Share

3. Jangan Mimpi!

Genangan air sudah menenggelamkan sebagian tubuh Arini. Kontrakan yang dia tempati kini dikepung oleh air banjir yang memenuhi seluruh ruangan. Arini panik. Dia segera bangun untuk menyelamatkan benda berharga miliknya. Untung saja telepon genggam dan juga kartu identitasnya semua ada di dalam tas yang di simpan di atas lemari.

Arini menyelamatkan baju yang masih kering sebisanya. Dia segera dibantu oleh warga dan juga tim SAR untuk pergi ke tempat penampungan. Rasa-rasanya banyak betul cobaan yang dia harus hadapi.

Setelah genangan air mulai surut, Arini akhirnya kembali ke kontrakannya. Dia melakukan aktifitas mencari pekerjaan lain selain casting. Dia melamar sebagai pramuniaga restoran untuk menyambung hidupnya.

Ketidakmampuannya membuat dia selalu berada dalam kesulitan. Sebagai pelayan restoran, dia selalu mendapatkan complain dan juga pernah mendapatkan pelecehan verbal oleh pria hidung belang.

Arini mencoba menahan diri. Tidak ada tawaran untuk audisi. Dia merasa pintu menuju sukses sangat jauh.

Enam bulan sudah Arini terus berjuang mencari peran untuknya. Dia masih tetap mencari pekerjaan sebagai aktris. Dia lihat sahabat artisnya, Melani Anggraeni sedang makan di restoran tempatnya bekerja.

“Mel, masih ingat sama aku? Aku Arini,” sapa Arini menarik garis bibirnya ke atas.

“Astaga Arini! Ini beneran kamu? Kenapa kamu berpakaian seperti ini?” sapa balik Melani sambil memeluk sahabatnya.

“Aku sekarang kerja di sini,” jawab Arini menurunkan kelopak mata.

“Ya ampun!” Melani menutup mulut dengan tangannya. Dia lupa jika Erik sudah mengumumkan hubungannya dengan Susan. “Maaf ya Arini, aku lupa.”

“Santai aja Mel. Oh iya, apa kamu butuh asisten? Aku butuh job yang lain. Aku lebih suka di lokasi syuting,” tanya Arini penuh harap.

“Ehmm ….” Melani terdiam. Apa yang harus dia sampaikan pada Arini dengan kebenaran yang terjadi. Melani meraih jemari sahabatnya itu dengan erat. “Rin, sebaiknya kamu menyerah saja bekerja di dunia hiburan,” lanjutnya.

Arini mengerutkan keningnya. Matanya tajam mengarah pada sahabatnya itu. Dia tidak mengerti mengapa Melani bisa mengatakan hal itu.

“Apa alasannya? Aku itu harus kembali meraih mimpi aku Mel. Kamu sendiri sudah berkibar di dunia presenter, sedangkan aku masih mengelap meja dan mengangkat piring kotor.” Arini menarik napas.

Kelopak mata Melani menurun, berat mengatakan hal sejujurnya. “Rin, ada instruksi dari Pak Hendri Hanggono untuk melarang agensi-agensi menggunakan jasamu sebagai aktris. Sutradara Rudi Sutanto pun ikut memasukkan kamu ke daftar hitam para pemain,” ucapnya.

Arini menggelengkan kepala. Dia heran, mengapa Hendri Hanggono dan juga Rudi Sutanto melarangnya untuk berkarir. Apakah itu semua karena dia telah membongkar perselingkuhan Susan dengan Erik. Padahal dia tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun tentang hubungan mereka.

“Apa salahku?” Arini memegang bahu Melani.

“Entahlah, kamu tahu kan Pak Rudi itu ayah Susan dan Pak Hendri juga sangat berpengaruh di dalam industry dunia hiburan. Aku juga dilarang menerimamu sebagai asisten, soalnya semua jadwal syuting akan dibatalkan jika aku membantumu,” jelas Melani.

Arini ingin menangis, tetapi rasanya air mata sudah mengering. Garis bibirnya menurun. Namun, dia membuka matanya lebar-lebar.

“Sudahlah, toh aku juga bekerja di sini sekarang. Terima kasih ya sudah memberitahuku,” ucap Arini sambil menepuk bahu Melani.

Dia kembali ke tempat kerjanya sambil menahan dadanya yang berdebar sangat kencang. Teman kerjanya langsung menghampiri Arini. Mereka ingin meminta foto dengan Melani sahabatnya itu. Kesal, Arini menyuruh memintanya sendiri.

