmu kan Nancy?,” ucap Aleeka saat mereka sudah duduk dan menunggu Aunty Leung menyiapkan makanan pesanan mereka.
“Aku tak memiliki siapa-siapa disana, keluargaku hanyalah dirimu Aleeka, jadi kupikir Bali bukan lagi kampung halamanku” ucap wanita berusia 53 tahun tersebut.
Tanpa sadar Aleeka meraba perutnya yang masih rata, dia memikirkan bagaimana nasib bayinya yang akan tumbuh tanpa kasih sayang kedua orangtua secara utuh seperti dirinya. Dalam hati dia tak rela jika anaknya ikut merasakan penderitaan yang sama, namun Aleeka tak mungkin meminta pertanggung jawaban dari Sean, karena sebentar lagi Sean akan menikahi wanita lain, wanita yang tak lain adalah kakak kembarnya sendiri.
“Aleeka, mengapa wajahmu murung begitu? Jika kau mau kita bisa kembali ke apartemen, aku akan meminta Aunty Leung untuk membungkus nasi hainan untuk kita berdua” Nancy menatap cemas pada anak asuhnya.
“Sudah kukatakan, aku baik-baik saja Nancy, dan lagipula Aunty Leung sebentar lagi akan mengantarkan makanan kita”
Dan benar saja, wanita bertubuh gempal yang dipanggil Aunty Leung pun tak lama datang dengan membawa nampan yang berisi dua porsi nasi hainan.
“Aleeka sayang, kemana saja kau selama sebulan ini? Aku tak pernah melihatmu datang kemari, aku saja sampai bingung mau menjawab apa saat Richard mencarimu beberapa kali kemari”
Aleeka sedikit menutup telinganya mendengar suara cempreng wanita keturunan tionghoa itu. Namun tak urung dia memberikan senyuman, walau suaranya memekakan telinga, namun Aleeka harus mengakui bahwa dia merindukan wanita bermata sipit tersebut.
“Ya ya.. aku juga merindukanmu Aunty Leung, lebih tepatnya merindukan masakanmu” Aleeka mencium aroma ayam favoritnya, namun kali ini bukanya menggugah selera makanya, melainkan membuat Aleeka mual dan pusing. Wajah Aleeka kian pucat dengan keringat dingin bercucuran di dahinya.
“Aleeka, kamu kenapa sayang?” Nancy panik melihat kondisi Aleeka.
“Ya ampun, apa yang terjadi dengan Aleeka, Nancy? Apa dia baik-baik saja?”
“Kalian jangan khawatir, aku tid-“
Aleeka jatuh pingsan sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Nancy yang panik langsung meminta pertolongan pada pengunjung mall yang ada di sekitarnya untuk membawa tubuh Aleeka.
“Tolong bantu angkat tubuh putriku pak, aku mohon”
Nancy memohon pada seorang pemuda yang duduk tak jauh dari mereka, dia meminta bantuan untuk mengantarkan Aleeka ke rumah sakit.
“Kau tenang saja nyonya, aku akan mengantar kalian,” ucap pemuda tersebut.
Pemuda baik hati itu segera mengangkat tubuh Aleeka dan menawarkan diri untuk mengantarkan ke rumah sakit dengan mobilnya. Tentu saja hal tersebut tak di tolak oleh Nancy, karena dia sangat khawatir akan kondisi Aleeka.
“Terimakasih banyak pak…”
Nancy mengucapkan terimakasih sesaat setelah mereka memasuki mobil, dia duduk di belakang dengan Aleeka yang direbahkan dengan kepala diatas pangkuanya.
“Gibran, nama saya Gibran dan saya belum menjadi bapak, jadi panggil nama saja”
“Baiklah, Gibran… terimakasih banyak, entah bagaimana jadinya jika tadi kau tak datang untuk menolong putriku”
“Jangan berterimakasih padaku mam, ini sudah kewajibanku untuk menolong sesama,” sahut Gibran sambil mulai menjalankan mobilnya perlahan meninggalkan royal square.
Sesaat kemudian mobil yang dikendari Gibran sudah melaju di jalan raya menuju ke rumah sakit terdekat.
