Pagi hari, di hari yang telah ditetapkan oleh ibuku, setelah subuh, rumahku sudah sangat ramai. Ada beberapa orang yang keluar masuk kamarku. Seorang perias dan petugas yang membantuku memakaikan pakaian yang akan kupakai nanti saat akad nikah. Ya… hanya akan ada akad nikah, tak akan ada respesi. Pak Reza juga mau pernikahan anak satu-satunya sederhana. Enath kenapa seperti itu.
Ada seorang pria yang membantuku memakai pakaian melayu dengan aksen bordir, sebuah adat pernikahan di sini. Ia melilit sarung dengan sangat rapih dan memakaikanku peci yang diberi beberapa bordir putih melati. Aku diberi wewangian dari dupa yang harum, aku diasapi. Lucu memang… tapi menurut ibuku dengan cara ini harumku akan berbeda.. dan akan lebih tahan lama. Aku jadi termenung, sambil menunggu proses pengasapan ini selesai, kesan pertamaku saat melihat gadis itu beberapa hari yang lalu, lucu... imut dengan fisik berisi… padahal aku sering melihat close-up wajahnya dari akun sosial medianya, tapi sekilas saat kulihat ia secara langsung kemarin. Ia memiliki detail wajah yang lebih menggemaskan. Ia lucu dan imut dengan caranya sendiri. Wajahnya dan raut matanya terlihat berpikir serius, tapi her lips sedikit mengerucut dan pipinya yang gembul. Ia terlihat lebih gemuk di dunia nyata. Posturnya juga lebih berisi, tapi ia dengan sangat percaya diri dan memakai pakaian yang memang sangat cocok di posturnya.. membuat penampilannya terlihat mempesona. Walaupun kalau ia pergi ke Seoul.. pasti akan di judge kegemukan.Setelah semua persiapan selesai, aku diminta turun. Acara pernikahan akan segera dimulai. Kalau berdasarkan adat di sini. Sang mempelai lelaki akan melakukan akad pernikahan sendiri, lalu begitu sah dan dinyatakan resmi menjadi suami-istri.. baru sang pengantin datang. Entah adat mana yang akan dipakai.Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci dan pembacaan maulid. Aku mendengarkan dengan khusyu, aku melihat di kejauhan. Di bagian terdepan para keluarga perempuan. Ibuku yang rambutnya tertutup kerudung beberpa kali meneteskan air mata. Ah.. ibu pasti sedang sangat bahagia. Di sebelah kananku Salim juga telah berpakaian adat. Ia memakai pakaian koko dan sarung serupa denganku namun tak berwarna putih. Ia terlihat lebih kalem dan berbeda, karena setiap harinya ia memang bergaya seperti seorang bisnisman.Saat pengikraran akad. Pak Reza yang berpakaian koko berwarna krem duduk di depanku, di saksikan penghulu dan beberapa pemuka agama sebagai saksi. Ia menyodorkan tangannya yang kujabat mantab. Dan aku mengikrarkan kalimat itu. Kalimat yang berarti sebuah janji.. sebuah ikrar yang disaksian semua penghuni langit… yang membuat langit terbelah karena perjanjian ini disaksikan ribuan malaikat langit. Moment dimana semua doa diijabah. Moment berpindahnya pertanggungjawaban seorang insan dari ayahnya menjadi berada di pundakku. Seorang gadis bernama Faiza Suseno sekarang sudah resmi menjadi istri dan berada di bawah tanggung jawabku. Kami sudah sah menjadi suami-istri.Doa di lantunkan, aku duduk di tempatku semula, sambil mengamini doa yang diucapkan. Aku berdoa dalam hati dengan sangat khusyu. Semoga ini adalah pernikahanku yang terkahir, dan bisa membuat bahagia orang tuaku… dan menjadikan kebahagiaanku dan istriku ke depannya. Sebuah keluarga yang indah dan bahagia.Ibu dan seorang bibiku berdiri dan berjalan menaiki tangga. Pasti mereka sedang menyusul sang pengantin perempuan, istriku. Istriku yang hanya kukenal melalui sebuah sosial media.Tak lama ibu dan bibiku turun menggandeng seorang perempuan berkerudung peach dan bermahkota. Ia mengenakan sebuah baju melayu berwarna peach dan berbordir indah. Saat kakinya menapak tangga terakhir aku menundukkan pandangan. Saat ia turun dari tangga tadi, aku melihat raut wajahnya yang gugup.. ia menunduk. Mungkin gadis itu sangat takut dan grogi dengan kejadian ini. Aku tersenyum kecil.Salim mencolek bahuku, ia berbisik.“Berdiri… pengantinmu sudah datang!” Aku menuruti perintahnya. Pandanganku langsung beradu dengan Pak Reza. Ia tersenyum lebar kepadaku. Ia menggandeng tanganku dan berbisik.
