“Apa yang sudah kau lakukan Aleeka? kau membuat kekacauan disini! sudah kukatakan jaga sikapmu! Jangan pernah mendekati apalagi merayu calon suamiku, tapi apa nyatanya hah?! Kau membuat semua rencanaku jadi berantakan”
Suara Aqeela langsung terdengar nyaring begitu Aleeka menggeser tombol hijau di ponselnya, sampai-sampai dia harus menjauhkan benda tersebut dari telinganya.
“Apa maksudmu Aqeela?! Bukankah aku sudah menuruti semua yang kau pinta? Dan kini tolong tepati kata-katamu! Menjauhlah! Dan JANGAN KAU GANGGU HIDUPKU LAGI!”
Aleeka kesal atas semua tuduhan Aqeela, terlebih dia merasa sudah berkorban menghabiskan waktunya selama satu bulan untuk menuruti kemauan kakak kembarnya itu.
“Dengan Aleeka aku tidak akan-“
“Kau yang seharusnya mendengarkan aku Aqeela, jangan kau anggap diriku lemah hanya karena papa dan mama selalu ada di pihakmu. Berhentilah menjadi anak manja yang sellau mengandalkan ornag lain untuk mendapatkan semua yang kau inginkan! Aku sudah tidak sudi lagi menuruti kemauanmu, pantas saja kemarin kau di Paris hanya mendapatkan kegagalan, karena kau memang tidak becus melakukan apapun sendiri”
“Kau..!!!?” Aqeela tak meneruskan kata-katanya, malah dia mematikan panggilan karena kesal dengan Aleeka yang memberontak seperti itu.
“Lihat saja kau nanti Aleeka, aku akan membuat perhitungan denganmu” ucap Aqeela setelah dia menutup panggilan dan melemparkan ponsel miliknya ke atas kasur.
~\/~
Sementara di ruang kerja Sean. Jakarta.
Sean tengah mengamati beberapa berkas yang dikirim oleh orang kepercayaanya yang di tugaskan untuk menyelidiki semua tentang keluarga tunanganya. Hati kecil Sean masih saja bimbang dengan perubahan sikap Aqeela.
“Aku hanya meninggalkanya selama beberapa waktu, mengapa sekarang dia jadi lebih berani dan agresif padaku?”
Sean membolak balikan kertas di tanganya sambil bergumam sendirian, dan sesaat kemudian gerakan terhenti tiba-tiba.
“Jadi ibunya melahirkan Aqeela dengan cara operasi? Dan.. tunggu dulu... apa ini? Tante Felisha harus di operasi karena posisi salah satu dari bayinya melintang?”
Kembali Sean membuka lembaran kertas dan mencari-cari sesuatu. “Tidak ada lagi, hanya ini saja, tapi... apa maksudnya dengan posisi salah satu dari bayinya melintang? Memangnya Tante Felisha melahirkan berapa bayi? Bukankah Aqeela adalah anak tunggal?”
Karena tak menemukan kejanggalan lainya, tanpa melihat ataupun membaca judul yang tertera di sampul berkas dengan logo sebuah rumah sakit swasta di Jakarta tersebut, Sean memasukan kembali berkas-berkas yang dibacanya ke dalam amplop berukuran besar.
Sean meraih ponselnya dan menscroll ke bawah untuk mencari sebuah nama dan mulai melakukan panggilan.
“Jerome, dengarkan aku. Ada beberapa hal yang harus ku urus di Jakarta, mungkin membutuhkan waktu lebih lama, jadi kuharap kau membantu dad disana untuk menjalankan perusahaan, dan jangan lupa untuk menangani kartel black dragon”
Begitu terdengar suara seseorang yang menyapanya di seberang sana, Sean langsung memberikan to the point mengutarakan maksud dan tujuanya menghubungi orang itu.
