Hari ini adalah moment-moment terakhirku di Aussy, saat ini aku sedang berdiri di lounge bandara internasional Sydney. Sambil menyesap iced caramel macchiato yang kupesan dari cafe bandara ini, aku menikmati saat-saat terakhirku disini, well... gak sepenuhnya saat terakhir sih, aku bisa minta tiket sama Papi untuk liburan lagi ke sini kapanpun aku mau, tapi yah.. tetap aja.. my last day in Aussy, sebelum kepulanganku ke Jakarta, mengingat si bokap yang ga ngertiin aku banget, hiks.
Baruu.. aja aku wisuda, dan baruu.. aja aku merdeka dari kata 'BELAJAR'.. eh.. disuruh pulang ke Jakarta."You've had enough fun already!!" Katanya.. ishhh.... kupandangi sekelilingku.. hummh.. pemandangan yang selalu membuat segar mata semua kaum hawa, lelaki pirang dengan tubuh tinggi berisi, seliweran kesana-kesini. Mau yang pakai setelan kerja.. ada, mau yang rocker-style.. ada, mau yang church-boy style pun ada, tinggal pilih dan yang pasti hampir semua orang yang kutegur disini akan menyapa balik dengan ramah, kenapa?? Hayyoo coba kenapaa??Cause I'm too pretty to be ignored hhehehe.. bukannya narsis, tapi memang itu kenyataannya kawan.
Lelaki mana yang akan menghiraukan perempuan seperti aku? Well kalaupun ada, mungkin ia mengidap kelainan orientasi seksual. Kaki jenjang dan putih mulus, berisi, check.. I got it, rambut hitam kecoklatan bersinar dan terawat, that's absolutely me, perawakan tinggi.. aku banget, dan yang terakhir adalah senyuman cetar membahana alam semesta raya yang bisa membuat George Clooney klepek-klepek sampai menceraikan Amal Clooney istrinya, walau belum pernah aku praktekkan, yang jelas George Clooney tuh keren dan sexy abis.. loh.. gagal fokus, kita sedang gak membahas actor semakin tua semakin ganteng itu, tapi jujur aku nge-fans berat sama dia, sampai di kampus aku bikin fansclub George Clooney, walau hanya beranggotakan 5 orang dan itupun adalah pengikut setiaku.Mengenai penampilanku yang paling gak mungkin di tolak sama pria manapun, wajar aja karena background keluargaku yang sudah kaya tujuh turunan, so I can afford the best untuk segalanya.
1. Aku punya hairdresser khusus di Jakarta untuk semua perawatan dan styling rambutku, tapi sejak aku di migrasikan Papi buat kuliah di negeri kangguru, aku harus puas dengan pelayanan VVIP salon terkenal di Sydney.2. Dress, t-shirt, sampai leggingku semua ber-merk internasional, dan aku gak pernah memakai mereka lebih dari 1 kali sepanjang hidupku. Ditambah alergi kulitku terhadap semua pollystere, jadi semua yang menempel langsung di kulitku harus original cotton-based product. Oh iya.. aku punya personal shopper, berhubung aku ga punya banyak waktu untuk wara-wiri belanja setiap hari. 'The perks of being rich' #smirk.
