Главная / Romansa / My love My neighbour / 5. Belum Siap Melupakan

Share

5. Belum Siap Melupakan

Aвтор: Alif Khan
last update Последнее обновление: 2021-03-26 05:00:00

Terlihat jelas ada genangan air mata yang menghiasi wajah gadis cantik itu. Rasa laparnya pun seketika menghilang ketika Tio melakukan hal yang biasa dia lakukan kepadanya dulu. Jelas saja, memori yang selalu ingin dilupakan Arini kembali hadir dan terasa perih. Dia meletakkan sendoknya lalu pergi meninggalkan Tio. Gadis itu berlari dengan kencangnya, dia tidak ingin sakit hati untuk kedua kali dengan orang yang sama. Tidak bisakah dia hanya ada dalam ingatan saja. Mengapa kita harus bertemu kembali?

Tio terkejut melihat Arini pergi meninggalkannya dengan mata yang berkaca-kaca. Tio bergegas membayar sarapannya lalu berusaha mengejar Arini.

Terlihat punggung Arini yang perlahan menjauhi dirinya.

“Rin, tunggu,” panggil Tio.

Arini berpikir, dia ingin Tio mengejarnya, seperti saat dulu ketika dia merajuk. Lama Arini menunggu, Tio tidak kunjung datang. Gadis itu menyeringai, dia seperti orang bodoh menunggu sesuatu yang tidak pernah menggapainya.

Perlahan air matanya tumpah, dia berjongkok di depan pematang sawah. Menangisi perasaannya yang masih teringat masa lalu. Ayah Arini kebetulan saja akan berangkat bekerja. Dia sangat terkejut saat melihat anaknya sedang berjongkok sambil terisak.

“Hei,” Menepuk bahu Arini. Hal ini tentu saja mengejutkan gadis itu. Dia terperosok masuk ke sawah yang masih basah.

“Aaaaarrrggghhh,” pekik Arini.

Ayah Arini tidak menyangka putrinya akan terkejut seperti itu. Dia bergegas menolong putrinya. Bibirnya tidak bisa menahan tawa saat melihat wajah putrinya penuh dengan lumpur sawah.

“Hahahahaa, aduh Putri Bapak sampai kayak begini,” tawa Ayah Arini mengulurkan tangan.

“Bapak!” kesal Arini melihat ayahnya tertawa begitu puas. Pipinya mengembang dengan mulut yang dimajukan ke depan seperti bebek.

“Mandi sana! Anak gadis harus cantik pagi-pagi, bukan cemong kayak gini,” seru Ayah Arini sambil menepuk bahu anaknya. Dia kemudian pamit untuk berangkat bekerja.

Kesal, Gadis itu berjalan sambil menghentakkan kakinya. Bodoh sekali dia bisa terperosok seperti itu, memalukan!

Pada saat dia hampir sampai di depan rumahnya, Tio tiba-tiba ke luar dari pagar besar rumahnya. Matanya langsung tertuju pada Arini yang penuh dengan lumpur.

“Astaga Rin! Kamu kenapa?” Raut wajah Tio berubah, alisnya mengerut hampir menyatu dengan garis bibirnya yang melengkung ke bawah.

“Jangan lihat! Malu tau!” Arini enggan dilihat seperti ini. Dia seperti bebek yang baru saja mandi lumpur.

“Tapi kamu tidak apa kan?” tanya Tio sekali lagi.

“Tio, aku mandi dulu ya,” pungkas Arini berjalan masuk ke rumahnya.

Mimpi apa dia semalam, hal aneh terus terjadi padanya. Pertama dia bertemu dengan cinta pertamanya, kedua dia terperosok jatuh ke sawah. Ibu Arini terkejut melihat penampilan anaknya yang penuh lumpur.

“Rin, perasaan di rumah kita air banyak, kenapa kamu mandi lumpur?” kelakar Ibu Arini menarik garis bibirnya ke atas.

“Ibu juga! Ini semua gara-gara Bapak yang kagetin Rini. Jadi aku masuk ke sawah,” kesal Arini sambil mengambil handuk yang dijemur di belakang rumah,

“Hahaha, ya sudah kamu mandi saja sekarang!” ucap Ibu Arini sambil meneruskan memasak.

Selesai mandi, Arini berdiam di kamarnya. Dia membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Kembali teringat saat Tio menyibakkan rambutnya. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang. Mengapa lelaki itu tetap saja membuat dia berdebar.