“Ugh.... Nancy, kita mau kemana?”
Saat melihat Aleeka menggeliat dan matanya terbuka, Nancy terpekik gembira. “Aleeka, kau sudah sadar? Tadi kau pingsan nak, kita akan ke rumah sakit sekarang untuk memeriksakan keadaanmu”
Aleeka hendak menolak untuk dibawa ke rumah sakit, namun dia kembali menutup mulutnya kala mendengar suara dering panggilan yang berasal dari ponsel Gibran.
“Ya Sean, ada apa?”
[“….”]
“Ah, baiklah, kebetulan sekali saat ini aku sedang berada di Singapura dan berencana akan ke Jakarta lusa nanti”
[“…”]
“Tidak, hanya sedikit urusan, tapi sekarang aku sedang mengantarkan seorang wanita muda yang tiba-tiba pingsan di mall”
[“…”]
“Ya ya, baiklah, kalau begitu aku tutup dulu telponya, bye”
“Maaf mam, aku tak bisa mengbaikan panggilan tadi” Gibran kemudian meminta maaf pada Nancy karena harus menerima panggilan telpon sementara dia sedang menyetir.
“Tidak apa-apa Gibran, aku bisa mengerti, itu pasti panggilan yang sangat urgent”
“Sebenarnya itu tadi sahabat baikku di Jakarta sana, ternyata dia hanya mengabarkan untuk datang ke acara pernikahanya karena aku tak dapat menghadiri pesta pertunanganya sebulan yang lalu”
“Kalau begitu kau harus datang kali ini, dia kan sahabat baikmu”
“Iya, kau benar mam, lagipula aku penasaran dengan gadisnya, kudengar mereka itu dijodohkan, dan pernikahan mereka hanyalah untuk kepentingan bisnis semata”
Percakapan mereka terhenti karena mobil sudah memasuki area parkir rumah sakit, Gibran pun keluar dari dalam mobil untuk membantu Nancy membawa tubuh Aleeka ke ruang IGD.
Kali ini Aleeka tak bisa menolak untuk di bawa ke rumah sakit, dia hanya bisa pasrah kala Gibran membantunya turun dari mobil dan membawanya ke dalam rumah sakit dengan menggendongnya ala bridal. Pikiran Aleeka pun saat ini sedang tidak fokus karena dia tadi mendengar Gibran menyebut-nyebut nama Sean saat berbicara dengan seseorang yang menelponya.
“Apakah itu tadi Sean yang ku kenal? Tidak... pasti ada banyak nama Sean di dunia ini, itu pasti orang lain”
Aleeka terlihat gugup saat dirinya ditempatkan di ruang IGD, menunggu dokter yang akan memeriksanya tiba, dia bahkan tak menyadari saat Gibran, pemuda yang menolongnya berpamitan untuk pergi. Hanya Nancy yang mengucapkan terimakasih pada Gibran sebelum pria berwajah tampan itu meninggalkan rumah sakit.“Aleeka, kau baik-baik saja kan selama di Jakarta sana? Mengapa aku merasa kau terlihat lebih pucat dan lemah setelah kembali dari sana?” Nancy mengusap lembut lengan Aleeka penuh kasih, dia benar-benar mengkhawatirkan kondisi Aleeka saat ini.“Nancy, aku... ehm.. begini Nancy... sebenarnya aku-“Belum sempat Aleeka menyelesaikan kalimatnya, dokter yang di tunggu pun tiba. Gadis berusia 23 tahun itu pun mengikuti arahan sang dokter yang memeriksanya, hingga dokter tersebut menyarankan dirinya untuk memeriksakan diri ke dokter obgyn.Aleeka sebenarnya sudah tau apa yang akan dikatakan oleh dokter, namun karena Nancy berkeras untuk menuruti semua anjuran dokter, maka mereka pun kini suda
