Home / Romansa / My love My neighbour / 4. Tuhan, Rubahlah Takdirku

Share

4. Tuhan, Rubahlah Takdirku

Author: Alif Khan
last update Last Updated: 2021-03-25 05:26:00

“Pergiiii! Pengacau!” usir Arini hingga urat kepalanya menonjol ke luar.

Susan tidak pernah dibentak seperti itu. Jemari lentiknya langsung menarik bisep kekar di sebelahnya. Dia tidak ingin mendapatkan perlakuan yang lebih dari itu.

Erik masih tidak bisa berpaling dari wajah Arini. Hatinya ingin sekali memeluk gadis itu. Mengapa setelah dia pergi rasa itu malah muncul semakin menjadi. Apakah ini yang dinamakan karma?

“Sayang, ayo cepat kita pergi!” Susan mengerutkan keningnya.

“Iya,”

Langkahnya terasa berat. Padahal ia ingin sedikit lebih lama berbincang dengan Arini. Bagaimanapun juga, lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Banyak cerita dan asa yang pernah mereka bangun bersama. Hanya karena hadirnya seorang wanita yang lebih menarik dan juga tingkat koneksinya yang cukup tinggi membuatnya harus melepaskan Wanita berambut coklat itu.

Suara keras pintu tertutup membuat tanda jika Arini tidak baik-baik saja. Kedatangan Lelaki yang sudah mengisi lima tahun hidupnya membuat air mata wanita itu jatuh tak tertahankan. Dadanya terasa sesak saat melihat kembali wajah lelaki itu. Tangannya terus mengurut dada. Tidak pantas nama lelaki itu terus berada di dalam hatinya.

Arini melihat ke arah dinding kamar. Dia melihat kalender dua hari lagi tanggal jatuh tempo kontrakannya. Dalam hatinya terus bertanya, mengapa Erik bisa mengetahui dia tinggal di sini. Apakah di hati Erik masih tersimpan namanya juga?

Tiba-tiba telepon Arini berdering membuyarkan lamunan. Dia lihat layar telepon, tampak nama Ibu yang tertera.

“Halo Bu,”

“Rin, Bapak sakit. Kamu cepat pulang ya,”

“Rini harus kerja Bu. Nanti siapa yang bayar obatnya kalau Rini tidak bekerja?”

“Ya ampun Nak, jika sampai Bapak kamu nggak ada, nanti menyesal.”

“….”

“Semua terserah kamu. Bukan soal uang saja yang kami butuhkan. Kamu anak satu-satunya kami. Sama siapa lagi coba,”

“Baik Bu, besok Rini pulang,”

Berat hati, dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Pikirannya pun sudah lelah dengan semua tindak tanduk  Erik kepada dirinya. Jika Erik terus berada di sekitarnya, bagaimana dia bisa membuka hati untuk yang lain.

Pagi sekali dia menyerahkan kunci pada pemilik kontrakkan. Arini membawa satu koper pakaian dan juga barang-barang kesayangannya. Taksi online sudah menunggu di depan gang untuk mengantarnya ke travel yang sudah dia booking pada malam hari.

“Bye, bye, sepertinya rezekiku bukan di sini,” Arini menyunggingkan sebelah bibirnya. Dia merasa konyol. Mimpinya terpaksa kandas setelah dia berjuang mendapatkan peran. Cintanya pun berakhir begitu saja dan dia masih memikirkan mantan kekasih yang sudah berpaling darinya.

Lima jam perjalanan, akhirnya Arini sampai di kampung halamannya. Sudah lima tahun dia tidak pulang. Hanya sambungan lewat telepon saja dia bisa berhubungan dengan kedua orang tuanya. Suasana kampung sudah jauh berbeda. Di sana sini sudah berdiri rumah megah dan juga ruko. Tempat yang dulunya area persawahan dan ladang kini berubah fungsi menjadi kontrakkan petak.