Tidak lama, ada yang mengetuk pintu rumah. Ibu Arini meminta anaknya untuk membukakan pintu. Ternyata ada Farhan, teman semasa kecil Arini. Lelaki keturunan Arab, ibunya yang seorang TKW di Jeddah menikah dengan seorang warga negara Arab Saudi. Penampilannya benar-benar seperti orang Arab menggunakan gamis dan juga sorban. Hidungnya mancung dengan bulu mata lentik.

“Farhan!” Arini membelalakkan matanya.

“Arini! Ah sudah lama kita tidak bertemu ya,” ucap Farhan penuh kerinduan.

“Farhan, ada apa kamu ke sini?” tanya Arini.

“Tadi Umi bilang kalau aku harus memberikan ini pada ibumu.” Menunjukkan kantong belanjaan yang ada di tangannya.

“Masuk Farhan, Ibu ada di dapur.” Membuka pintu lebar-lebar. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan sahabatnya itu. Enam tahun mereka tidak bertemu,  Farhan saat itu sedang pergi ke Arab Saudi karena permintaan ibunya.

Farhan benar-benar berbeda, dia tidak menyangka sahabatnya sekarang menjadi tampan. Seperti orang Arab kebanyakan. Tampangnya semakin alim, berbeda dengan penampilan Arini yang menyukai pakaian terbuka. Seolah dunia mereka berdua itu berbeda.

Farhan asik berbicara dengan ibunya, Arini hanya menyeringai. Seakrab itukah Farhan saat ini dengan ibunya. “Farhan kapan kamu pulang ke Indonesia?” tanya Arini memulai pembicaraan.

“Aku tidak lama di Jeddah Rin, hanya enam bulan saja. Pas aku pulang ternyata kamu sedang ikut audisi kata Ibu,” jawab Farhan dengan ramah.

Farhan kemudian berpamitan pada Ibu Arini untuk pulang. Tentu saja, Arini masih ingin banyak berbincang dengan sahabatnya itu. Dia ke luar lalu mengikuti ke mana Farhan pergi. Ternyata dari balik rumah megah itu, Tio sedang mengambil potret dari lantai tiga rumahnya. Dia menangkap gambar Arini sedang berjalan berdua dengan lelaki lain.

Melihat hal itu, ada perasaan tidak senang. Tangannya menggenggam erat kamera. Seharusnya dia yang berjalan bersama Arini saat ini. Dia tidak boleh membiarkan Arini dan lelaki itu dekat. “Jangan dekat dengan lelaki lain, aku tidak rela!” seru Tio.

Dia berbalik arah lalu berjalan menuruni tangga dengan perlahan. Untuk sesaat dia menarik napas dalam. Dia memegang dadanya yang terus berdebar dengan sangat kencang. “Tenang Tio, kamu harus tenang,” monolog Tio.

Di tempat lain,

Arini dan Farhan berjalan di pematang sawah, mereka bernostalgia mengingat semua kedekatan mereka saat sekolah dulu. Entah bagaimana Arini selalu menganggap Farhan itu adalah belahan jiwanya, tetapi bukan cinta. Perasaan seperti seorang adik kepada kakaknya. Dia selalu mengagumi Farhan yang pintar sedangkan dia tidak pintar dalam akademik.

“Farhan, kamu bekerja di mana?” tanya Arini.

“Aku hanya mengajar di madrasah,” jawab Farhan sambil tersenyum pada Arini.

“Wah hebat, itu kan cita-citamu sejak dulu ya,” sahut Arini.

“Hebat bagaimana, aku hanya mengajar anak SMP,” sanggah Farhan.

“Iya, tetap saja cita-cita kamu itu bisa terwujud. Lah, aku ingin jadi artis tapi tenggelam,” Arini merutuki nasibnya.

“Hidup kamu masih panjang, yakin saja suatu saat cita-citamu akan terwujud,” ucap Farhan.

Gadis itu tersenyum pada sahabatnya. Setidaknya jika dia berbincang dengan orang lain, beban di hatinya akan berkurang.

Tio melihat Arini semakin dekat bahkan sampai tertawa bersama lelaki yang ada di sampingnya. “Siapa lelaki itu?”

Tidak tahan, Tio sengaja ingin mengganggu kedekatan mereka berdua. Dia memanggil nama Arini dengan lantang.

“Arini!” panggil Tio.

Terdengar ada suara yang memanggil Namanya, gadis itu menoleh. Dari suaranya dia sudah menduga jika itu suara Tio. Pada saat dia menoleh, benar saja jika pemilik suara itu adalah Tio. Farhan melihat lelaki lain sedang berjalan perlahan menghampiri Arini. Tentu saja Farhan juga tidak terlalu menyukainya. Dia pikir dengan kembalinya Arini ke kampung halaman, hubungannya dengan Arini akan berubah kea rah yang lebih serius.