“Apa yang sudah kau lakukan Aleeka? kau membuat kekacauan disini! sudah kukatakan jaga sikapmu! Jangan pernah mendekati apalagi merayu calon suamiku, tapi apa nyatanya hah?! Kau membuat semua rencanaku jadi berantakan” Suara Aqeela langsung terdengar nyaring begitu Aleeka menggeser tombol hijau di ponselnya, sampai-sampai dia harus menjauhkan benda tersebut dari telinganya. “Apa maksudmu Aqeela?! Bukankah aku sudah menuruti semua yang kau pinta? Dan kini tolong tepati kata-katamu! Menjauhlah! Dan JANGAN KAU GANGGU HIDUPKU LAGI!” Aleeka kesal atas semua tuduhan Aqeela, terlebih dia merasa sudah berkorban menghabiskan waktunya selama satu bulan untuk menuruti kemauan kakak kembarnya itu. “Dengan Aleeka aku tidak akan-“ “Kau yang seharusnya mendengarkan aku Aqeela, jangan kau anggap diriku lemah hanya karena papa dan mama selalu ada di pihakmu. Berhentilah menjadi anak manja yang sellau mengandalkan ornag lain untuk mendapatkan semua yang kau inginkan! Aku sudah tidak sudi lagi menur
Pagi hari Sean tak bisa lagi mengabaikan kesibukanya di kantor, keluarga Genaaro memang membangun semua bisnis legalnya di Indonesia., walaupun mereka juga memiliki jaringan bisnis ilegal yang tersebar di beberapa negara di Eropa, dan Sean adalah pewaris utama kerajaan yang dulunya di rintis oleh Tuan Genaaro, kakek dari Sean.Pagi-pagi sekali Sean sudah meninggalkan rumahnya, dia melewatkan sarapan yang biasanya selalu dia tunggu untuk dapat menikmati makan bersama neneknya dan juga Aleeka, saat Aleeka masih bertukar peran dengan Aqeela.“Apa Sean tidak sarapan pagi ini?” Aqeela yang hanya makan berdua dnegan Liliana menanyakan keberadaan Sean pada salah seorang maid yang melayani mereka.“Tuan Muda Sean sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali nona”“Mengapa dia pergi tanpa membangunkan aku dulu?”“Saya kurang tau soal itu nona, maaf”Aqeela menatap maid yang tertunduk di hadapanya dengan tatapan tajam dan jelas tidak menyukainya.“Sudahlah Aqeela, mungkin Sean memiliki pekerjaan
Brraakkkkkk.Aleeka terhuyung ke depan, hampir saja kepalanya membentur kursi yang ada di depanya, kedua tangan Aleeka memeluk perutnya, berusaha melindungi bayi yang ada dalam rahimnya.“Oh Tuhan, apa yang terjadi? Ada apa pak supir?”“Ada sebuah mobil menyerempet kita dari samping tadi nona, mungkin sang supir dalam keadaan mabuk, apakah anda baik-baik saja nona?”“Aku tidak apa-apa pak, jangan khawatir”Setelah memastikan kondisi Aleeka, pengendara supir taksi yang ditumpangi Aleeka pun keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan mobilnya. Beberapa orang berkerumun di dekat taksi tersebut, mereka ingin melihat kondisi orang yang berada di dalam mobil.Aleeka pun akhirnya keluar dari dalam taksi dengan masih tetap memegangi bagian perutnya. Walaupun hanya benturan kecil tetapi Aleeka sangat mengkhawatirkan kondisi janin yang ada disalam sana.“Sekali lagi kau mengacaukan kehidupan Aqeela, maka mobil yang kau tumpangi akan berakhir menjadi rongsokan, dengan dirimu berada di dalamnya”A
“Dasar tidak sabaran, dia pasti bukan penduduk asli sini, kampungan”“Hei Aleeka, jangan mengatai orang lain, ingat kau ini sedang hamil” Nancy setengah tertawa melihat Aleeka memandang pengemudi mobil di depan mereka dengan tatapan tidak suka.“Mungkin dia sedang tergesa-gesa untuk menemui kekasihnya” tebak Nancy yang langsung mendapat cibiran dari Aleeka.“Tapi dia seperti orang tidak beretika Nancy, harusnya dia tertib antri, nanti juga dapet gilirannya”“Ya ya, terserah kau sajalah Aleeka”Setelahnya tak ada lagi perdebatan antara Aleeka dan Nancy, karena mobil di depanya sudah melaju keluar area parkir seperti sedang terburu-buru.~\/~Di Jakarta.Sean sedang berada di salah satu tempat hiburan milik sahabatnya. Mereka berada di ruang vvip dengan fasilitas super mewah.“Sean, akhirnya kau datang juga, setelah mengurung diri bersama tunanganmu itu” dua orang laki-laki yang nampak sebaya dengan Sean menghampirinya.“Yaza? kau ada disini? Bukankah ini adalah hari pernikahanmu?” Sea