Arini menarik koper berjalan menuju rumahnya. Ada rumah yang sangat megah berada di antara rumah kecil di sampingnya. Ternyata rumah Arini berada tepat di samping rumah megah itu. Seperti bumi dan langit, sungguh ironi.

Dia mengetuk pintu rumahnya. Suasananya masih tidak berubah, masih seperti dulu. Ibu Arini membuka pintu, dia sudah menduga putrinya lah yang akan pulang. Lima tahun tidak bertemu, Ibu Arini melihat putrinya sudah semakin dewasa dengan tubuh semakin kurus. Seolah tinggal tulang berbungkus kulit.

“Rini, kenapa kamu menjadi seperti ini?” tanya Ibu Arini khawatir.

“Seperti bagaimana Bu?” tanya Arini heran.

“Kamu kurus sekali Sayang. Ayo bicaranya di dalam saja.”

Mereka pun masuk ke rumah. Ayah Arini ternyata tidak sakit. Dia baru saja pulang lewat pintu belakang sehabis menjalankan hobinya memancing.

“Ya ampun, Rini! Anak Bapak ini baru pulang? Kenapa nggak minta dijemput Bapak saja?” sapa Ayah Arini memeluk anak semata wayangnya.

“Bapak lebay, Rini baru saja pulang Pak. Kata Ibu Bapak sakit? Ih bohong dosa,” kesal Arini. Namun, dia senang jika ayahnya baik-baik saja.

Mereka bersenda gurau, melepaskan kerinduan setelah lima tahun lamanya tidak bersua. Arini bermanja pada kedua orang tuanya. Dia menyesal karena dia tidak menuruti pesan kedua orang tuanya untuk bersekolah yang benar dan serius bekerja.

Arini pun tidak luput menanyakan tentang rumah megah di samping rumahnya. Ternyata rumah itu mulai dibangun tepat sebulan setelah Arini merantau sebagai artis. Sungguh, dengan hadirnya rumah megah itu, perekonomian desa menjadi semakin membaik.

Keesokan harinya,

Arini merasa bosan berada di rumah seharian. Pagi sekali dia pergi berolah raga. Dia ingin meregangkan tubuhnya setelah berjam-jam dia melakukan perjalanan jauh. Dia memulai dari rumah menuju ujung jalan. Udara sejuk sungguh melegakan paru-parunya.

Saat dia hendak berjalan menuju area persawahan yang sedang tidak ditanami, Arini menghentikan langkahnya. Matanya tertuju pada sosok lelaki yang sedang berdiri sendirian sambil memegang kamera. Rasa penasaran wanita itu muncul, dia berjalan mendekat. Saat dia semakin mendekat, Lelaki itu melepaskan kameranya, melihat ada sosok yang sangat familiar di dalam hati.

“Astaga, Tio!” Arini membuka matanya lebar-lebar. Sosok Lelaki yang selama ini Arini cari keberadaannya, kini dia berada tepat tiga langkah di depannya.

“Arini,” ucap Tio sama terkejutnya.

Jantung Arini berdegup kencang, hatinya kembali ingat semua kenangan bersama lelaki yang pernah menjadi cinta pertamanya. Air matanya tiba-tiba berkumpul di sudut mata. Ingin sekali dia memukul lelaki ini. Jika saja debut pertama Arini itu bersama Tio, mungkin nasibnya tidak akan seperti saat ini.

“Kamu Arini, kan?” tanya Tio.

“Iya, aku Arini, lawan mainmu saat audisi film lima tahun yang lalu,” Arini membenarkan perkataan Tio.

“Apa kabar?” Tio mulai menarik garis bibir ke atas.

“Baik, kamu sendiri?” tanya Arini.

“Baik, Apa kamu sudah menikah sekarang?” tanya Tio penasaran.

“Cih, belum. Aku masih jadi jomblo kelas teri,” kelakar Arini.