“Hei brother, mengapa kau tegang sekali? Bahkan kau tak menanyakan kabarku terlebih dahulu, dan aku punya sedikit keluhan untukmu, mengapa kau terburu-buru kembali ke Jakarta sebelum aku pulang dari Paris kemarin?”
“Untuk apa aku menunggu anak manja yang sedang berlibur memanjakan pen*snya bersama gadis-gadis di Paris sana? Lebih baik aku pulang untuk mengurus tunanganku yang sedang sakit”
“Oh.. jadi kau lebih mementingkan perempuan yang di beli dad daripada adik kandungmu sendiri?”
“Jangan bicara seperti itu Jerome, Aqeela adalah gadis baik-baik”
“Tapi itu kenyataanya kan? keluarga tunanganmu itu mau menjodohkan putri mereka karena dad memberikan suntikan segar pada perusahaan keluarga mereka yang di ujung kebangkrutan”
“Sudahlah Jerome, kau lakukan saja apa yang kuperintahkan tadi, dan jangan berfoya-foya terus, ingat umurmu, seriuslah pada satu gadis saja, keluarga Genaaro dikenal dengan kesetiaan mereka pada pasanganya”
Terdengar helaan napas Jerome di seberang sana, menandakan dia tengah bosan dengan semua ucapan Sean. Tanpa berbasa basi lagi Sean pun mematikan panggilanya dengan sang adik. Kemudian dia kembali melakukan sebuah panggilan pada orang yang berbeda.
Hanya beberapa saat Sean berbicara pada orang yang di telponya, setelah itu dia memanggil kepala pelayan di rumahnya melalui saluran khusus, beberapa saat kemudian terdengar bunyi ketukan pintu.
“Masuklah Berta”
Sean menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi saat melihat Berta memasuki ruangan. “Tuan muda memanggil saya?”
“Iya Berta, aku ingin kau awasi gerak gerik tunanganku dan laporkan padaku setiap kali kau melihat ada perbedaan sikapnya dari sebelum aku pergi ke Sisilia dan setelah aku kembali”
“Tapi tuan muda...” Berta nampak berpikir dan ragu-ragu untuk berucap.
“Katakan saja Berta, ada apa? jangan menyembunyikan apapun dariku”
“Nona Aqeela nampak berubah saat kembali dari pertemuanya dengan teman-temanya hari itu”
“Bertemu teman? Kapan?”
“Sebelum tuan muda kembali, saat itu nona nampak kurang sehat, tapi menolak untuk dibawa ke rumah sakit ataupun memanggil dokter, dan dia malah pergi untuk bertemu dengan teman lamanya, begitu yang dia bilang pada saat itu”
Sean terdiam beberapa saat mendengar penjelasan Berta. “Baiklah, terimakasih atas keteranganmu Berta, kau boleh pergi sekarang”
Berta langsung pergi setelah membungkukan punggungnya sebelum membalikan tubuhnya dan keluar dari ruangan Sean.
“Siapa kamu sebenarnya? Dan dengan tujuan apa kau masuk ke rumahku?”
Sean nampak berpikir keras setelah Berta meninggalkanya sendiri. Kembali diraihnya telpon selularnya dan menghubungi seseorang.
“Kau periksa semua data keluarga Widjaya, serta perusahaan mereka, laporkan padaku semuanya, termasuk data keuangan mereka dan aku ingin mendapatkan laporanya secepat mungkin”
[“....”]
“Tentu John, aku akan sangat berhati-hati menjaga sikap dengan perempuan yang ada di rumahku sampai kebenaranya terkuak”
Sean bangkit dari duduknya setelah memutuskan panggilan telpon, dia berjalan keluar dari ruang kerjanya, hari ini Sean memang tidak pergi ke kantor dan hanya memeriksa semua pekerjaan yang di laporkan bawahanya dari ruang kerja yang ada di rumahnya. Namun pikiran Sean hanya terfokus pada Aqeela, perempuan yang sebulan lalu telah resmi menjadi tunanganya.
