Ada sorakan untuk Ben mengecup keningku, sangat ramai dan gaduh. Aku hanya diam berusaha tak terpengaruh.
"Sekarang... Ben sebagai suami mengecup kening istri... " Semua tamu bertepuk tangan dan bersiul. Walau di laksanakan di rumah, beberapa kerabat dari kedua keluarga memenuhi ruangan ini. Ben memandangku masih dengan mata tajam tanpa ekspresinya. Kedua tangannya memegang bahuku. Mataku terpaku dengan pupil matanya, suamiku... Om-om beruban sombong dan dingin itu sekarang jadi suamiku. Matanya cokelat muda, gen yang bagus. Hidungnya mancung dan rahangnya tajam, kalau menurun ke anak lelaki akan jadi aset yang bagus, tapi... What?? Anak?... Oh no... Princess ga mau dihamilin sama om-om...! Aku tersadar dari lamunanku saat her lips mendarat mulus di jidatku yang separuhnya tertutup kerudung peach bermahkota. Jidatku sudah gak perawan... Mama...! Jeritku dalam hati. Mimpi buruk apa sebenarnya ini. Bagaimana mungkin kehidupan indahku di Australia sebagai sosialita muda berubah 180 derajat seperti ini. Sepuluh menit berikutnya Ben menggenggam tangan kananku berjalan menuju kamarnya. Aku diam, bingung bercampur takut atas nasib yang menantiku di kamar itu. Tiba di kamar, Ben melepaskan tanganku. Kaki jenjangnya memenuhi kasur ber seprei peach, Ben meregangkan posturnya. "Kau mau pakai kamar mandi sekarang atau nanti?" Tanyanya sambil memejamkan mata. Bingung mau bicara apa, aku hanya berbalik dan memasuki ruangan kecil yang kutebak adalah kamar mandi yang dimaksud. Kamar mandi yang di lengkapi walk in closet, kulihat deretan rak dan lemari beberapa kosong dan sisanya diisi pakaian Ben. Lalu aku ganti baju pakai apaan dong? Lima menit kuhabiskan dalam bilik shower, kulilit handuk tebal selutut dan berjalan mengitari closet milik Ben. Positif, belum ada pakaianku yang dipindahkan ke sini."Mmh... Tak ada pakaianku di sini. Aku lupa ambil dari kamar. What to wear?" Aku menjulurkan kepala keluar kamar mandi bertanya pada Ben yang saat ini sedang duduk bersila di atas ranjang dengan laptop terbuka. Alisnya terangkat, matanya tertuju pada penampakan wajahku yang malu bukan main di balik pintu. "Wear mine." Jawabnya menyuruhku memakai pakaiannya. "Yang mana?" Tanyaku lagi. "Yang mana saja boleh..." Jawabnya kembali fokus pada laptopnya. Dengan persetujuan si empunya closet a.k.a om-om ubanan a.k.a suamiku, aku berjalan memilih pakaiannya yang akan kugunakan sebagai pakaian tidur. Hitam, putih, coklat dan hijau hanya ada empat warna pakaian di closet 20 meter persegi ini. Sepertinya si majikan dari closet ini memang hanya menyukai warna itu. Aku memilih celana panjang hitam dengan kaos lengan pendek dengan warna yang sama. "Looking good...!" Ucap Ben menolehkan wajahnya kepadaku yang berjalan awkward menuju kasur. "Mmh...""Kok jadi pendiam? Bukankah kau perempuan comel?" Tanya Ben saat pantatku mendarat pelan di atas kasur. Ada senyum kecil di her lips. Ahh... Apa dia sedang menggodaku? "Maksudnya?""Kamu bukannya cerewet?" Ulangnya lagi. "Hah?! Cerewet?!" Suaraku mulai nyaring, "Enak aja... cewe cantik dibilang cerewet. Aku tu.. Talk active, dan memang itu jurusanku yang harus aktif publik speaking." Aku menyerocos sambil mendelik kesal. Ben tertawa kencang. "That's more like you!""Kamu bukannya pendiam? Dingin? Sok cool... kenapa jadi banyak omong kaya sekarang?" Balasku bertanya. "Oo... " wajahnya dibuat jenaka, kalau aku tidak jaim.. Sudah kucium her lips yang mencucu itu. Eh.. "Jadi aku.. Cool, pendiam, keren?"Emang aku tadi bilang keren ya? Kayaknya engga ih..." Timpalku kesal.