“Hahaha, kenapa belum menikah? Kamu kan cantik,” puji Tio sambil memasukkan kameranya ke ransel.

“Kamu sendiri, sudah menikah belum?” tanya Arini berkacak pinggang.

“Belum,” Tio tersenyum.

“Berarti kita sama-sama nggak laku,” ucap Arini sambil tersenyum.

“Kenapa kamu di sini?” tanya Tio penasaran.

“Kampungku kan di sini. Rumahku di sebelah rumah yang paling besar itu.” Menunjuk rumah megah.

“Wah kita bertetangga ya rupanya,” Tio terlihat gembira.

“Memangnya kamu tinggal di mana?”

“Aku tinggal di rumah besar itu,” jawab Tio.

Arini menyeringai, sungguh, level dirinya dan Tio sangat jauh berbeda. Dia hanya anak seorang pegawai biasa, sedangkan Tio sudah dapat dipastikan dia adalah anak orang kaya.

“Rin, ayo kita sarapan bersama,” ajak Tio menarik jemari Arini.

Arini terdiam saat Lelaki tampan itu memegang jemarinya. Jantungnya masih saja berdebar sangat kencang, lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Namun, tetap saja sikapnya tidak berubah.

“Kamu kenapa Rin?” tanya Tio mengerutkan kening. Dia menghampiri Arini lalu menempelkan telapak tangannya ke dahi wanita itu. “Tidak demam ah,” lanjutnya.

“Aku baik-baik saja,” ucap Arini memalingkan wajahnya yang sudah memerah. Dia tidak bisa menahan perasaannya saat di dekat Tio.

Tio lalu menarik jemari Arini, rasa hangat menjalar ke tubuh Arini. ‘Aku masih suka sama kamu Yo,’ batin Arini. Tio pun sebenarnya sangat senang bisa bertemu dengan Arini. Ada perasaan suka yang tidak pernah bisa dia ungkapkan pada gadis yang menjadi cinta pertamanya itu.

Mereka berdua pun berhenti di sebuah warung nasi. Tio membeli makanan untuk sarapan bersama Gadis yang ada di hadapannya itu. Sarapan bersama setelah sekian lama tidak bertemu. Rasanya waktu ini ingin sekali Tio hentikan.

Obrolan ringan disertai canda dilakukan mereka berdua. Arini masih seperti yang dulu, murah senyum, rambutnya yang panjang dan tidak diikat selalu menyusahkannya saat makan. Seperti biasa, Tio pun selalu membantu Arini menyibakkan rambutnya. Jantung keduanya seketika berdegup kencang tidak tertahankan.

Mata Arini tertuju pada pemilik mata hazel itu. Dia masih saja perhatian dan sangat tampan. Mungkin ini sebabnya dia selalu menghindari kontak fisik dengan Erik. Sebab di dalam ingatannya sudah terpatri setiap Gerakan dan juga sentuhan yang Tio pernah berikan kepadanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My love My neighbour   Berpegang Teguh

    "Tio, sudah saatnya kamu pulang!" tegas suara bariton yang sedikit berat.Tio membeku saat kedua retinanya tertuju pada sosok paruh baya di depannya. Ini adalah konsekuensi atas keputusannya kembali ke dunia hiburan demi mewujudkan cita-cita wanita paling dicintainya itu. Tangannya menggenggam jemari Arini dengan erat, dia takut jika ayahnya itu akan menyakiti Arini seperti yang orang lain lakukan kepada kekasihnya itu."Tio enggak bisa ikut Papi." Tio benar-benar mengetatkan genggaman tangannya pada Arini.Arini memandangi wajah Tio yang terlihat cemas. Dia tahu sosok bertubuh tegap di depannya itu terlihat sangat mendominasi. Membayangkan betapa kejam dan arogannya saja sudah jelas di depan mata. Tio pasti tertekan dengan kehadiran ayahnya itu."Tio, tenang. Aku enggak akan tinggalin kamu." Arini mengusap lengan kekasihnya itu.Ayahnya Tio mengarahkan retinanya pada sosok cantik di samping putra semata wayangnya. Garis bibirnya datar tetapi tatapannya tajam. Kacamata berbentuk kotak