Sean melangkahkan kakinya melewati kamar Aqeela dan langsung menuju ke kamarnya, seorang maid yang melihat kejadian tersebut mengerutkan dahinya.
“Tumben sekali Tuan Muda Sean tidak mampir dulu ke kamar Nona Aqeela, biasanya kakinya selalu terlihat gatal ingin masuk ke sana” gumam maid tersebut dan langsung cepat-cepat berpura-pura sibuk kembali dengan pekerjaanya saat melihat Sean tengah menoleh ke arahnya.
Malam harinya, seperti biasa para pelayan menyiapkan makan malam untuk tiga orang di atas meja. Liliana dan Sean lebih dulu datang ke ruang makan dan duduk di kursi yang biasa mereka tempati. Aqeela turun paling akhir, dia melihat kursi yang disiapkan untuknya berada di sebelah Liliana.
“Mengapa aku harus duduk berjauhan dengan Sean? Siapa yang mengatur posisi seperti ini?” tanya Aqeela sambil memandangi beberapa maid yang berdiri tak jauh dari meja makan.
“Tapi nona... bukankah waktu itu nona sendiri yang meminta untuk selalu disiapkan tempat duduk di samping nyonya besar?”
Mendengar jawaban dari maid tersebut wajah Aqeela memerah, dalam hatinya dia merutuki Aleeka yang tak menjelaskan padanya perihal itu.
Berbeda halnya dengan Sean, dia semakin menaruh curiga pada Aqeela, karenanya dia bersikap dingin dan acuh pada gadis yang menjadi tunanganya tersebut.
Sikap Sean yang mendiamkanya di meja makan tentu saja membuat Aqeela semakin jengkel dan marah pada Aleeka.
“Awas saja kau Aleeka, sebentar lagi kau akan menuai hasil perbuatanmu, dan kupastikan aku tidak akan memberimu ampun sediktipun” gumam Aqeela dalam hatinya.
Hai... tolong tinggalkan jejak setelah membaca ya, ;) biar author semangat nulisnya
Pagi hari Sean tak bisa lagi mengabaikan kesibukanya di kantor, keluarga Genaaro memang membangun semua bisnis legalnya di Indonesia., walaupun mereka juga memiliki jaringan bisnis ilegal yang tersebar di beberapa negara di Eropa, dan Sean adalah pewaris utama kerajaan yang dulunya di rintis oleh Tuan Genaaro, kakek dari Sean.Pagi-pagi sekali Sean sudah meninggalkan rumahnya, dia melewatkan sarapan yang biasanya selalu dia tunggu untuk dapat menikmati makan bersama neneknya dan juga Aleeka, saat Aleeka masih bertukar peran dengan Aqeela.“Apa Sean tidak sarapan pagi ini?” Aqeela yang hanya makan berdua dnegan Liliana menanyakan keberadaan Sean pada salah seorang maid yang melayani mereka.“Tuan Muda Sean sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali nona”“Mengapa dia pergi tanpa membangunkan aku dulu?”“Saya kurang tau soal itu nona, maaf”Aqeela menatap maid yang tertunduk di hadapanya dengan tatapan tajam dan jelas tidak menyukainya.“Sudahlah Aqeela, mungkin Sean memiliki pekerjaan
Brraakkkkkk.Aleeka terhuyung ke depan, hampir saja kepalanya membentur kursi yang ada di depanya, kedua tangan Aleeka memeluk perutnya, berusaha melindungi bayi yang ada dalam rahimnya.“Oh Tuhan, apa yang terjadi? Ada apa pak supir?”“Ada sebuah mobil menyerempet kita dari samping tadi nona, mungkin sang supir dalam keadaan mabuk, apakah anda baik-baik saja nona?”“Aku tidak apa-apa pak, jangan khawatir”Setelah memastikan kondisi Aleeka, pengendara supir taksi yang ditumpangi Aleeka pun keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan mobilnya. Beberapa orang berkerumun di dekat taksi tersebut, mereka ingin melihat kondisi orang yang berada di dalam mobil.Aleeka pun akhirnya keluar dari dalam taksi dengan masih tetap memegangi bagian perutnya. Walaupun hanya benturan kecil tetapi Aleeka sangat mengkhawatirkan kondisi janin yang ada disalam sana.“Sekali lagi kau mengacaukan kehidupan Aqeela, maka mobil yang kau tumpangi akan berakhir menjadi rongsokan, dengan dirimu berada di dalamnya”A