Ben tertawa lebih nyaring, rahangnya yang terbuka memperlihatkan deretan gigi rapi putihnya. Dalam sedetik ia mendekat ke arahku dan menempelkan her lips pada my lipsku. "Kita lanjutkan nanti, Wife!" Bisiknya setelah mengecupku, membuatku membatu saat ia berjalan santai ke kamar mandi.Sepuluh menit Ben memakai kamar mandi, saat ia keluar hanya memakai celana kaos berwarna hitam tanpa baju menutupi tubuh bagian atasnya.
Aku menyesal saat mataku tak sengaja menoleh ke arah bagian depannya yang polos. Kok jadi aku yamg deg-degan? Dulu aku sering melihat cowok cowok nude dada... model pula!
Aku pura -pura sibuk dengan ponselku, berusaha acuh dengan pria bertelanjang dada yang berjalan mendekat ke arahku. Ia duduk dan membereskan laptop, kertas dan pulpennya yang berserakan. "Sleep! Besok sehabis subuh kita ada flight ke Seoul!" ulUcapnya berbaring dan menarik selimut. "Flight? Seoul?" Aku bertanya kaget dengan statementnya barusan. Apa bulan madu? Aku sudah berharap senang bisa liburan."Ya.. besok aku ada meeting dengan pemilik agensi. Kamu tau kan pekerjaanku?"Aku menggeleng polos. Karena memang sungguh-sungguh tidak tahu. "Seriously? Masa gak penasaran browsing-browsing tentang suami?""Beh... ke pe-dean, kaya gak ada kerjaan aja." Jawabku jutek. Sorry sorry deh yee... Dikira kite antusias dengan die, diih. Ben tertawa kecil, seakan tahu dengan hatiku yang ngedumel. "Aku tahu tentang kamu. Kuliah, jurusan, temanmu... Masa kamu ga tau tentang aku sih?!""Dih... Itu mah kamu emang dasaran stalker kali..!""Ha.. Ha.. ya deh emang stalker. Aku kerja di agensi YG, aku produser dan pencipta lagu untuk agensi itu." Jelasnya santai. Saat seperti ini, ia terlihat seperti pria seumurku yang playful, tak terlihat guratan kaku di wajahnya yang membuat Ben terlihat lebih tua. "YG? Bigbang dong?!" Jawabku histeris. "Iya kenapa?" Tanyanya jutek, "kenapa rmang Bigbang?""Ya GD lah... my idol... aku mau dong ketemuan, boleh yaa?" Ku keluarkan jurus manis manja. Ku gelandoti lengannya, ku elus-elus punggung tangannya, kutatap wajahnya dengan wajahku yang paling imut. "NO. NEVER!""Iih... Ben maah..." Ini jurus centilku, dengan suara mendengau kucubiti perutnya yang rata. Si target hanya melirik heran padaku. "NOPE! Masa di depan suami sendiri ngomongin cowok lain..! Dosa tu!""Kan my Idol, " jawabku polos, "Ya... Ya... Ya... Ben ganteng deh... jadi sayang sama Ben." Ku tempelkan pipiku ke punggung tangannya. "Gak dari hati... keliatan fake- nya!" Jawabnya ngambek. Deh.. Bisa gitu orang udah berumur ngambek model gini.Apartemen Ben terletak di pusat kota Seoul, tak jauh dari kantornya. Ia bilang baru saja membeli mobil dan mobil baru Ben itu, di parkir di basecamp agensi besar itu. Aku dengan segala daya-upaya, merengek agar bisa ikut Ben hari ini, walau Ben bilang ia akan rapat seharian, aku tetap kekeh. Cafetaria YG kan terkenal dengan kelezatan makanannya, ah... kali aja kaya di drakor gitu... pas lagi di cafe nabrak GD yang lagi lunch... ah so sweet... adek rela di tabrak abang GD.. Suwerr deh Bang."Jangan sampai ada yang tau kalau kita sudah nikah! Ngerti kan? Aku ada kontrak untuk stay single!" Ucap Ben ketus.Entah setelah sampai di Seoul ia jadi manusia kejam, dingin, ketus. Aku bodo amatlah, aku akan enjoy se-enjoy yang kubisa, hidup di lingkaran tempat tinggal grup idol favoriteku, kali aja si babang-babang tampan mau nyulik aku sambil nyanyiin lagu khusus buatku."Iya... Iya... aku juga single berarti ya...!" Balasku tak terima.