  • My love My neighbour   43. Resmi

    “Arini, tunggu sebentar,” tahan Tio.Arini berusaha untuk tersenyum walau dia baru saja menangis. Dia mencoba menatap lelaki itu senormal mungkin. Hatinya penuh kekhawatiran, takut kehilangan sosok ini.“Rin, ada yang mau aku katakan,” ucap Tio, matanya berubah sayu.“mau katakan apa?” jawab Arini bernada lembut.“Aku enggak mau pacaran sama kamu.” Tio meraih tangan gadis itu.“Ternyata dia masih seperti ini,” batin Arini.“Aku ingin kita lebih dari sekedar pacaran. Aku enggak bisa lihat kamu jalan sama cowok lain, bergandengan tangan selain denganku. Apalagi aku enggak bisa membayangkan kamu menjauh dan tidak lagi punya perasaan kepadaku. Aku ini posesif Rin,” jelas Tio.Arini membuka matanya lebar, dia masih belum paham maksud dari perkataan Tio.&ld

  • My love My neighbour   42. Tidak Apa Asal Denganmu

    “Arin, kenapa kamu keras kepala. Tidak bisakah kamu menyerah saja,” pinta Tio putus asa.Lelaki itu ingin mendorong Arini, tetapi dia juga tidak ingin Arini jauh darinya. “Arini, sudah berulang kali aku berusaha untuk tegar tanpamu. Aku tetap saja tidak bisa melihatmu dengan lelaki lain. Aku tidak mau kamu terpaku karena hubungan yang menyakitkan ini,” batinnya.“Kamu mencintaiku, aku juga mencintaimu, mengapa aku harus menyerah? Aku akan berusaha memantaskan diri agar kamu mau bersamaku,” jawab Arini sambil menghapus air matanya.

  • My love My neighbour   Ungkapan Hati

    Arini bangkit. Dia raih tangan Tio lalu dia letakkan di dadanya. “Aku rela menukar kehidupanku. Asal kamu tetap ada sampai aku menutup mata,” ucap Arini. Terlihat ada genangan air di pelupuk matanya.Rasanya menjadi bintang terkenal tidak akan membuatnya bahagia jika dia tidak bersama lelaki ini. Arini hanya wanita sederhana. Dia tidak memiliki banyak keinginan, hanya satu keinginannya saja. Bahagia bersama lelaki yang ada di hadapannya.“Kamu jangan bilang seperti itu. Hidupmu itu sangat berharga,” tegur Tio dengan lembut.Arini meraih jemari Tio, mengizinkannya untuk merasakan detak jantungnya. Terasa debaran jantung Arini yang berdetak kencang dari telapak tangan Tio. Lelaki itu meraih tangan Arini, meletakkannya di sebelah kiri dadanya. Mereka berdua sama-sama merasakan debaran jantung mereka.Mata keduanya saling beradu, tatapan mereka sendu dan ada sebuah harapan yang te

  • My love My neighbour   40. Kerikil

    “Perempuan jalang itu!” Susan meremas botol air mineral yang ada di tangannya. Managernya Susan seketika menelan salivanya. Kedua alis matanya mengerut saat melihat Susan yang kesal saat membaca headline berita online jika Arini mendapatkan penghargaan festival film pendek. “Bos, kan Bos sudah terkenal. Kenapa repot-repot urusin artis nggak terkenal itu?” tanya Manager. Susan seketika langsung mendelik. “Pokoknya dia harus segera menghilang dari peredaran. Enak aja, karir gemilang itu Cuma buat gue. Lo telepon semua kenalan laki gue, bilang jangan pernah kasih tawaran film buat si Jalang itu!” perintah Susan. Erik yang baru selesai take syuting menghampiri Susan. Dia duduk di sampingnya sambil minum sebotol air mineral. Asistennya touch up agar penampilan Erik sempurna seperti biasanya. “Beib, kamu kenapa kayak kesel gitu?” t