“Dasar tidak sabaran, dia pasti bukan penduduk asli sini, kampungan”“Hei Aleeka, jangan mengatai orang lain, ingat kau ini sedang hamil” Nancy setengah tertawa melihat Aleeka memandang pengemudi mobil di depan mereka dengan tatapan tidak suka.“Mungkin dia sedang tergesa-gesa untuk menemui kekasihnya” tebak Nancy yang langsung mendapat cibiran dari Aleeka.“Tapi dia seperti orang tidak beretika Nancy, harusnya dia tertib antri, nanti juga dapet gilirannya”“Ya ya, terserah kau sajalah Aleeka”Setelahnya tak ada lagi perdebatan antara Aleeka dan Nancy, karena mobil di depanya sudah melaju keluar area parkir seperti sedang terburu-buru.~\/~Di Jakarta.Sean sedang berada di salah satu tempat hiburan milik sahabatnya. Mereka berada di ruang vvip dengan fasilitas super mewah.“Sean, akhirnya kau datang juga, setelah mengurung diri bersama tunanganmu itu” dua orang laki-laki yang nampak sebaya dengan Sean menghampirinya.“Yaza? kau ada disini? Bukankah ini adalah hari pernikahanmu?” Sea
Aku tak peduli siapa pemilikmu, saat aku menginginkanmu kupastikan kau hanya akan jadi milikku~Gibran Yudhistira~***Gibran menoleh ke samping dan menatap Sean tajam setelah mendengar nama yang diucapkan oleh sahabatnya itu, sedangkan Sean yang sedang asik menatap layar ponselnya tak menyadari tatapan mata Gibran, Yaza saat itu sedang menerima panggilan telpon, hanya Arik yang menyadari perubahan wajah Gibran disana.Gibran Yudhistira, Sean mengenalnya dari jaman kuliah dulu, saat itu William Genaaro, ayah Sean mengirimnya untuk menempuh pendidikan di Jerman. Disanalah Sean mengenal Gibran, Arik dan Yaza. Satu tahun kemudian adik kandung Sean, yaitu Jerome Genaaro menyusulnya untuk kuliah di kampus yang sama, karena jaran usia antara Sean dan Jerome hanya terpaut satu tahun, akhirnya Jerome pun masuk ke dalam lingkaran pertemanan mereka.“Ehem...” Arik sengaja berdehem cukup keras untuk mengalihkan perhatian Gibran, dan triknya cukup berhasil. Gibran tak lagi memandang tajam ke arah
Pagi ini Aleeka bernapas lega, karena dia bisa memakan sarapanya tanpa mual. Aleeka mengelus perutnya dan mengambil gelas berisi susu ibu hamil yang dibuatkan oleh Nancy.“Terimakasih nak, kali ini kau tidak rewel, bahkan mama bisa menghabiskan segelas susu”Selesai sarapan Aleeka berjlan kembali ke kamarnya, dia harus bersiap pagi ini untuk memberikan laporan yang di mita oleh bosnya di perusahaan.“Nancy, aku akan pulang cepat hari ini dan mengantarmu ke rumah sakit untuk kemo, kau beristirahatlah, aku sudah memesan cleaning service part time untuk membereskan apartemen, jangan sampai kau kelelahan, ok?!”“Bagaimana mungkin aku kelelahan sayang, kau menyuruhku tidur dan makan seharian tanpa mengijinkanku melakukan apapun, aku bahkan merasa badanku pegal semua karena hanya berbaring saja, dan perlu kau ingat... aku baik-baik saja, meskipun kanker sialan ini hidup dalam tubuhku, tetapi aku masih mampu mengurusmu seperti dulu”Aleeka hanya tersenyum menanggapi ucapan Nancy, karena jika
