Share

Bab 6. Aqeela Semakin Geram

 “Apa yang sudah kau lakukan Aleeka? kau membuat kekacauan disini! sudah kukatakan jaga sikapmu! Jangan pernah mendekati apalagi merayu calon suamiku, tapi apa nyatanya hah?! Kau membuat semua rencanaku jadi berantakan”

Suara Aqeela langsung terdengar nyaring begitu Aleeka menggeser tombol hijau di ponselnya, sampai-sampai dia harus menjauhkan benda tersebut dari telinganya.

“Apa maksudmu Aqeela?! Bukankah aku sudah menuruti semua yang kau pinta? Dan kini tolong tepati kata-katamu! Menjauhlah! Dan JANGAN KAU GANGGU HIDUPKU LAGI!”

Aleeka kesal atas semua tuduhan Aqeela, terlebih dia merasa sudah berkorban menghabiskan waktunya selama satu bulan untuk menuruti kemauan kakak kembarnya itu.

“Dengan Aleeka aku tidak akan-“

“Kau yang seharusnya mendengarkan aku Aqeela, jangan kau anggap diriku lemah hanya karena papa dan mama selalu ada di pihakmu. Berhentilah menjadi anak manja yang sellau mengandalkan ornag lain untuk mendapatkan semua yang kau inginkan! Aku sudah tidak sudi lagi menuruti kemauanmu, pantas saja kemarin kau di Paris hanya mendapatkan kegagalan, karena kau memang tidak becus melakukan apapun sendiri”

“Kau..!!!?” Aqeela tak meneruskan kata-katanya, malah dia mematikan panggilan karena kesal dengan Aleeka yang memberontak seperti itu.

“Lihat saja kau nanti Aleeka, aku akan membuat perhitungan denganmu” ucap Aqeela setelah dia menutup panggilan dan melemparkan ponsel miliknya ke atas kasur.

~\/~

Sementara di ruang kerja Sean. Jakarta.

Sean tengah mengamati beberapa berkas yang dikirim oleh orang kepercayaanya yang di tugaskan untuk menyelidiki semua tentang keluarga tunanganya. Hati kecil Sean masih saja bimbang dengan perubahan sikap Aqeela.

“Aku hanya meninggalkanya selama beberapa waktu, mengapa sekarang dia jadi lebih berani dan agresif padaku?”

Sean membolak balikan kertas di tanganya sambil bergumam sendirian, dan sesaat kemudian gerakan terhenti tiba-tiba.

“Jadi ibunya melahirkan Aqeela dengan cara operasi? Dan.. tunggu dulu... apa ini? Tante Felisha harus di operasi karena posisi salah satu dari bayinya melintang?”

Kembali Sean membuka lembaran kertas dan mencari-cari sesuatu. “Tidak ada lagi, hanya ini saja, tapi... apa maksudnya dengan posisi salah satu dari bayinya melintang? Memangnya Tante Felisha melahirkan berapa bayi? Bukankah Aqeela adalah anak tunggal?”

Karena tak menemukan kejanggalan lainya, tanpa melihat ataupun membaca judul yang tertera di sampul berkas dengan logo sebuah rumah sakit swasta di Jakarta tersebut, Sean memasukan kembali berkas-berkas yang dibacanya ke dalam amplop berukuran besar.

Sean meraih ponselnya dan menscroll ke bawah untuk mencari sebuah nama dan mulai melakukan panggilan.

“Jerome, dengarkan aku. Ada beberapa hal yang harus ku urus di Jakarta, mungkin membutuhkan waktu lebih lama, jadi kuharap kau membantu dad disana untuk menjalankan perusahaan, dan jangan lupa untuk menangani kartel black dragon”

Begitu terdengar suara seseorang yang menyapanya di seberang sana, Sean langsung memberikan to the point mengutarakan maksud dan tujuanya menghubungi orang itu.

“Hei brother, mengapa kau tegang sekali? Bahkan kau tak menanyakan kabarku terlebih dahulu, dan aku punya sedikit keluhan untukmu, mengapa kau terburu-buru kembali ke Jakarta sebelum aku pulang dari Paris kemarin?”

“Untuk apa aku menunggu anak manja yang sedang berlibur memanjakan pen*snya bersama gadis-gadis di Paris sana? Lebih baik aku pulang untuk mengurus tunanganku yang sedang sakit”

“Oh.. jadi kau lebih mementingkan perempuan yang di beli dad daripada adik kandungmu sendiri?”

“Jangan bicara seperti itu Jerome, Aqeela adalah gadis baik-baik”

“Tapi itu kenyataanya kan? keluarga tunanganmu itu mau menjodohkan putri mereka karena dad memberikan suntikan segar pada perusahaan keluarga mereka yang di ujung kebangkrutan”

“Sudahlah Jerome, kau lakukan saja apa yang kuperintahkan tadi, dan jangan berfoya-foya terus, ingat umurmu, seriuslah pada satu gadis saja, keluarga Genaaro dikenal dengan kesetiaan mereka pada pasanganya”

Terdengar helaan napas Jerome di seberang sana, menandakan dia tengah bosan dengan semua ucapan Sean. Tanpa berbasa basi lagi Sean pun mematikan panggilanya dengan sang adik. Kemudian dia kembali melakukan sebuah panggilan pada orang yang berbeda.