3. Urusan tas dan asesoris, aku tetap percayakan ke personal shopperku yang sudah hafal dengan selera fashion ku, dan aku memang sudah langganan dengan JimmyChoo untuk urusan foot wear, setiap bulannya pasti catalouge dengan koleksi terbaru brand itu mampir di rumahku atau selama aku di Aussy ; flatku.Saat ini aku sedang memakai tas Zadie keluaran terbarunya JimmyChoo yang warna-warni, ditambah flat boot hitam setumit JimmyChoo dan minidress pink paling cucok keluaran MaxMara dengan motif polka dot pinknya sampai pinggang dan overall dress menjulur indah sampai lutut, Macrame' ottoman dress judulnya.Whatever it is called, aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihatnya pertama kali di catalouge yang diberikan personal shopperku. Overall, styleku hari ini adalah chic, cute, unyu-unyu gimanaa gitu, dan itulah kenapa dari tadi bule-bule bening yang mondar-mandir ngelirik penuh arti ke arahku yang duduk bengong di lounge ini.Announcement pesawatku sudah terdengar, dan semua penumpang diminta menuju terminal yang ditentukan. Walhasil, aku seruput habis minumanku yang masih separuh gelas, mubazir kalau ditinggal. Aku berjalan menuju pesawat yang akan membawaku ke Jakarta, pulkam ceritanya.Di pesawat aku bersampingan seat dengan seorang cowok oriental berusia sekitar 30an, gak bete deh diperjalanan, batinku sambil cengar-cengir gak jelas. Sialnya, ternyata kelakuan ajaibku barusan terlihat oleh cowok chinese disampingku, dia tersenyum sambil menaikkan alisnya, seakan bertanya apa yang lucu dan membuatku tertawa."Whats so funny??" tanyanya sambil tersenyum mempesona ke arahku."Apa yang lucu katanya?? hehhhehe!" Ucapku pelan dan tertawa kecil."Loh... kamu.. bisa bahasa Indonesia?" "Bisalah.. KTPku Jakarta kok.. memang aku gak keliatan muka lokalnya ya?" jawabku sok imut sambil mengerjapkan mataku yang bermaskara super tebal.Percakapan sederhana tadi berubah menjadi obrolan panjang selama penerbanganku ke Jakarta. Saat pesawat yang kutumpangi mendarat, kami saling mencatat nomer telpon dan berjanji untuk bertemu di lain waktu.Semoga saja si cowok kece badai menyegarkan mata itu bisa jadi gebetan terbaruku di Jakarta. Sebelum berpisah tadi, ia sempat bilang kalau ia akan tinggal di apartemen daerah Menteng dan kerja di dekat sana. Pria berprofesi sebagai arsitek itu mengajak ketemuan suatu hari, yang langsung diberi anggukan setuju, "Sure! aku tunggu kabar darimu!" Rejeki gak boleh ditolak yee kan? Mubazir gaes! Apalagi kalau ada cowok ganteng tajir pula, rugi seumur hidup kalau di sia-siakan. Sesampainya di Soetta, aku di jemput oleh supir pribadinya papi, Mang Andre, gak catchy banget memang nama Andre dipanggil 'Mang', tapi faktanya dia lahir di tanah sunda dan diberi nama Andre, jadilah supir pribadi papi yang berusia hampir setengah abad dan hampir setengah hidupnya mengabdi dengan papi, dipanggil "Mang Andre"."Mang.. si papi udah berangkat ke kantor kan??" tanyaku sambil menghidupkan kembali handphoneku dan melihat notif yang masuk."Belum Neng, mamang disuruh jemput Neng Fay dulu." Jawabnya tanpa dosa dan mata tetap fokus melihat ke jalan.Waduh... ini bisa berabe urusan, jam 10 pagi menjelang siang si papi belum berangkat?? curigation aku jadinya. Aku mengotak-atik handhone noteku yang sudah di modif dengan casing full bling-bling bertema bunga sakura, sambil menginput nomor telponnya Randy, pria oriental yang kutemui beberapa jam yang lalu namun dalam hatiku gelisah memikirkan sebab-musabab si lapi nungguin aku pulang."Paaaapii... I'm homeee!!!" Teriakku begitu membuka pintu rumah berlantai tiga dengan desain minimalis. Ada taman yang berhias tanaman yang bunganya sudah layu, tampaknya ayahku sedang badmood sampai tanaman kecintaanya dibiarkan layu tak terurus. Rumah yang di desain oleh almarhumah Mama, rumah penuh kenangan manis sekaligus kenangan pahit. Rumah yang menyaksikan aku tumbuh, hancur dan bangkit. Rumah yang menjadi satu-satunya