Setelah hari itu, Arini berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan mendesak Tio untuk menjadikannya kekasih. Asalkan bersama Tio, dia tidak mengapa.
Tibalah hari keberangkatan mereka ke Tokyo. Ini kali pertama Arini pergi ke luar negeri. Tio pun sangat tidak sabar untuk segera menghadiri perhelatan tersebut. Mereka berdua sudah bersiap menuju bandara. Cintami dan kedua orang tua Arini sangat bersedih dan juga terharu. Mereka berharap Arini dan Tio akan membawakan hasil yang baik.
Hari yang paling dinantikan oleh Arini dan Tio. Acara bergengsi yang melibatkan banyak sineas dari berbagai negara berkompetisi untuk mendapatkan kesempatan masuk nominasi piala Oscar kategori film pendek.Lelaki itu sudah menyiapkan sedemikian rupa. Make up artist yang sudah disewanya untuk mendandani Arini menjadi wanita cantik layaknya putri. Sedangkan Tio sudah memesan tuxedo yang pas untuk bersanding dengan gaun Arini yang mewah.Potongan rambut Tio kini menjadi classic cut dengan dasi kupu-kupu bertabur swaroski. Tuxedo berwana navy blue
“Perempuan jalang itu!” Susan meremas botol air mineral yang ada di tangannya. Managernya Susan seketika menelan salivanya. Kedua alis matanya mengerut saat melihat Susan yang kesal saat membaca headline berita online jika Arini mendapatkan penghargaan festival film pendek. “Bos, kan Bos sudah terkenal. Kenapa repot-repot urusin artis nggak terkenal itu?” tanya Manager. Susan seketika langsung mendelik. “Pokoknya dia harus segera menghilang dari peredaran. Enak aja, karir gemilang itu Cuma buat gue. Lo telepon semua kenalan laki gue, bilang jangan pernah kasih tawaran film buat si Jalang itu!” perintah Susan. Erik yang baru selesai take syuting menghampiri Susan. Dia duduk di sampingnya sambil minum sebotol air mineral. Asistennya touch up agar penampilan Erik sempurna seperti biasanya. “Beib, kamu kenapa kayak kesel gitu?” t
Arini bangkit. Dia raih tangan Tio lalu dia letakkan di dadanya. “Aku rela menukar kehidupanku. Asal kamu tetap ada sampai aku menutup mata,” ucap Arini. Terlihat ada genangan air di pelupuk matanya.Rasanya menjadi bintang terkenal tidak akan membuatnya bahagia jika dia tidak bersama lelaki ini. Arini hanya wanita sederhana. Dia tidak memiliki banyak keinginan, hanya satu keinginannya saja. Bahagia bersama lelaki yang ada di hadapannya.“Kamu jangan bilang seperti itu. Hidupmu itu sangat berharga,” tegur Tio dengan lembut.Arini meraih jemari Tio, mengizinkannya untuk merasakan detak jantungnya. Terasa debaran jantung Arini yang berdetak kencang dari telapak tangan Tio. Lelaki itu meraih tangan Arini, meletakkannya di sebelah kiri dadanya. Mereka berdua sama-sama merasakan debaran jantung mereka.Mata keduanya saling beradu, tatapan mereka sendu dan ada sebuah harapan yang te
“Arin, kenapa kamu keras kepala. Tidak bisakah kamu menyerah saja,” pinta Tio putus asa.Lelaki itu ingin mendorong Arini, tetapi dia juga tidak ingin Arini jauh darinya. “Arini, sudah berulang kali aku berusaha untuk tegar tanpamu. Aku tetap saja tidak bisa melihatmu dengan lelaki lain. Aku tidak mau kamu terpaku karena hubungan yang menyakitkan ini,” batinnya.“Kamu mencintaiku, aku juga mencintaimu, mengapa aku harus menyerah? Aku akan berusaha memantaskan diri agar kamu mau bersamaku,” jawab Arini sambil menghapus air matanya.