Kami tiba di Seoul dan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku. Sebentar lagi jadwal release album Lea, aku sudah bilang kepadanya… aku mungkin hanya akan memproduseri Lea, aku sudah memberikan banyak ide dan lagu untuk sang big boss, terserah ia mau memberikannya kepada siapa.Pada awalnya aku hanya memproduseri dan melakukan urusan promosi untuk konser dan road tour.. tapi pada kenyataannya urusan debut dan materi yang akan ditampilkan aku juga yang mengurus, walau tak sepenuhnya. Aku membantu sebisaku, dan akhirnya sang pengantin baru perempuan itu duduk cemberut di atas kasur apartemenku. Ia beberapa kali merengek ingin ikut ke kantor dengan harapan bertemu GD, dan syukurnya ia sampai sekarang belum berhasil. Kemarin aku mengajaknya perdana ke kantor, aku harus dengan sangat buru-buru menyelesaikan pekerjaanku karena aku tahu Fay menungguku di bawah. Aku bilang kalau ia hanya sepupuku… dan aku sudah memintanya tak mengakui re pernikahan kami. Ia setuju dengan meng
"Rasa ini membunuhku!" Adakan lagu judul seperti itu? Ya itu tepat apa yang terjadi padaku saat ini!"But... wait... wait, aku kan ga pernah cinta sama Ben! Aki-aki sok ganteng yang dijododhin papi untukku? Iya... Ngapain banget aku sakit hati? Hello...? Aku selalu dikerubungi cowok kece... Ga akan abis cowok ngantri kalau aku buka lowongan pacar!" Monologku di depan cermin.Kusempurnakan riasanku, aku akan kembali ke ruangan karaoke itu dan jadi diriku sendiri. Get Wild!"Sorry... aku baru dari toilet!" Ucapku sok asik dan sok cool memasuki ruangan itu.Sepertinya saat ini giliran Tuan Su Min yang bernyanyi, karena ia memegang buku panduan untuk memilih lagu."Ya ampun... kita bahkan ga tau kalau kamu ga ada di sini!" Jawab Lea ketawa cekikikan, jemari kukunya berwarna shocking pink bertengger mesra di bahu Ben."Bodo Amat!" Ucapku tak bersuara, "Aku mau duet doong!" Kuhampiri Tuan Su Mi
Aku dan Ben berada di mobil dalam perjalanan pulang. Ben diam tak berkomentar dengan kejadian tadi, akupun juga diam berusaha tak terpengaruh. Kukeluarkan ponsel dan mencari kontak Evan, sahabatku yang berparas mirip sedikit dengan Clark Kent."Evan.." Ketikku.Satu menit berselang, kulihat nomor Evan aktif dan sedang mengetik balasan."Yo girl... sssuuuuppppp?!" Membaca jawabannya aku tersenyum sendiri, ah... manusia ajaib ini berhasil membuatku lupa dengan ketragisan hidupku. Aku kesal, aku marah.. aku ingin menyudahi saja pernikahan sialan ini. Beruntung ia belum melakukan apapun denganku. Kalau memang ia tak mau menjamahku... dan masih mau berpacaran dengan idol itu.. ngapain dia mau dinikahin sama aku?"Evan, I need your help! Aku butuh pengacara untuk mengurus perceraianku, cari yang paling bagus! Aku ada di Seoul, segera!!" Ketikku cepat membalas."Whattttt! Kau harus menjelaskannya padaku Babe! Ok wait
