Share

12. Duda KPOP

Aku sudah ditelepon oleh ibu jauh-jauh hari. Ibu bilang bahwa sang calon akan datang sore ini. Memang sudah dari jauh-jauh hari Pak Reza memberitahuku jadwal kepulangan anak satu-satunya itu. Aku sudah memesan tiket penerbangan pulang, dan semua persiapan debut projek Lea juga sudah mau rampung, hanya menunggu beberapa MOU dari beberapa perusahaan untuk mendukung promosi debut Lea, dan thanks God bukan urusan aku, semua kerjaanku di sini selesai… aku sudah ijin dengan bos Yang, aku harus pulang karena diminta oleh ibu. Aku jujur kepadanya.. bahwa aku akan menikah, awalnya ia kaget dan tak setuju karena beralasan aku tak bisa fokus seperti semula, namun aku berkilah.. kalau aku tak menikah sekarang, ibuku akan terus khawatir. Akhirnya ia setuju dan memintaku merahasiakan ini semua dari rekan kerja yang lain.. karena bisa membuat iri.

Pak Reza sudah mengirimkan foto tiket penerbangan anaknya.. hanya berbeda satu  jam pendaratannya denganku. Aku akan meminta salah satu supir untuk menjemputnya saja.. aku akan pulang dengan taksi. Berkai-kali ibu memintaku berpakaian yang sedikit lebih muda dan fresh. Memang pakaian orang muda seperti apa? Kaus dan jeans? Aku memutuskan memakai kemeja semi formal dan jeans hitam, entahlah… yang penting aku menuruti ibu. Aku mempersiapkan penerbanganku ke Brunei, mungkin aku akan menghabiskan dua sampai tiga hari di sana, aku tak bisa meninggalkan urusan pekerjaanku di sini terlalu lama. Sedangkan bisnisku yang lain sudah diurus oleh Salim dan projek di Jakarta oleh Reno.

Ada sebuah panggilan masuk, dari Lea. Aku mengangkatnya.

“Oppa…” Panggilnya dengan suara sedikit sengau, maksudnya agar berkesan imut seperti biasanya, dalam hati aku berjengit setiap kali mendengarnya.

“Oppa… kau tak masuk hari ini… aku bagaimana?” Tanyanya.

“Ya. Aku cuti dua sampai tiga hari.. aku harus pulang ke Brunei.”

“Ah….apa ada acara?”

“Mmmh… ya. Aku menghadiri pernikahan.” Jawabku tak sepenuhnya berbohong.

“Oh… ya. Baiklah. Aku sebenarnya ingin sekali bertemu, apa ada waktu sebentar saja?” Rengeknya.

“Maaf, jadwal penerbanganku sebentar lagi… aku harus ke bandara.” Ucapku jujur. “Lea..baku harus berangkat. Kau berlatihlah dengan giat.” Aku lalu memutus sambungan telepon itu. Aku mengambil sebuah duffel bag kecil dan berangkat menuju bandara dengan taksi.

Penerbanganku lancar dan aku tiba dengan selamat di BSD, aku menaiki taksi dan memberitahu alamatku. Sebuah komplek perumahan tak jauh dari pusat kota. Sebuah rumah yang dibangun oleh mendiang ayahku. Saat aku menyalakan ponsel ada beberapa pesan dan penggilang tak terjawab dari ibu. Isinya kurang lebih sama.

“Ben.. kau dimana? Fay sudah datang!”

“Ben. Cepat datang!”

“Ben… kenapa tak bisa dihubungi!”

Aku mengetik cepat, “aku di taksi Bu, baru landing.”

Tak lama ada balasan dari ibuku, sepertinya ia sedang sangat bahagia kedatangan calon menantunya. “Ya. Cepat… calon menantu ibu kasihan sudah menunggu lama.”

Aku menggeleng, sepertinya ibu akan jauh menyayangi gadis ini ketimbang anaknya sendiri. Aku mengenang pernikahanku yang gagal dengan Bella… bisa dibilang ibu tak setuju. Entah kenapa ibu beberapa kali bilang bahwa ia tak sreg dengan perempuan pilihanku. Aku bertemu Bella di sebuah projek pekerjaan di Bangkok, ia salah satu event organizer yang terkenal di sana.. walau aslinya ia adalah orang Malaysia. Bella sangat percaya diri dengan penampilan memukau dan tubuh yang menggiurkan, aku masih sangat muda saat itu.. dan seperti lelaki lainnya.. aku tergiur dengan apa yang terlihat dan tampak di luar.