Di dalam kamarnya Aqeela mengunci diri, dia meyuruh maid untuk mengantarkan makananya, dia tak berani turun ataupun keluar kamar, bahkan dia selalu berpura-pura masih berada di tempat tidur tiap kali ada pelayan yang masuk ke kamarnya.“Sial, kenapa Chelsea ada disini? apa hubungan dia dengan Sean? Bagaimana jika dia mengadu pada Sean? Bagaimana jika dia mengenali aku?” kembali Aqeela mengusap wajah dengan kedua tanganya, dia begitu terkejut saat melihat kedatangan Chelsea tadi malam, karena mereka pernah saling mengenal saat kontes pemilihan model di Paris sebulan yang lalu.Aqeela menutup wajahnya dengan bantal. “Aaarrggghhh... apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus mencari alasan untuk keluar dari rumah ini, sebelum Chelsea mengadu pada Sean”Aqeela mengambil ponselnya hendak menelpon seseorang, namun niat tersebut diurungkanya saat mendengar bunyi ketukan di pintu kamarnya.“Nona Aqeela, aku mengantarkan sarapan anda nona”“Masuk saja, dan letakan di meja”Selang berapa la
“Apa yang kau dapat dari hasil penyelidikanmu?” Sean kembali ke wajah seriusnya.Arik menatap Sean dan mengutuknya dalam hati, karena sudah mengerjainya pagi-pagi tadi. “Wanita yang bernama Nancy itu ternyata tinggal berdua dengan putrinya, dan kau tau siapa nama putrinya itu?”“Jangan main tebak-tebakan denganku, beritahu semuanya”Arik menghela napasnya, menatap malas pada Sean. “Nama putrinya Nancy adalah Aleeka Maharani Widjaya”“APA?!”Mata Sean membuka lebar mendengar nama yang disebutkan oleh Arik. Sean langsung teringat berkas laporan yang dia terima beberapa hari lalu, di sana tertulis ibunya Aqeela melahirkan secara operasi dikarenakan salah satu posisi bayinya melintang.“Disini Aqeela Maharani Widjaya, dan disana Aleeka Maharani Widjaya. Jadi... mereka kembar?” Sean bergumam sendiri namun masih bisa di dengar oleh Arik.“Kau ingin aku pergi ke Singapura?”“Kita. Kita yang akan pergi kesana, kau bersiaplah”Arik menganggukan kepala. “Apapun demi bayaran yang kau janjikan”
“Kau sudah melihatnya Sean?”“Iya, dia memang sangat mirip dengan Aqeela, dan aku yakin gadis yang saat itu tinggal di rumahku adalah dia, bukan Aqeela tetapi Aleeka”Sean dan Arik telah tiba di Singapura, atas permintaan Sean mereka langsung menuju ke apartemen Aleeka siang itu juga, namun saat mereka tiba, Aleeka dan Nancy sedang menunggu taksi online untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit. Sean pun memutuskan untuk mengikuti mereka secara diam-diam hingga mereka sampai di rumah sakit. Sean terus mengawasi Aleeka dari tempat tersembunyi, dan dari situ dia mengetahui tentang kondisi Nancy serta obrolan Aleeka dengan dokter.Wajah murung Aleeka setelah mendengar penjelasan dokter tentang penyakit Nancy membuat Sean pun turut merasa bersedih, dia sangat ingin memeluk Aleeka untuk menghiburnya, namun apa daya saat ini Sean hanya bisa melihat Aleeka dari jarak jauh saja. Namun Sean begitu merindukan aroma tubuh Aleeka, dia pun mencari cara untuk berdekatan dengan gadis yang dirinduka