  • My love My neighbour   Bersinarlah

    Hari yang paling dinantikan oleh Arini dan Tio. Acara bergengsi yang melibatkan banyak sineas dari berbagai negara berkompetisi untuk mendapatkan kesempatan masuk nominasi piala Oscar kategori film pendek.Lelaki itu sudah menyiapkan sedemikian rupa. Make up artist yang sudah disewanya untuk mendandani Arini menjadi wanita cantik layaknya putri. Sedangkan Tio sudah memesan tuxedo yang pas untuk bersanding dengan gaun Arini yang mewah.Potongan rambut Tio kini menjadi classic cut dengan dasi kupu-kupu bertabur swaroski. Tuxedo berwana navy blue

  • My love My neighbour   38. Persiapan Perhelatan

    Setelah hari itu, Arini berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan mendesak Tio untuk menjadikannya kekasih. Asalkan bersama Tio, dia tidak mengapa.Tibalah hari keberangkatan mereka ke Tokyo. Ini kali pertama Arini pergi ke luar negeri. Tio pun sangat tidak sabar untuk segera menghadiri perhelatan tersebut. Mereka berdua sudah bersiap menuju bandara. Cintami dan kedua orang tua Arini sangat bersedih dan juga terharu. Mereka berharap Arini dan Tio akan membawakan hasil yang baik.

  • My love My neighbour   37. Kita Hadapi Bersama

    “Tio, tanganmu kenapa?” Arini bergegas menghampiri Tio yang terlihat frustasi.“Arin, kenapa kamu ….” Tio tidak bisa meneruskan kata-katanya.Arini langsung merengkuh lelaki itu. Seberapa besar lelaki itu menolaknya atau bahkan mendorongnya pun dia akan terus merengkuh lelaki ini. Hanya dia yang selalu datang menyelamatkannya. Kini giliran dirinya yang mempertahankan perasaannya.“Jangan usir aku. Aku nggak bisa tanpamu,” pinta Arini lirih.Tio membelalakkan matanya. Angin apa yang membawa gadis ini kembali kepadanya. Arini tidak ingin membicarakan penyakit yang diderita Tio, dia akan tetap menjaga rahasia yang ibunya Tio katakana kepadanya.“Aku juga.” Tio membalas rengkuhan Arini.Sungguh, hal ini tidak terduga baginya. Pada awalnya dia berpikir ki

  • My love My neighbour   36. Kebenaran Yang Harus Terjawab

    “Arrrggghh, kenapa aku bodoh seperti itu? Tuhan, mengapa aku ditakdirkan lemah seperti ini?” kesal Tio merusak barang-barang disekitarnya. Dia menarik rambutnya kuat, melemparkan barang-barang miliknya.Tio sangat kesal pada dirinya sendiri. Ada satu hal yang tidak bisa dia katakan pada Arini. Dia tidak mau Arini sedih lebih dari ini. Namun, hal ini mungkin akan membuat Arini dan dirinya semakin menjauh.Di tempat lain,Cintami kembali lagi ke rumahnya karena ada barang yang tertinggal. Di tengah perjalanan, sudut matanya menangkap seorang Wanita yang sedang duduk sambil memeluk kedua lututnya. Cintami akhirnya menoleh, mencari tahu siapa yang sedang duduk di sana.Ternyata gadis itu adalah Arini. Cintami menduga jika Arini seperti itu pasti sedang bertengkar dengan putranya. Sebagai seorang Wanita, dia harus membujuk Arini agar mau tetap bersama anaknya. Dia meminta s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status