Aku tak peduli siapa pemilikmu, saat aku menginginkanmu kupastikan kau hanya akan jadi milikku~Gibran Yudhistira~***Gibran menoleh ke samping dan menatap Sean tajam setelah mendengar nama yang diucapkan oleh sahabatnya itu, sedangkan Sean yang sedang asik menatap layar ponselnya tak menyadari tatapan mata Gibran, Yaza saat itu sedang menerima panggilan telpon, hanya Arik yang menyadari perubahan wajah Gibran disana.Gibran Yudhistira, Sean mengenalnya dari jaman kuliah dulu, saat itu William Genaaro, ayah Sean mengirimnya untuk menempuh pendidikan di Jerman. Disanalah Sean mengenal Gibran, Arik dan Yaza. Satu tahun kemudian adik kandung Sean, yaitu Jerome Genaaro menyusulnya untuk kuliah di kampus yang sama, karena jaran usia antara Sean dan Jerome hanya terpaut satu tahun, akhirnya Jerome pun masuk ke dalam lingkaran pertemanan mereka.“Ehem...” Arik sengaja berdehem cukup keras untuk mengalihkan perhatian Gibran, dan triknya cukup berhasil. Gibran tak lagi memandang tajam ke arah
Pagi ini Aleeka bernapas lega, karena dia bisa memakan sarapanya tanpa mual. Aleeka mengelus perutnya dan mengambil gelas berisi susu ibu hamil yang dibuatkan oleh Nancy.“Terimakasih nak, kali ini kau tidak rewel, bahkan mama bisa menghabiskan segelas susu”Selesai sarapan Aleeka berjlan kembali ke kamarnya, dia harus bersiap pagi ini untuk memberikan laporan yang di mita oleh bosnya di perusahaan.“Nancy, aku akan pulang cepat hari ini dan mengantarmu ke rumah sakit untuk kemo, kau beristirahatlah, aku sudah memesan cleaning service part time untuk membereskan apartemen, jangan sampai kau kelelahan, ok?!”“Bagaimana mungkin aku kelelahan sayang, kau menyuruhku tidur dan makan seharian tanpa mengijinkanku melakukan apapun, aku bahkan merasa badanku pegal semua karena hanya berbaring saja, dan perlu kau ingat... aku baik-baik saja, meskipun kanker sialan ini hidup dalam tubuhku, tetapi aku masih mampu mengurusmu seperti dulu”Aleeka hanya tersenyum menanggapi ucapan Nancy, karena jika
Di dalam kamarnya Aqeela mengunci diri, dia meyuruh maid untuk mengantarkan makananya, dia tak berani turun ataupun keluar kamar, bahkan dia selalu berpura-pura masih berada di tempat tidur tiap kali ada pelayan yang masuk ke kamarnya.“Sial, kenapa Chelsea ada disini? apa hubungan dia dengan Sean? Bagaimana jika dia mengadu pada Sean? Bagaimana jika dia mengenali aku?” kembali Aqeela mengusap wajah dengan kedua tanganya, dia begitu terkejut saat melihat kedatangan Chelsea tadi malam, karena mereka pernah saling mengenal saat kontes pemilihan model di Paris sebulan yang lalu.Aqeela menutup wajahnya dengan bantal. “Aaarrggghhh... apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus mencari alasan untuk keluar dari rumah ini, sebelum Chelsea mengadu pada Sean”Aqeela mengambil ponselnya hendak menelpon seseorang, namun niat tersebut diurungkanya saat mendengar bunyi ketukan di pintu kamarnya.“Nona Aqeela, aku mengantarkan sarapan anda nona”“Masuk saja, dan letakan di meja”Selang berapa la