“Rin, kamu mau ke mana?” tanya Tio terengah.

“Aku mau main ke rumah temanku,” jawab Arini santai.

“Apa aku boleh ikut?” tanya Tio memelas.

Arini menoleh ke arah Farhan, apakah sahabatnya akan megizinkan lelaki lain ikut bergabung bersamanya. Matanya tertuju pada lelaki yang berperawakan tinggi itu.

“Boleh, kamu boleh berkunjung ke rumahku,” jawab Farhan dengan terpaksa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My love My neighbour   Berpegang Teguh

    "Tio, sudah saatnya kamu pulang!" tegas suara bariton yang sedikit berat.Tio membeku saat kedua retinanya tertuju pada sosok paruh baya di depannya. Ini adalah konsekuensi atas keputusannya kembali ke dunia hiburan demi mewujudkan cita-cita wanita paling dicintainya itu. Tangannya menggenggam jemari Arini dengan erat, dia takut jika ayahnya itu akan menyakiti Arini seperti yang orang lain lakukan kepada kekasihnya itu."Tio enggak bisa ikut Papi." Tio benar-benar mengetatkan genggaman tangannya pada Arini.Arini memandangi wajah Tio yang terlihat cemas. Dia tahu sosok bertubuh tegap di depannya itu terlihat sangat mendominasi. Membayangkan betapa kejam dan arogannya saja sudah jelas di depan mata. Tio pasti tertekan dengan kehadiran ayahnya itu."Tio, tenang. Aku enggak akan tinggalin kamu." Arini mengusap lengan kekasihnya itu.Ayahnya Tio mengarahkan retinanya pada sosok cantik di samping putra semata wayangnya. Garis bibirnya datar tetapi tatapannya tajam. Kacamata berbentuk kotak

  • My love My neighbour   43. Resmi

    “Arini, tunggu sebentar,” tahan Tio.Arini berusaha untuk tersenyum walau dia baru saja menangis. Dia mencoba menatap lelaki itu senormal mungkin. Hatinya penuh kekhawatiran, takut kehilangan sosok ini.“Rin, ada yang mau aku katakan,” ucap Tio, matanya berubah sayu.“mau katakan apa?” jawab Arini bernada lembut.“Aku enggak mau pacaran sama kamu.” Tio meraih tangan gadis itu.“Ternyata dia masih seperti ini,” batin Arini.“Aku ingin kita lebih dari sekedar pacaran. Aku enggak bisa lihat kamu jalan sama cowok lain, bergandengan tangan selain denganku. Apalagi aku enggak bisa membayangkan kamu menjauh dan tidak lagi punya perasaan kepadaku. Aku ini posesif Rin,” jelas Tio.Arini membuka matanya lebar, dia masih belum paham maksud dari perkataan Tio.&ld

  • My love My neighbour   42. Tidak Apa Asal Denganmu

    “Arin, kenapa kamu keras kepala. Tidak bisakah kamu menyerah saja,” pinta Tio putus asa.Lelaki itu ingin mendorong Arini, tetapi dia juga tidak ingin Arini jauh darinya. “Arini, sudah berulang kali aku berusaha untuk tegar tanpamu. Aku tetap saja tidak bisa melihatmu dengan lelaki lain. Aku tidak mau kamu terpaku karena hubungan yang menyakitkan ini,” batinnya.“Kamu mencintaiku, aku juga mencintaimu, mengapa aku harus menyerah? Aku akan berusaha memantaskan diri agar kamu mau bersamaku,” jawab Arini sambil menghapus air matanya.

  • My love My neighbour   Ungkapan Hati

    Arini bangkit. Dia raih tangan Tio lalu dia letakkan di dadanya. “Aku rela menukar kehidupanku. Asal kamu tetap ada sampai aku menutup mata,” ucap Arini. Terlihat ada genangan air di pelupuk matanya.Rasanya menjadi bintang terkenal tidak akan membuatnya bahagia jika dia tidak bersama lelaki ini. Arini hanya wanita sederhana. Dia tidak memiliki banyak keinginan, hanya satu keinginannya saja. Bahagia bersama lelaki yang ada di hadapannya.“Kamu jangan bilang seperti itu. Hidupmu itu sangat berharga,” tegur Tio dengan lembut.Arini meraih jemari Tio, mengizinkannya untuk merasakan detak jantungnya. Terasa debaran jantung Arini yang berdetak kencang dari telapak tangan Tio. Lelaki itu meraih tangan Arini, meletakkannya di sebelah kiri dadanya. Mereka berdua sama-sama merasakan debaran jantung mereka.Mata keduanya saling beradu, tatapan mereka sendu dan ada sebuah harapan yang te

