Share

2. Hukuman

"Hei, ada apa kok ramai sekali?" Ramon celingukan ditengah kerumunan orang disamping meja bartender.

"Tumben cepet?"

"Ck, cewek tadi tak se-hot visualnya. Baru aku gempur dua ronde, sudah tepar tak berkutik. Padahal dia tidak mabuk." Ramon menghela napas kecewa.

"Makanya jangan dinilai dari luarnya. Lihat cewek cantik berambut merah itu, kelihatan polos tapi bisa tanding minum dengan Jose."

"Cewek itu." Ramon menunjuk dengan kepalanya ke arah Lexa." Whoa, menarik."

"Ya dan hasilnya seri." Sergio tersenyum masam.

"Apab… cewek itu bisa seri melawan seorang Jose Armando minum?" Ramon melotot tidak percaya.

"Seperti yang kau lihat, dia masih bisa berdiri tegak setelah berbotol-botol vodka."

"Oke Jose, taruhan apa selanjutnya untuk menentukan pihak pemenang di antara kita." Lexa tersenyum menantang.

"Oh, sepertinya kau tidak sabar menantangku dan sangat yakin akan menang, hah?"

"Hei, boleh aku kasih saran?" Ramon menginterupsi percakapan mereka. "Bagaimana dengan taruhan adu ketangkasan menembak? Kebetulan di sebelah kelab ada arena tembak dan aku lihat nona manis ini membawa sebuah pistol, itu artinya nona manis ini punya keahlian menembak bukan?"

"Hhh, jeli juga pengamatanmu tuan ….

"Ramon, namaku Ramon, nona manis." Ramon mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Aku setuju dengan usul Ramon, bagaimana denganmu Lexa?" Jose meminta persetujuanya Lexa.

"Kenapa tidak?"

"Malam ini otakmu encer juga Ram, berapa kali pelepasan barusan, hah?" Jose tertawa sambil menepuk bahu Ramon.

"Ck, jangan bahas itu lagi, ayo segera mulai. Aku sudah tidak sabar melihat siapa yang paling jago di antara kalian berdua."

"Baiklah, ayo. Lexa, arena tembak berada di samping kanan belakang club ini. Siap-siap untuk bertarung, nona." Jose mempersilakan Lexa untuk lebih dulu melangkah keluar kelab.

Jose tampak berbicara dengan penjaga arena, terlihat sang penjaga menganggukkan kepala berkali-kali kepada Jose. Setelah selesai memberi instruksi kepada penjaga, Jose menghampiri Lexa dan kedua orang temannya.

"Oke semuanya sudah siap, mari kita mulai pertandinganya nona manis." Jose tersenyum smirk kepada Lexa.

"Kita lihat kemampuan menembakmu, apakah sesuai dengan wajah tampanmu, Jose." Lexa berbalik mengejek Jose.

"Woa, Ramon siapkan mentalmu untuk menyaksikan pertandingan panas ini." Sergio menyenggol bahu Ramon, sedangkan Ramon menjawabnya dengan kelakar tawa yang keras.

"Baiklah, yang terbanyak bisa menembak pada sasaran inti dialah pemenangnya." Penjaga arena tembak menginterupsi percakapan mereka.

Lexa dan Jose mulai memakai kaca mata pelindung, head phone lalu mulai mengambil pistol dan mengisinya dengan peluru. Setelah persiapan selesai baik Jose dan Lexa mengangkat ibu jarinya keatas sebagai tanda siap. Sang penjaga yang merangkap wasit pertandingan pun memberi tanda mulai setelah bendera berwarna merah diayunkan ke udara.

"Desiung … dor, dor, dor!" Suara tembakan memekakkan telinga. Jose melirik kearah Lexa. 'Sial, gadis ini terlihat sangat tenang padahal baru saja minum vodka dalam jumlah yang tidak sedikit. Pose cara menembaknya pun terlihat sangat elegan. Sepertinya gadis yang kutantang adalah seorang penembak profesional. Aku harus menjalankan plan B.' batin Jose.

Sang wasit kembali mengangkat bendera keatas yang menandakan waktu pertandingan telah usai." Baiklah, pertandingan telah berakhir sambil menunggu perhitungan nilai, tuan dan nona bisa istirahat sebentar." Kedua teman Jose langsung menghampiri Jose dan Lexa.

"Kalian keren, terlihat kompak dan sangat profesional." Sergio bertepuk tangan.

"Siapkan hatimu Jose, tampaknya lawanmu tidak boleh diremehkan." Ramom menggoda Jose.

"Kita tunggu saja hasilnya." Jose menjawab asal dan menanti hasil pertandingan dengan harap-harap cemas. Sedangkan Lexa hanya tersenyum tenang dan terlihat sangat santai.

"Ehm, permisi Tuan, Nona, menurut perhitungan nilai dari tembakan peluru. Anda berdua seri, dengan hasil yang sama yaitu enam tembakan tepat mengenai sasaran pusat inti.

"What …" Sergio dan Ramon kaget, mereka membulatkan matanya.

Jose sudah siap-siap dengan rencananya, ia tidak boleh kalah demi terlaksananya rencana terselubung yang ia inginkan. Perlahan ia menggerakan jarinya memberi kode kepada orang suruhannya. Gerakan jarinya sangat samar, sehingga tak terlihat oleh siapa pun.

"Oh godddd, anda hebat sekali nona Lexa." Ramon memuji Lexa sambil menjabat tangannya.

"Jadi pertandingan belum berakhir kalau hasilnya seri lagi." Sergio mengingatkan.

"Sebagai penentu, saya akan memberikan satu buah peluru masing-masing kepada tuan dan nona. Siapa yang bisa menembak tepat di pusat inti sasaran, dialah pemenangnya." Selesai menjelaskan peraturan, sang wasit mulai memberikan masing-masing satu buah peluru kepada Jose dan Lexa.

Sambil mengenakan kaca matanya, Jose kembali berkata." Aku ingatkan sekali lagi nona lexa, pihak yang kalah harus mau mengikuti kemauan pihak sang pemenang."

"Aku belum pikun, tuan Jose yang terhormat." Lexa mulai memasukkan peluru ke dalam pistolnya. Di seberang sana, sang wasit mulai memberikan aba-aba siap.

"Dorrr." Satu peluru terakhir telah dimuntahkan oleh pistol keduanya ke arah sasaran tembak. Segera sang wasit memeriksa hasil tembakan dan memberi kode kepada mereka untuk mendekat.

"Peluru nona meleset 1cm dari pusat inti, jadi pemenangnya adalah tuan Jose."

Lexa membelalakkan matanya sambil memeriksa papan sasaran tembak. Bagaimana mungkin? Dia sangat yakin peluru yang ditembakkan tepat mengenai pusat sasaran inti. Tapi hasilnya terpampang nyata di depan matanya yang tidak dapat di pungkiri lagi dan dia harus menerima kekalahanya dengan ikhlas.

"Selamat Jose, akhirnya kau menang. Hampir saja aku jantungan menanti hasilnya." Sergio menepuk bahu Jose.

"Hahaha, mendebarkan sekali." Ramon menimpali.

"Baiklah-baiklah aku mengaku kalah, katakan apa hukuman untukku Tuan Jose?"

"Tidak sulit, Nona Lexa. Hukumannya adalah …menikahlah denganku."

"Apa?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status