--

Di tempat lain,

Lama tanpa kehadiran Arini di sampingnya membuat Erik merasa ada yang lain. Biasanya Arini suka membangunkannya dan juga mengusap kepala dengan lembut. Ketika dia lelah, tangan lembutnya memijat dengan enaknya.

Susan hanya menyenangkan saat di atas ranjang. Jadwalnya yang lebih padat dari Erik membuatnya jarang menghabiskan waktu dengan kekasihnya. Kebersamaanya tidak lebih dari sebuah hubungan yang saling menguntungkan saja. Anda puas, Saya juga puas.

Erik memikirkan sebuah ide untuk membujuk Arini kembali menjadi asistennya. Tentu saja ide tersebut ditentang oleh Susan.

“Jangan gila kamu Rik! Masa kamu mau bawa mantan kamu ke sini?” tentng Susan menyatukan kedua alis matanya.

“Aku kasihan sama dia Sayang. Ayah kamu dan Mantan Suami kamu kan sudah memasukkannya ke dalam daftar hitam pemain. Sekarang setidaknya kita kasih dia pekerjaan. Toh dia juga sendiri yang akan panas melihat kita bermesraan di depan matanya,” bujuk Erik sambil mengusap tangan kekasihnya.

“Nggak!” tolak Susan dengan tegas.

Erik tidak berputus asa. Dia terus membujuk Susan. Hatinya begitu ingin bertemu dengan Arini karena sudah lama dia tidak melihat wajah cantik dan manis Arini.

“Kamu merindukannya ya, kan?” desak Susan dengan mata terbelalak.

“Nggaklah Sayang, coba saja kamu lihat sekarang dia seperti apa keadaannya,” sanggah Erik sambil menunjukkan foto terkini Arini saat menjadi korban banjir.

Susan melihat keadaan Arini yang menyedihkan, berhasil terbujuk oleh rayuan Erik. Dia tidak tahu maksud Erik sebenarnya seperti apa. Erik yang sebenarnya masih mencari tahu keadaan Arini melalui asistennya yang lain. Saat Arini meninggalkan pintu apartemennya, Erik memperhatikan sampai depan lift. Dia melihat Arini terisak sambil berjongkok di depan lift. Hatinya merasa menjadi orang paling jahat sedunia. Akan tetapi, nafsunya sebagai lelaki pun tidak bisa dikesampingkan. Hal yang penting, dia masih membutuhkan Susan untuk keberlangsungan karirnya.

Akhirnya Susan dan Erik pergi mencari keberadaan Arini. Mereka menemukan Arini di kontrakannya. Kedatangan Erik dan Susan menghebohkan gang tempat Arini tinggal. Semua meminta foto dan juga meminta tanda tangan. Susan sudah merasa jenuh dan ingin segera pergi dari tempat panas dan bau itu.

Arini ke luar dari kamarnya dan sangat terkejut di depan rumahnya ramai oleh banyak orang berdesakkan. Terlihat ada sosok paling tinggi di antara kerumunan tersebut. Sosok Erik yang paling dihindari oleh Arini.

Tentu saja, Arini bergegas untuk kembali masuk. Namun, Erik melihat Arini hendak masuk kamarnya. Dia berlari menuju kamar Arini lalu menutup pintunya. Susan yang ada di sana sangat terkejut, Erik masuk tanpa mengajaknya.

“Erik! Ngapain kamu ke sini?” tanya Arini dengan nada tinggi.

“Kenapa kamu tinggal di sini? Kamu kembali saja menjadi asistenku,” ajak Erik sambil memegang jemari Arini.

Arini langsung menepis tangan Erik. Tidak lama Susan masuk ke kontrakkan juga.

“Kalian kenapa berdua di sini?” Susan membelalakkan mata.

“Aku yang harus tanya. Kenapa kalian ke sini? Mengganggu ketenanganku saja,” balas Arini dengan nada tinggi.

“Jangan besar kepala! Aku ke sini karena Erik membujukku untuk mengajakmu menjadi asistennya lagi. Dia kasihan melihatmu tinggal di tempat kumuh seperti ini. Aaah sebenarnya kan kamu memang pantas tinggal di sini,” cibir Susan sambil menyeringai.

Arini melototi Susan dan Erik. Dia sudah mengepal tangannya dengan kuat. Apa yang akan dilakukannya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status