  • My love My neighbour   40. Kerikil

    “Perempuan jalang itu!” Susan meremas botol air mineral yang ada di tangannya. Managernya Susan seketika menelan salivanya. Kedua alis matanya mengerut saat melihat Susan yang kesal saat membaca headline berita online jika Arini mendapatkan penghargaan festival film pendek. “Bos, kan Bos sudah terkenal. Kenapa repot-repot urusin artis nggak terkenal itu?” tanya Manager. Susan seketika langsung mendelik. “Pokoknya dia harus segera menghilang dari peredaran. Enak aja, karir gemilang itu Cuma buat gue. Lo telepon semua kenalan laki gue, bilang jangan pernah kasih tawaran film buat si Jalang itu!” perintah Susan. Erik yang baru selesai take syuting menghampiri Susan. Dia duduk di sampingnya sambil minum sebotol air mineral. Asistennya touch up agar penampilan Erik sempurna seperti biasanya. “Beib, kamu kenapa kayak kesel gitu?” t

  • My love My neighbour   Bersinarlah

    Hari yang paling dinantikan oleh Arini dan Tio. Acara bergengsi yang melibatkan banyak sineas dari berbagai negara berkompetisi untuk mendapatkan kesempatan masuk nominasi piala Oscar kategori film pendek.Lelaki itu sudah menyiapkan sedemikian rupa. Make up artist yang sudah disewanya untuk mendandani Arini menjadi wanita cantik layaknya putri. Sedangkan Tio sudah memesan tuxedo yang pas untuk bersanding dengan gaun Arini yang mewah.Potongan rambut Tio kini menjadi classic cut dengan dasi kupu-kupu bertabur swaroski. Tuxedo berwana navy blue

  • My love My neighbour   38. Persiapan Perhelatan

    Setelah hari itu, Arini berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan mendesak Tio untuk menjadikannya kekasih. Asalkan bersama Tio, dia tidak mengapa.Tibalah hari keberangkatan mereka ke Tokyo. Ini kali pertama Arini pergi ke luar negeri. Tio pun sangat tidak sabar untuk segera menghadiri perhelatan tersebut. Mereka berdua sudah bersiap menuju bandara. Cintami dan kedua orang tua Arini sangat bersedih dan juga terharu. Mereka berharap Arini dan Tio akan membawakan hasil yang baik.

  • My love My neighbour   37. Kita Hadapi Bersama

    “Tio, tanganmu kenapa?” Arini bergegas menghampiri Tio yang terlihat frustasi.“Arin, kenapa kamu ….” Tio tidak bisa meneruskan kata-katanya.Arini langsung merengkuh lelaki itu. Seberapa besar lelaki itu menolaknya atau bahkan mendorongnya pun dia akan terus merengkuh lelaki ini. Hanya dia yang selalu datang menyelamatkannya. Kini giliran dirinya yang mempertahankan perasaannya.“Jangan usir aku. Aku nggak bisa tanpamu,” pinta Arini lirih.Tio membelalakkan matanya. Angin apa yang membawa gadis ini kembali kepadanya. Arini tidak ingin membicarakan penyakit yang diderita Tio, dia akan tetap menjaga rahasia yang ibunya Tio katakana kepadanya.“Aku juga.” Tio membalas rengkuhan Arini.Sungguh, hal ini tidak terduga baginya. Pada awalnya dia berpikir ki

  • My love My neighbour   36. Kebenaran Yang Harus Terjawab

    “Arrrggghh, kenapa aku bodoh seperti itu? Tuhan, mengapa aku ditakdirkan lemah seperti ini?” kesal Tio merusak barang-barang disekitarnya. Dia menarik rambutnya kuat, melemparkan barang-barang miliknya.Tio sangat kesal pada dirinya sendiri. Ada satu hal yang tidak bisa dia katakan pada Arini. Dia tidak mau Arini sedih lebih dari ini. Namun, hal ini mungkin akan membuat Arini dan dirinya semakin menjauh.Di tempat lain,Cintami kembali lagi ke rumahnya karena ada barang yang tertinggal. Di tengah perjalanan, sudut matanya menangkap seorang Wanita yang sedang duduk sambil memeluk kedua lututnya. Cintami akhirnya menoleh, mencari tahu siapa yang sedang duduk di sana.Ternyata gadis itu adalah Arini. Cintami menduga jika Arini seperti itu pasti sedang bertengkar dengan putranya. Sebagai seorang Wanita, dia harus membujuk Arini agar mau tetap bersama anaknya. Dia meminta s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status