kenangan atas Mama. Setiap aku memasuki rumah ini, aku selalu mellow. Bisakah aku menginap di hotel saja? Sekalian biar bisa ketemuan sama cowok chinese kece di pesawat tadi. Hhe.. modus."Astaghfirullah... kamu tu!! masuk rumah, bukannya Assalamualaikum.. malah teriak-teriak begitu!!" Omel papi sambil berjalan menghampiriku, kulihat beliau sudah dengan setelan kerjanya.Kubuka tanganku dan tersenyum semanis mungkin, menunggu pelukan selamat datang dari ayah yang merangkap ibuku sejak lima belas tahun yang lalu. Yang ditunggu pelukannya malah melotot seram kearahku, "Ih.. kok gitu si papi.." dumelku dalam hati."Kamu..!" Ucapnya sambil menunjuk ke arahku dengan jari telunjuknya. "Keluar lagi lewat pintu itu sekarang juga, dan masuk lagi ke dalam dengan memberi salam yang baik dan benar," lanjut papi sambil melipat tangannya di dada.Kok... Jadi garang begini papiku.. takut dengan pemandangan menyeramkan si papi, aku langsung keluar rumah dan menutup pintu dengan tergesa-gesa. "Itu.. Papikan..?" Ucapku pelan sambil meyakinkan diri, kalau aku tak salah masuk rumah orang.Aku mengetuk sekali pintu rumah, lalu membukanya sambil men
Aku masuk ke kamarku dan menyalakan laptopku sambil berbaring di kasur super empukku, aku akan menghubungi Evan, si superman yang merangkap pengikut setiaku lewat aplikasi skype. Kuhubungi dia dan dalam dua kali panggilan, muncullah wajah Clark Kent kw.3 di monitor laptopku."Evan... you must help me..!" Aku berteriak pelan ke headset yang kupasang agar pembicaraanku tidak didengar siapapun."Help?" Tanyanya gak connect, bingung dengan ekspresi lebayku barusan."Yup... Bokap gw mau ngawinin gw sama om-om dari Brunei..!!" Jawabku dengan dramatis ke sohib kelahiran Melbourneku ini."Soo...??" Jawabnya lagi.. ihh ni anak, otaknya rakitan mana sih.. lemot banget gak loading-loading. Aku diam sambil memelototi layar laptop, menunggu si superman abal ini nyambung dan menangkap maksudku."Oh... my... Gosh... really??" Teriaknya lebay, "tell me... tell me..," dan akhirnya aku menceritakan kejadian aku di sofa ruang tamuku itu.Evan
Aku berdiri di depan pintu kayu rumah megah ini, memandang ke bawah melihat penampilanku. Coat pink selutut dengan renda keluaran ModCloth dipadu dengan dark wash jeans dan sepatu balet pink keluaran JimmyChoo, secara keseluruhan penampilanku sangat layak dan sopan.Kuketuk pintu di hadapanku sekali,... tak ada jawaban, kuketuk lagi pintu itu, ... tak ada jawaban lagi."Humm... pertanda buruk dari langit!!" Ucapku pelan dengan kesal.Kuketuk lagi pintu di depanku dengan kesal, dan masih tak ada jawaban, kulihat tanganku yang sudah memerah akibat mengetuk, no.. no.. menggedor lebih tepatnya pintu nyebelin di depanku ini.Supir yang tadi mengantarku akhirnya datang menghampiriku dengan senyum ramah, pria yang rambutnya semua berwarna abu-abu mungkin 50an menurutku, dia memencet bel rumah yang... ternyata oh ternyata ada di sebelah kananku, tepatnya di dinding dan berada 10 centi dari kepalaku."Memang orang Brunei jangkung-
Aku sudah ditelepon oleh ibu jauh-jauh hari. Ibu bilang bahwa sang calon akan datang sore ini. Memang sudah dari jauh-jauh hari Pak Reza memberitahuku jadwal kepulangan anak satu-satunya itu. Aku sudah memesan tiket penerbangan pulang, dan semua persiapan debut projek Lea juga sudah mau rampung, hanya menunggu beberapa MOU dari beberapa perusahaan untuk mendukung promosi debut Lea, dan thanks God bukan urusan aku, semua kerjaanku di sini selesai… aku sudah ijin dengan bos Yang, aku harus pulang karena diminta oleh ibu. Aku jujur kepadanya.. bahwa aku akan menikah, awalnya ia kaget dan tak setuju karena beralasan aku tak bisa fokus seperti semula, namun aku berkilah.. kalau aku tak menikah sekarang, ibuku akan terus khawatir. Akhirnya ia setuju dan memintaku merahasiakan ini semua dari rekan kerja yang lain.. karena bisa membuat iri.Pak Reza sudah mengirimkan foto tiket penerbangan anaknya.. hanya berbeda satu jam pendaratannya denganku. Aku akan meminta sa