Fay berdiam diri dan mengurung dirinya di kamar. Selama ini aku memilih tidur di ruang kerjaku. Leherku sakit dan kepalaku rasanya mau meledak. Akupun bingung dengan istriku, ia marah karena Lea mengaku sedang dekat denganku. Lalu ia meminta cerai, apa ia cemburu? Yang jelas aku tak akan menyetujui keinginannya itu.Aku tak akan menceraikannya... aku tak mau ibuku kecewa dan menangis lagi... ditambah aku sudah merasakan getaran aneh saat melihat wajahnya, senyumnya.Aku tadi sudah mengatakannya kepadanya.. bahwa aku menolak pengajuan cerai dari pengacara sahabatnya yang berada di Australia. Apa yang bisa kulakukan untuk mengatasi masalah ini? Sedangkan sebentar lagi aku akan mulai sibuk mengurus persiapan road show Lea. Urusan ini harus diselesaikan. Apakah... hmm aku berpikir sebuah penyelesaian yang seharusnya sudah kulakukan sejak awal menikahinya. Aku ini memang terkadang sangat bodoh! Bodo
Aku bangun pagi dan membersihkan diri. Kulihat Fay masih tertidur. Aku bangkit dan membersihkan diriku. Sesudahnya aku membangunkan Fay.Aku menggoyang bahunya. Ia tak bangun juga."Fay..." Aku memanggilnya dengan suara yang agak kencang.Aku masih menggoyang bahunya. Ia bergerak dengan memincingkan wajahnya. Ia terlihat kesakitan."Apa?" Jawabnya dengan suara serak."Bangun! Subuh!" Ucapku memperhatikan lehernya yang memiliki beberapa noda memerah, hasil karyaku semalam. Aku membangunkannya lagi tengah malam.. dan mengulangi kegiatan intim kami. Ia tak menolak dan hanya diam, ada sebuah air mata yang menetes lagi setelahnya. Aku hanya diam dan memandangi posturnya yang polos dan sekali lagi memuaskanku."Ehh..." Balasnya dengan suara serak."Ayo aku tunggu, solat berjamaah!" Ucapku.Fay berusaha bangun, dahinya
Aku bekerja seperti biasa, rapat sudah selesai kuhadiri. Ada beberapa pertanyaan mengenai daerah mana saja yang akan dilalui road-show Lea, karena kami membutuhkan daerah yang strategis yang bisa memudahkan para penggemar untuk datang. Untuk saat ini kami hanya memutuskan mengadakan di lima tempat...tempat-tempat dengan banyak fan-base Lea dan girlgroupnya yang dulu, diantaranya; Seoul, Tokyo, Beijing, Busan dan Daegu.Aku juga menyampaikan mengenai ada sebuah brand yang menginginkan Lea sebagai brand ambassador, sebuah produk sabun mandi dan perawatan tubuh. Eksekusi road show kurang lebih akan dimulai bulan depan, aku sudah memiliki channel para klien yang mau mensponsori road show ini, dan selama persiapan road show, Lea akn menghadiri beberapa reality show mentereng di negeri gingseng ini.Mr. Yang tak membahas mengenai love-line yang ia bahas denganku tadi. Aku juga tak mau memikirkannya lebih lanjut...semo
Malamnya sekitar jam tujuh Fay akhirnya sadar, wajahnya tak terlalu pucat walau bibirnya sangat kering. Saat ia membuka amata, aku langsung menyodorkan air untuk ia minum. Walau dengan wajah penuh tanya...ia meminumnya."Kau baik-baik saja?" Tanyaku akhirnya."Aku mau cerai!" Ucapnya dengan tegas."Fay ...""Aku mau cerai pokonya!" Ulangnya lebih tegas. Ia baru bangun dan kalimat pertama yang ia ucapkan adalah permintaan cerai?"Kenapa? Sudahlah...aku pulihkan dulu tubuhmu...nanti kita bicarakan lagi." Balasku akhirnya. Mungkin Fay belum terlalu sadar.. aku harus menjadi orang yang lebih sabar.Ia mendengus kesal dan memalingkan wajahnya membelakangiku. Entah apa yang kubuat salah dengannya.Perawat datang membawakan makan malam, yang dengan susah payah akhirnya ia habiskan. Sepertinya Fay menelan dengan kesulitan. Aku tahu rasanya makanan rumah sakit...dan ia te