“Arini, tunggu sebentar,” tahan Tio.Arini berusaha untuk tersenyum walau dia baru saja menangis. Dia mencoba menatap lelaki itu senormal mungkin. Hatinya penuh kekhawatiran, takut kehilangan sosok ini.“Rin, ada yang mau aku katakan,” ucap Tio, matanya berubah sayu.“mau katakan apa?” jawab Arini bernada lembut.“Aku enggak mau pacaran sama kamu.” Tio meraih tangan gadis itu.“Ternyata dia masih seperti ini,” batin Arini.“Aku ingin kita lebih dari sekedar pacaran. Aku enggak bisa lihat kamu jalan sama cowok lain, bergandengan tangan selain denganku. Apalagi aku enggak bisa membayangkan kamu menjauh dan tidak lagi punya perasaan kepadaku. Aku ini posesif Rin,” jelas Tio.Arini membuka matanya lebar, dia masih belum paham maksud dari perkataan Tio.&ld
“Sayang, terus jangan berhenti,” desah Susan sambil mencengkram punggung Erik dengan kuat. Dia merasa tidak pernah Erik sekuat ini sebelumnya. Ternyata obat yang lelaki itu minum sangat ampuh. “Iya, kamu senang kan. Aku bisa sekuat ini. Obatnya sangat manjur,” ucap Erik menggagahi tubuh Susan dengan semangat membara. Waktu menunjukkan pukul lima pagi, Susan dan Erik kembali menikmati gairah liar mereka. Tidak peduli dengan pandangan orang, mereka mendesah dan mengerang terus menerus. Mereka tidak seharusnya melakukan ini. Susan itu sudah menikah! Erik Mahesa adalah seorang aktor terkenal yang bersinar sekitar lima tahun yang lalu. Dia memacari asisten sekaligus managernya sendiri, Arini Rinjani, 23 tahun. Sebenarnya Arini adalah lawan mainnya di film ‘Menggapai Asa’ yang melambungkan nama Erik ke dunia industri hiburan tanah air. Sayangnya nasib Arini tidak sebagus dan semulus Erik dalam menapaki dunia hibu
Pertengkaran Arini dan Erik akhirnya berakhir dengan perginya Arini dari apartemen Erik. Perasaan sedih, hancur dan terkhianati, Arini rasakan. Dia berjongkok di sudut ruangan tempat lift berada. Menangis sambil memeluk kedua tangannya. Setelah puas menangis, Arini akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantor Suami Susan bekerja. Dia ingin menunjukkan jika Susan itu adalah wanita tidak setia. Arini mengumpulkan semangat dan keberanian untuk bertemu dengan Suami Susan yang terkenal angkuh. Sesampainya di depan kantor Elfas Sinema, Arini memaksa ingin bertemu Hendri Hanggono, suami Susan. Pada awalnya resepsionis, melarangnya, tetapi Wanita itu berkeras menerobos masuk ke ruangan Hendri. Sambutan tatapan tajam dari Hendri membuat nyali Arini ciut. Arini menarik napas panjang dengan tangan yang mengepal ponsel miliknya. “Ada apa kamu menerobos ruangan saya. Sudah berulang kali saya katakan tidak ad
Genangan air sudah menenggelamkan sebagian tubuh Arini. Kontrakan yang dia tempati kini dikepung oleh air banjir yang memenuhi seluruh ruangan. Arini panik. Dia segera bangun untuk menyelamatkan benda berharga miliknya. Untung saja telepon genggam dan juga kartu identitasnya semua ada di dalam tas yang di simpan di atas lemari. Arini menyelamatkan baju yang masih kering sebisanya. Dia segera dibantu oleh warga dan juga tim SAR untuk pergi ke tempat penampungan. Rasa-rasanya banyak betul cobaan yang dia harus hadapi. Setelah genangan air mulai surut, Arini akhirnya kembali ke kontrakannya. Dia melakukan aktifitas mencari pekerjaan lain selain casting. Dia melamar sebagai pramuniaga restoran untuk menyambung hidupnya.