"Menikahlah denganku."
"Apa." Tidak hanya Lexa yang kaget, kedua teman Jose juga syok mendengar permintaan Jose yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin hanya baru berkenalan dalam hitungan jam sudah ingin menikahi gadis asing yang tidak jelas asal usulnya terlebih lagi tiada rasa cinta. "Jangan bercanda Tuan Jose, bagaimana mungkin kita menikah sedangkan kita baru saja saling kenal dan aku tidak mencintaimu." "Hey dude, jangan bercanda. ini sebuah pernikahan bukan cuma ons yang akan berakhir dalam satu malam." Ramon mengingatkan. "Apakah kau ingin melakukan pernikahan sementara atau semacam pernikahan kontrak?" Sergio menatap Jose menuntut jawaban." Tapi itu akan merugikan dia, karena dia masih sangat muda. Ayolah Jose, cari hukuman lain, ini hanya sebuah taruhan biasa." "Aku tidak main-main, aku menyukaimu, Lexa. Aku ingin menikahimu." "Hei, Jose, kau tidak bisa memaksaku. Ini hanya suatu taruhan konyol, tidak ada perjanjian hitam di atas putih. Aku tidak mau menikah denganmu, TITIK. Sudahlah, aku pergi dulu. Aku tidak mau mengikuti keinginan gilamu." Lexa beranjak untuk meninggalkan arena tembak, tapi ketika mencapai pintu keluar, ada dua orang laki-laki bertubuh kekar menghalangi langkahnya. "Hei, apa-apaan kalian? Minggir, aku ingin keluar." Lexa berteriak sambil melotot. Jose berjalan menghampiri Lexa yang diikuti oleh kedua temanya. "Aku serius dengan kata-kataku tadi. Jadi jangan coba-coba untuk kabur." "Jose, tidak kau pikirkan sekali lagi. Setidaknya kau kenali dulu siapakah dia yang sebenarnya." Sergio menasehati. "Betul kawan kau juga harus memastikan, dia masih peràwan atau tidak." Ramon setengah berbisik. "Berisik, kalian berdua memang teman baikku, tapi kalian tidak berhak ikut campur urusan pribadiku. Dan untukmu nona Lexa, tidak ada kata penolakan.""Hei, kalian berdua. Bawa gadis ini ke mobilku." titah Jose kepada anak buahnya lalu melangkah dengan angkuh. "Hati-hati, jangan sampai calon pengantinku memar dan terluka." Jose mendelik tajam ke arah dua pengawal yang menarik Lexa secara paksa. "Jose, tunggu kami." Sergio dan Ramon setengah berlari mengejar Jose. Sedangkan Jose memerintahkan supirnya untuk cepat-cepat segera menjalankan mobilnya meninggalkan kedua temanya yang sedang berlari mengejarnya. Di dalam perjalanan hanya ada keheningan. Lexa sedang memikirkan sebuah cara untuk kabur dari cengkraman dan rencana gila Jose Armando. Sedangkan Jose tersenyum senang karena setengah dari rencananya telah berhasil. "Aku tidak akan menyakitimu, percayalah." Jose mengelus bahu Lexa. "Dengan memaksaku, itu artinya menyakitiku, Tuan. Huft," Lexa menghempas tangan Jose dari bahunya. "Jangan pernah memanggilku Tuan, kita akan segera menikah dan kau bukan budakku."Lexa kesal dan tidak menjawab, ia memalingkan mukanya ke samping. Sesampainya di mansion keluarga Armando, banyak pengawal dan pelayan yang menyambut kedatanganya. Mereka berbaris menundukkan kepala menunggu perintah dari sang tuan muda. Pengawal pribadinya Jose menyambut kedatangan Jose dan Lexa. Biasanya Bastian akan selalu menemani kemanapun Jose berada, tapi karena kondisi tubuh Bastian yang belum pulih akibat tembakan yang mengenai bahu kanannya ketika melindungi Jose dari percobaan pembunuhan, Jose memerintahkanya untuk istirahat di mansion dan tidak mengawalnya hari ini. "Bagaimana keadaanmu