Share

Bab 7. Proyek Besar

Pagi hari Sean tak bisa lagi mengabaikan kesibukanya di kantor, keluarga Genaaro memang membangun semua bisnis legalnya di Indonesia., walaupun mereka juga memiliki jaringan bisnis ilegal yang tersebar di beberapa negara di Eropa, dan Sean adalah pewaris utama kerajaan yang dulunya di rintis oleh Tuan Genaaro, kakek dari Sean.

Pagi-pagi sekali Sean sudah meninggalkan rumahnya, dia melewatkan sarapan yang biasanya selalu dia tunggu untuk dapat menikmati makan bersama neneknya dan juga Aleeka, saat Aleeka masih bertukar peran dengan Aqeela.

“Apa Sean tidak sarapan pagi ini?” Aqeela yang hanya makan berdua dnegan Liliana menanyakan keberadaan Sean pada salah seorang maid yang melayani mereka.

“Tuan Muda Sean sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali nona”

“Mengapa dia pergi tanpa membangunkan aku dulu?”

“Saya kurang tau soal itu nona, maaf”

Aqeela menatap maid yang tertunduk di hadapanya dengan tatapan tajam dan jelas tidak menyukainya.

“Sudahlah Aqeela, mungkin Sean memiliki pekerjaan yang sangat mendesak, itu sebabnya dia terburu-buru berangkat ke kantor, kau tunggu saja, dia pasti sebentar lagi menelponmu”

Aqeela memberikan senyumanya walau terkesan di paksakan, dia tak berani membantah ucapan Liliana, karena Sean sangat menghormati neneknya.

Sementara di sebuah gedung tinggi nan megah, tepatnya di sebuah ruangan, Sean sedang berbicara dengan John, asisten pribadi sekaligus tangan kanannya.

“Tuan muda, ada titipan dari Tuan Arik. Saya sudah meletakanya di meja anda”

Sean melirik amplop coklat besar yang ada di depannya. “Apa kau sudah membacanya John?”

“Tidak tuan, karena saya pikir itu adalah berkas pribadi dan juga Tuan Arik yang memberikan,  jadi saya tidak memeriksanya terlebih dahulu”

Sean menarik napas dalam dan menghembuskanya kasar, dia menarik amplop tersebut dan membukanya. Untuk beberapa saat lamanya Sean tenggelam dalam bacaanya, sesekali keningnya terlihat berkerut dan menggelengkan kepala.

John yang melihat semua sikap Sean hanya mengernyitkan hadinya sedikit. “Apa ini ada hubunganya dengan Nona Aqeela?” ingin sekali John menanyakan hal itu pada Sean, namun dia tak berani untuk membuka mulutnya dan mengganggu konsentrasi Sean.

“Jadi Aqeela pergi ke Paris sebulan yang lalu untuk mendaftarkan diri di salah satu ajang pemilihan model ternama disana?” gumam Sean yang juga di dengar oleh John.

“Tapi tuan... bukankah selama Nona Aqeela ada di rumah anda?”

“Itu juga yang menjadi ganjalan hatiku John, seperti yang sudah kukatakan padamu, aku merasa Aqeela berbeda setelah aku kembali dari Sisilia”

“Maaf tuan, sebenarnya... saya juga merasa heran...”

John tak meneruskan perkataanya, dia menatap Sean untuk melihat bagaimana reaksinya.

“Teruskan John, apa yang kau ketahui?”

“Jadi begini tuan, saat awal-awal Nona Aqeela tinggal di rumah anda, dia seperti orang yang tidak tau apa-apa tentang Jakarta, bahkan pernah suatu ketika saya mengantarkanya ke salah satu mall besar di pusat kota, sikap dia menunjukan seolah dia baru pertama kali datang kesana tuan”

“Hmm... itu aneh, karena Aqeela kan tumbuh besar di Jakarta”

“Itu juga yang ada di pikiran saya saat itu tuan”

Dahi Sean kembali berkerut, dia memijit pelan pelipisnya saat melanjutkan kembali membaca laporan yang dikirim oleh Arik, sahabatnya saat jaman kuliah dulu. Sean pun kembali menghubungi seseorang melalui telepon.

“Aku membaca ada keanehan pada laporanmu”

[“...”]

“Untuk apa mereka mengirimkan sejumlah besar uang secara rutin setiap bulan ke Singapura? Bisa kau selidiki lebih jauh soal ini?”

[“....”]

“Bagus, selidiki terus, dan aku mau laporan lengkap semua aliran dana keluarga Widjaya, baik keluar ataupun yang masuk ke rekening mereka”

~\/~

Aleeka pagi ini terbangun lebih awal dari biasanya, dia merasakan perutnya bergejolak namun yang keluar hanyalan cairan bening.

“Ayolah nak, jadilah anak baik, berilah mommy waktu untuk bekerja demi mempersiapkan masa depanmu nak”

Aleeka mengusap perutnya yang masih rata, pikiranya melayang pada beberapa tawaran proyek dari sahabatnya, dan ada satu yang menarik perhatianya, karena nominal keuntunganya sangat besar, Aleeka memutuskan untuk menerima tawaran tersebut, sebuah proyek design interior berskala besar untuk sebuah hotel berbintang di kawasan elite orchard.