Aku menikahinya tak lama setelah berkenalan. Pernikahan kami berjalan hanya lima tahun, aku menceraikannya saat tahu bahwa ia selama ini selingkuh dengan pria lain. Aku memergokinya sekali… saat aku baru pulang kerja dan jadwalku pulang lebih awal tak seperti biasanya, aku mendengar sebuah erangan dan pekikan menggoda dari seorang perempuan di kamar kami.. ia sedang bergumul dengan pria lain. Aku yang baru masuk apartemen dan berjalan dalam diam, hanya menyaksikan tubuh polos istriku yang sedang bergumul dengan pria affairnya. Aku berjalan keluar dalam diam. Saat itu kami sudah memiliki anak berusia satu tahun. Alissa… yang ternyata setelah aku cek DNA nya bukan anakku. Mungkin ia anak dari si affairnya itu.

Saat aku keluar dari unitku, aku pergi ke bagian security… aku meminta rekaman kamera pengawas di depan unitku. Dan benar saja… pria itu datang hampir setiap hari… itulah yang membuatku ragu tentang Alissa. Perempuan itu telah berkhianat dan membohongiku.. dengan bilang bahwa malaikat kecil itu adalah milikku.. seorang gadis cantik yang manis yang sangat kusayang. Betapa hancurnya aku saat kutahu ia adalah bukan darah dagingku. Aku langsung  menggugat cerai Bella saat itu juga. Hak pengasuhan Alissa jatuh ke tangannya, karena memang berdasar tes DNA itu.. ia bukan anakku walau beberapa kali Bella memintaku datang demi Alissa, aku tak bisa menolaknya… bagaimanapun… aku sangat menyangaginya.

Aku sampai di rumah megah milik orang tuaku. Berdsarkan penjdlesan ibu.. pernikahan akan diadakan sederhana dan hanya dihadiri oleh keluarga saja. Mengingat memang waktunya yang mepet. Sepertinya itu ide ibu, agar pernikahan ini cepat berlangsung. Aku hanya berpikir dalam hati. Apakah sang calon sudah mengetahui aku sudah pernah menikah?

Aku masuk dan mengucap salam, dari kejauhan aku dengan suara ibuku menyahut dan menjawab salamku. Aku berjalan semakin masuk mencari sosok ibuku. Aku meletakkan tasku di dekat tangga, dan melanjutkan perjalanan mencari Ibu. Mungkin ia ada di ruang keluarga di dalam. Aku masuk dan yup.. dugaanku betul.

Aku berjalan melewati perempuan itu, seorang gadis imut yang berwajah seperti sedang berpikir dan menatapku lekat. Hah.. apa ia terpesona?

Aku melewatinya dan mengecup takzim tangan ibu dan mengecup pipinya. 

“Ben… this is Faiza.. your future wife.” Ucap ibu memperkenalkan kami. Aku masih pura-pura sibuk dengan ponselku. Aku hanya mengangguk dan menoleh ke arah gadis itu sebentar. Matanya menyorot ke arahku dengan pandangan kesal. Apakah aku tak memiliki respon yang ia harapkan?

“Bu… aku mau ke kamar dulu.” Ucapku dan berdiri. Memang aku super lelah, aku berkemas seharian dan penerbangan yang jauh. Tubuhku sudah pegal dan terasa lengket. Aku masuk ke kamar dan meletakkan semua bawaanku. Saat aku tiba di daun pintu kamarku sebuah pemandangan ajaib terjadi. Kenapa kamarku jadi banyak renda dan warna-warni begini? Ah.. ini pasti ulah ibu. Aku masuk dan memang bagian dalamnya juga sudah dirias dengan renda dan beberapa bunga hidup. Wangi… tapi terlalu berwarna.

Aku melepaskan pakaian dan langsung masuk ke kamar mandi. Aku melepaskan lelahku dengan air hangat dan berdiam diri di bawah shower. Dari luar kamar mandi aku mendengar suara ibu memanggil namaku. Aku membuka pintu sedikit dan melongokkan kepalaku keluar.

“Sebentar lagi yaa Bu.” Ucapku sebelum melanjutkan rutinitasku dengan lebih cepat. Aku mengeringkan rambut dan berpakaian kaus dan celana training. Aku sudah bersiap untuk tidur.

“Kamu ini… kenapa tak senyum? Salaman atau menyapa Faiza.. ia baru datang ke Brunei, bukannya kau beri selamat datang malah.. wajah ditekuk!” Protes ibu, aku hanya meringis dan menggosok rambutku dengan handuk.

“Fay tidur di dekat kamarmu. Jangan macam-macam yaa… besok lusa langsung akad. Jadi tunggu besok lusa. Papanya sedang dalam perjalanan.. ia katanya mau tinggal di hotel saja, besok lusa baru ke sini.”

“Ah! Ya Bu. Apa gadis itu sudah tahu kalau pernikahannya besok lusa?” Tanyaku.

“Seharusnya iya. Kenapa?”

“Ya..tak kenapa-napa. Apa ia tahu kalau aku duda?”

“Ibu tak tahu Ben. Sudahlah.. ibu sibuk buat persiapan pernikahanmu besok lusa.” Ibu tersenyum lebar dan keluar kamar. Kenapa aku jadi khawatir, aku takut gadis itu tak mengetahui statusku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status