sekarang, Tian. Apakah sudah lebih baik?" "Terima kasih atas perhatian Anda, Tuan. Berkat perawatan dokter pribadi Anda, saya bisa dengan cepat meninggalkan ranjang pesakitan rumah sakit." "Syukurlah, oh ya, beritahukan kepada semua pelayan dan penjaga. Mulai hari ini mereka harus menghormati dan mematuhi gadis yang ada di sampingku ini. Dia akan menjadi nyonya muda rumah ini." "Kalian dengar semua, apa perintah Tuan Muda." Bastian mengumumkan sekali lagi perintah Jose kepada para pelayan dan penjaga, mereka mengangguk patuh lalu membubarkan diri setelah diberi instruksi oleh Ema sang kepala pelayan keluarga Armando. "Oh ya, Ema, carikan seorang pelayan pribadi untuk calon istriku. Dan kau Tian, segera urus perihal pernikahanku beserta pestanya. Biar aku sendiri yang menghubungi Daddy dan Mommy." Ema dan Bastian mengangguk lalu meninggalkan ruang tamu agar Jose dan Lexa bisa berbicara secara privat. "Apa yang sedang kau lihat? Buang pikiranmu untuk mencoba lari dariku Lexa." Jose menyipitkan matanya ketika melihat Lexa memandangi pintu yang menuju halaman belakang. "Aku heran, banyak wanita yang lebih cantik dariku mengapa kau ingin menikahiku. Untuk ukuran lelaki sekaya dan setampan dirimu pasti tidak sulit untuk mendapatkan wanita yang lebih segalanya dariku." "Tapi sayangnya, aku hanya mau kau. Kau lah wanita yang pertama bisa membuatku ingin menjalani sebuah pernikahan." ucap Jose dengan tersenyum. "Huft, konyol." Lexa mengembuskan napas karena kesal. "Tidak konyol lagi, kalau restoran milik ayahmu Tuan Felipe Dominique, dalam waktu kurang dari satu jam akan mengumumkan kebangkrutanya malam ini. Dihitung mulai detik ini." Mata Lexa melotot kaget. "Kau lelaki terlicik yang pernah kutemui. Jangan pernah kau sentuh keluargaku!" Teriak Lexa geram. "Hentikan kebiasaanmu untuk berteriak setiap kali berbicara. Biasakan untuk bersikap anggun dan sopan agar terbiasa nanti ketika menyandang nama Nyonya Armando. Tidak ada pilihan lain selain mengikuti perintahku kalau kau ingin keluargamu tidak terusik dan tersakiti." Jose mengangkat dagunya angkuh. "Aw." Lexa berteriak kaget ketika tiba-tiba Jose mengangkat tubuhnya seperti memanggul sebuah karung. Jose berjalan menaiki tangga menuju ke lantai dua, dimana kamarnya berada. "Sudah aku katakan berhenti berteriak, atau aku akan memukul pàntat indahmu ini." Jose meremas pàntatnya Lexa. "Jangan sentuh aku." Jose menurunkan Lexa di atas ranjang, ia mengungkung tubuh Lexa. Wajah mereka berhadapan hanya berjarak beberapa senti meter. Embusan napas Jose menyapu wajah Lexa. "Dengar baik-baik, jangan membuat kekacauan dan bersikap baiklah kepadaku.""Hmpt." Jose melumat bibir Lexa secara kasar. "Atau kau ingin aku melakukan lebih dari ini kepadamu?" Lexa bergidik ngeri sambil memejamkan matanya. "Tidurlah agar kau punya tenaga untuk mencoba gaun pengantin besok bersama ibuku. Dua hari lagi kita akan menikah." "Ap …." belum sempat Lexa menjawab, Jose segera memeluk Lexa erat sambil membisikan sesuatu. "Sekali lagi kau berteriak. Akan kuperkosa kau malam ini juga, paham! Sebaiknya simpan ke bar-baranmu untuk malam pertama kita." Jose beranjak dari tempat tidur." Cepat istirahat, pelayan pribadimu akan segera ku lkirimkan kemari dan kamarku ada di sebelah. Kalau ada apa-apa panggil saja aku." TBCLexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.