Semalam Aleeka sudah mensubmit contoh design yang sudah dia kerjakan beberapa hari ini melalui surel yang dia kirim langsung alamat email perusahaan tersebut.

“Tolong do’akan mommy ya nak, semoga mereka menyukai hasil karya mommy”

Senyum Aleeka merekah kala membayangkan dia sedang menimang dan menggendong bayinya, dia jadi tidak sabar ingin segera melahirkan. Saat Aleeka masih tenggelam dalam lamunanya, ponselnya berdering, dengan cepat Aleeka menjawab panggilan tersebut setelah membaca nama si pemanggil.

“Hallo”

[“....”]

“Benarkah? Kau tidak sedang bercanda kan bos?”

[“...”]

“Wah... kau benar bos, ini memang berita besar untukku, terimakasih banyak bos, aku berhutang padamu”

[“....”]

“Jangan khawatir bos, kupastikan aku tak akan mengecewakanmu”

[“...”]

“Baiklah, sekali lagi aku ucapkan terimakasih banyak”

[“...”]

“Bye”

Aleeka meletakan kembali ponselnya dengan perasaan riang, dia begitu bersemangat mendengar kabar bahwa pihak klien menyukai hasil designya. Tanpa sadar dia bersenandung gembira hingga membuat Nancy yang saat itu masuk ke dalam kamarnya merasa heran melihat perubahan sikap Aleeka yang akhir-akhir ini terlihat murung.

“Aku senang Aleekaku sudah kembali normal, kembali menjadi gadis yang ceria”

“Oh, hai Nancy, aku sedang senang hari ini, tebak... aku akan segera menandatangani kontrak besar”

“Wah... benarkah? Aku sangat bahagia mendengarnya nak”

“Iya Nancy, aku bahkan tidak mempercayai akan secepat ini mereka memintaku untuk memulai pekerjaan, mungkin ini adalah keberuntungan sang bayi dalam kandunganku”

Nancy tersenyum lebar dan memeluk Aleeka, mereka terlihat sangat bahagia pagi itu. Bahkan senyum Aleeka masih menghiasi bibirnya saat dia sudah berada di kantor.

“Kau seperti orang yang habis dapat lotere Aleeka, bagi-bagi dong” ucap Richard, rekan kerja sekaligus sahabat dekat Aleeka yang berwajah tampan namun luwes dan lembut seperti wanita. Semua rekan kerja biasa memanggilnya Miss Richi.

“Kau ini mengganggu saja Miss Richi, sudah sana kerjakan saja pekerjaanmu, aku sedang sibuk”

“Aduh ampuun deh, selama sebulan menghilang tanpa kabar, sekarang setelah kembali berubah menjadi singa galak, iihh... aku tidak suka itu, Tuhan tolong kembalikan sahabat baikku padaku”

Aleeka hanya cekikikan melihat gaya Miss Richi yang gemulai.

“Aleeka, kau dipanggil oleh bos, disuruh ke ruanganya” ucap Mariana, sekretaris dari bosnya yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat mereka.

“Baiklah Ana, aku akan segera menghadap”

Aleeka bergegas ke ruangan sang atasan, setelah mengetuk pintu dia pun melangkahkan kakinya untuk masuk, di dalam ruangan ternyata sudah ada Daniel, rekan kerja satu profesi denganya. Daniel seorang pria berdarah Australia dan berwajah tampan itu langsung tersenyum begitu melihat Aleeka masuk. Aleeka membalas senyum Daniel sesaat, dan memfokuskan diri untuk mendengarkan perkataan dari bosnya.

“Aleeka, aku memanggilmu kesini menyangkut proyek yang akan kau tangani, dan disini ada Daniel yang menawarkan diri untuk membantumu, kuharap kalian bisa bekerjasama dengan baik”

Sebenarnya Aleeka tak keberatan dengan campur tangan Daniel dalam pekerjaanya, namun terkadang Aleeka merasa risih atas perhatian dari Daniel yang menurutnya terlalu berlebihan untuk ukuran seorang rekan kerja. Namun karena bosnya yang meminta, akhirnya Aleeka pun menyetujuinya. Lagipula tidak ada salahnya menerima uluran tangan dari Daniel.

Sore hari Aleeka pulang lebih awal dari biasanya, karena dia berencana akan memeriksakan kandunganya, disamping dia juga merasa mual dan pusing hampir sepanjang hari ini.

“Aleeka, kau terlihat pucat sekali, mau kuantarkan pulang?” Daniel datang menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, namun kali ini Aleeka menolaknya, dia tak ingin Daniel mengetahui bahwa dia akan ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.

Aleeka pun memilih naik taksi untuk pergi ke rumah sakit, setelah sebelumnya dia mengabarkan pada Nancy bahwa dia akan pulang terlambat. Taksi yang membawanya pun melaju dengan kecepatan sedang, Aleeka menyandarkan punggung dan kepalanya ke sandaran kursi, untuk mengurangi rasa mual dan pusingnya. Baru saja Aleeka memejamkan matanya, tiba-tiba dia merasakan guncangan yang cukup keras dari arah samping, setelahnya taksi terasa oleng dan menabrak halte yang ada di dekatnya saat itu.

Brraakkkkkk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status