Hanya beberapa saat Sean berbicara pada orang yang di telponya, setelah itu dia memanggil kepala pelayan di rumahnya melalui saluran khusus, beberapa saat kemudian terdengar bunyi ketukan pintu.

“Masuklah Berta”

Sean menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi saat melihat Berta memasuki ruangan. “Tuan muda memanggil saya?”

“Iya Berta, aku ingin kau awasi gerak gerik tunanganku dan laporkan padaku setiap kali kau melihat ada perbedaan sikapnya dari sebelum aku pergi ke Sisilia dan setelah aku kembali”

“Tapi tuan muda...” Berta nampak berpikir dan ragu-ragu untuk berucap.

“Katakan saja Berta, ada apa? jangan menyembunyikan apapun dariku”

“Nona Aqeela nampak berubah saat kembali dari pertemuanya dengan teman-temanya hari itu”

“Bertemu teman? Kapan?”

“Sebelum tuan muda kembali, saat itu nona nampak kurang sehat, tapi menolak untuk dibawa ke rumah sakit ataupun memanggil dokter, dan dia malah pergi untuk bertemu dengan teman lamanya, begitu yang dia bilang pada saat itu”

Sean terdiam beberapa saat mendengar penjelasan Berta. “Baiklah, terimakasih atas keteranganmu Berta, kau boleh pergi sekarang”

Berta langsung pergi setelah membungkukan punggungnya sebelum membalikan tubuhnya dan keluar dari ruangan Sean.

“Siapa kamu sebenarnya? Dan dengan tujuan apa kau masuk ke rumahku?”

Sean nampak berpikir keras setelah Berta meninggalkanya sendiri. Kembali diraihnya telpon selularnya dan menghubungi seseorang.

“Kau periksa semua data keluarga Widjaya, serta perusahaan mereka, laporkan padaku semuanya, termasuk data keuangan mereka dan aku ingin mendapatkan laporanya secepat mungkin”

[“....”]

“Tentu John, aku akan sangat berhati-hati menjaga sikap dengan perempuan yang ada di rumahku sampai kebenaranya terkuak”

Sean bangkit dari duduknya setelah memutuskan panggilan telpon, dia berjalan keluar dari ruang kerjanya, hari ini Sean memang tidak pergi ke kantor dan hanya memeriksa semua pekerjaan yang di laporkan bawahanya dari ruang kerja yang ada di rumahnya. Namun pikiran Sean hanya terfokus pada Aqeela, perempuan yang sebulan lalu telah resmi menjadi tunanganya.

Sean melangkahkan kakinya melewati kamar Aqeela dan langsung menuju ke kamarnya, seorang maid yang melihat kejadian tersebut mengerutkan dahinya.

“Tumben sekali Tuan Muda Sean tidak mampir dulu ke kamar Nona Aqeela, biasanya kakinya selalu terlihat gatal ingin masuk ke sana” gumam maid tersebut dan langsung cepat-cepat berpura-pura sibuk kembali dengan pekerjaanya saat melihat Sean tengah menoleh ke arahnya.

Malam harinya, seperti biasa para pelayan menyiapkan makan malam untuk tiga orang di atas meja. Liliana dan Sean lebih dulu datang ke ruang makan dan duduk di kursi yang biasa mereka tempati. Aqeela turun paling akhir, dia melihat kursi yang disiapkan untuknya berada di sebelah Liliana.

“Mengapa aku harus duduk berjauhan dengan Sean? Siapa yang mengatur posisi seperti ini?” tanya Aqeela sambil memandangi beberapa maid yang berdiri tak jauh dari meja makan.

“Tapi nona... bukankah waktu itu nona sendiri yang meminta untuk selalu disiapkan tempat duduk di samping nyonya besar?”

Mendengar jawaban dari maid tersebut wajah Aqeela memerah, dalam hatinya dia merutuki Aleeka yang tak menjelaskan padanya perihal itu.

Berbeda halnya dengan Sean, dia semakin menaruh curiga pada Aqeela, karenanya dia bersikap dingin dan acuh pada gadis yang menjadi tunanganya tersebut.

Sikap Sean yang mendiamkanya di meja makan tentu saja membuat Aqeela semakin jengkel dan marah pada Aleeka.

“Awas saja kau Aleeka, sebentar lagi kau akan menuai hasil perbuatanmu, dan kupastikan aku tidak akan memberimu ampun sediktipun” gumam Aqeela dalam hatinya.

SunnyBells09

Hai... tolong tinggalkan jejak setelah membaca ya, ;) biar author semangat nulisnya

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status