Pagi hari, di hari yang telah ditetapkan oleh ibuku, setelah subuh, rumahku sudah sangat ramai. Ada beberapa orang yang keluar masuk kamarku. Seorang perias dan petugas yang membantuku memakaikan pakaian yang akan kupakai nanti saat akad nikah. Ya… hanya akan ada akad nikah, tak akan ada respesi. Pak Reza juga mau pernikahan anak satu-satunya sederhana. Enath kenapa seperti itu.Ada seorang pria yang membantuku memakai pakaian melayu dengan aksen bordir, sebuah adat pernikahan di sini. Ia melilit sarung dengan sangat rapih dan memakaikanku peci yang diberi beberapa bordir putih melati. Aku diberi wewangian dari dupa yang harum, aku diasapi. Lucu memang… tapi menurut ibuku dengan cara ini harumku akan berbeda.. dan akan lebih tahan lama. Aku jadi termenung, sambil menunggu proses pengasapan ini selesai, kesan pertamaku saat melihat gadis itu beberapa hari yang lalu, lucu... imut dengan fisik berisi… padahal aku sering melihat close-up wajahnya dari akun sosial medianya, tap
Keajaiban yang kunanti tak kunjung datang, karena saat ini di depanku Ben berjabat tangan dengan Ayahku, mengucapkan ijab qabul. Ben berpakaian tradisional dan aku menggunakan baju kurung khas melayu dengan tema emas dan peach. Beberapa perhiasan emas di sematkan kepadaku, dan disempurnakan dengan mahkota berbatu ruby di puncak kepalaku.Gadis cantik, kece, seksi sepertiku ber ending menikah dengan om-om ubanan dengan baju kurung pula, bukannya menghina... pakaian ini memang indah dan berkelas, tapi mimpiku sejak kecil menikah dengan gaun berekor panjang dengan belahan dada yang seksi.Ben walau tersenyum, wajahnya terlihat dingin. Alisnya taut lebat berwarna hitam kecoklatan. Bahunya tegak dengan dada bidang dibungkus baju koko berhias bordir dengan sarung tradisional terikat di pinggangnya.Ben menoleh ke arahku, wajahnya tanpa ekspresi dan aku berjalan mendekat. Ibunya mengarahkan untuk memasangkan cincin di tanganku, lalu menyu
Apartemen Ben terletak di pusat kota Seoul, tak jauh dari kantornya. Ia bilang baru saja membeli mobil dan mobil baru Ben itu, di parkir di basecamp agensi besar itu. Aku dengan segala daya-upaya, merengek agar bisa ikut Ben hari ini, walau Ben bilang ia akan rapat seharian, aku tetap kekeh. Cafetaria YG kan terkenal dengan kelezatan makanannya, ah... kali aja kaya di drakor gitu... pas lagi di cafe nabrak GD yang lagi lunch... ah so sweet... adek rela di tabrak abang GD.. Suwerr deh Bang."Jangan sampai ada yang tau kalau kita sudah nikah! Ngerti kan? Aku ada kontrak untuk stay single!" Ucap Ben ketus.Entah setelah sampai di Seoul ia jadi manusia kejam, dingin, ketus. Aku bodo amatlah, aku akan enjoy se-enjoy yang kubisa, hidup di lingkaran tempat tinggal grup idol favoriteku, kali aja si babang-babang tampan mau nyulik aku sambil nyanyiin lagu khusus buatku."Iya... Iya... aku juga single berarti ya...!" Balasku tak terima.
Kami tiba di Seoul dan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku. Sebentar lagi jadwal release album Lea, aku sudah bilang kepadanya… aku mungkin hanya akan memproduseri Lea, aku sudah memberikan banyak ide dan lagu untuk sang big boss, terserah ia mau memberikannya kepada siapa.Pada awalnya aku hanya memproduseri dan melakukan urusan promosi untuk konser dan road tour.. tapi pada kenyataannya urusan debut dan materi yang akan ditampilkan aku juga yang mengurus, walau tak sepenuhnya. Aku membantu sebisaku, dan akhirnya sang pengantin baru perempuan itu duduk cemberut di atas kasur apartemenku. Ia beberapa kali merengek ingin ikut ke kantor dengan harapan bertemu GD, dan syukurnya ia sampai sekarang belum berhasil. Kemarin aku mengajaknya perdana ke kantor, aku harus dengan sangat buru-buru menyelesaikan pekerjaanku karena aku tahu Fay menungguku di bawah. Aku bilang kalau ia hanya sepupuku… dan aku sudah memintanya tak mengakui re pernikahan kami. Ia setuju dengan meng