“Faiza adalah satu-satunya hartaku di dunia ini.. jagalah ia, aku percaya dengan kamu Ben.” Bisiknya aku hanya mengangguk dan mengaminkan ucapan bapak mertuaku. Semoga aku bisa menjadi apa yang diinginkan oleh ayah mertua dan ibuku.Pak Reza menuntun tanganku dan membuatku beridiri berhadapan dengan Faiza. Ia terlihat manis dengan warna peach, ada polesan make-up yang natural menjadikannya terkesan lebih dewasa. Ia memang sudah dewasa… tapi memang wajahnya terlihat sangat kekanakan. Ia menunduk, lipstiknya yang berwarna merah menyolok membuat pandanganku tertuju pada her lips yang ranum.Aku memasangkan sebuah cincin dan menyerahkan mas kawin berupa uang sebesar 100$ dan seperangkat alat sholat kepadanya, ia menyerahkan dua buah kotak berbungkus cantik itu kepada bibiku yang berdiri di sampingnya. Beberapa bibiku bersorak, “Ayo pengantin cium tangan dulu sama suami!” Beberapa bersiul nyaring. Aku menoleh ke arah asal suara, siulan itu ternyata dari Salim, adikku. Aku menggeleng, dasar bar-bar.Pak Reza menuntun Faiza untuk mengecup tanganku untuk pertama kali. Ini adalah kontak fisik pertama kami sebagai suami-istri. Sang fotografer meminta untuk diperlama.. adengan mengecup tangan agar ia bisa mengabadikan kejadian ini. Lalu ada yang berbisik dan member kode untukku mengecup kening pengantin, yang dengan santai kuturuti. Berbeda dengan diriku yang sangat santai… perempuan di depanku terlihat mematung saat aku mendaratkan kecupan di dahinya yang separuh tertutup kerudung berwarna peach. Hah.. hanya ciuman dahi ia sudah begini.. bagaimana dengan…Ah ya. Aku baru sadar. Walaupun gadis ini tinggal di Sydney sangat lama… dan menempuh pendidikan di negara bebas.. ia membatasi pergaulannya sendiri, bahkan dari yang kutangkap.. ia belum pernah sama sekali berpacaran. Benarkah?Ia pernah mengatakannya di salah satu video di sosial medianya, cita-citanya setelah lulus adalah berpacaran dengan bule. Well… congrats princess… kau bahkan sekarang menikahinya. Karena dalam kata bule.. berarti orang asing, aku sebagai warga negara Brunei sudah bisa dikategorikan bule kan? Aku tersenyum kecil.Ia melirik ke arahku. Manik matanya bundar dan membesar saat melihatku tersenyum ke arahnya. Lucu sekali.
Keajaiban yang kunanti tak kunjung datang, karena saat ini di depanku Ben berjabat tangan dengan Ayahku, mengucapkan ijab qabul. Ben berpakaian tradisional dan aku menggunakan baju kurung khas melayu dengan tema emas dan peach. Beberapa perhiasan emas di sematkan kepadaku, dan disempurnakan dengan mahkota berbatu ruby di puncak kepalaku.Gadis cantik, kece, seksi sepertiku ber ending menikah dengan om-om ubanan dengan baju kurung pula, bukannya menghina... pakaian ini memang indah dan berkelas, tapi mimpiku sejak kecil menikah dengan gaun berekor panjang dengan belahan dada yang seksi.Ben walau tersenyum, wajahnya terlihat dingin. Alisnya taut lebat berwarna hitam kecoklatan. Bahunya tegak dengan dada bidang dibungkus baju koko berhias bordir dengan sarung tradisional terikat di pinggangnya.Ben menoleh ke arahku, wajahnya tanpa ekspresi dan aku berjalan mendekat. Ibunya mengarahkan untuk memasangkan cincin di tanganku, lalu menyu
Apartemen Ben terletak di pusat kota Seoul, tak jauh dari kantornya. Ia bilang baru saja membeli mobil dan mobil baru Ben itu, di parkir di basecamp agensi besar itu. Aku dengan segala daya-upaya, merengek agar bisa ikut Ben hari ini, walau Ben bilang ia akan rapat seharian, aku tetap kekeh. Cafetaria YG kan terkenal dengan kelezatan makanannya, ah... kali aja kaya di drakor gitu... pas lagi di cafe nabrak GD yang lagi lunch... ah so sweet... adek rela di tabrak abang GD.. Suwerr deh Bang."Jangan sampai ada yang tau kalau kita sudah nikah! Ngerti kan? Aku ada kontrak untuk stay single!" Ucap Ben ketus.Entah setelah sampai di Seoul ia jadi manusia kejam, dingin, ketus. Aku bodo amatlah, aku akan enjoy se-enjoy yang kubisa, hidup di lingkaran tempat tinggal grup idol favoriteku, kali aja si babang-babang tampan mau nyulik aku sambil nyanyiin lagu khusus buatku."Iya... Iya... aku juga single berarti ya...!" Balasku tak terima.
Kami tiba di Seoul dan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku. Sebentar lagi jadwal release album Lea, aku sudah bilang kepadanya… aku mungkin hanya akan memproduseri Lea, aku sudah memberikan banyak ide dan lagu untuk sang big boss, terserah ia mau memberikannya kepada siapa.Pada awalnya aku hanya memproduseri dan melakukan urusan promosi untuk konser dan road tour.. tapi pada kenyataannya urusan debut dan materi yang akan ditampilkan aku juga yang mengurus, walau tak sepenuhnya. Aku membantu sebisaku, dan akhirnya sang pengantin baru perempuan itu duduk cemberut di atas kasur apartemenku. Ia beberapa kali merengek ingin ikut ke kantor dengan harapan bertemu GD, dan syukurnya ia sampai sekarang belum berhasil. Kemarin aku mengajaknya perdana ke kantor, aku harus dengan sangat buru-buru menyelesaikan pekerjaanku karena aku tahu Fay menungguku di bawah. Aku bilang kalau ia hanya sepupuku… dan aku sudah memintanya tak mengakui re pernikahan kami. Ia setuju dengan meng
"Rasa ini membunuhku!" Adakan lagu judul seperti itu? Ya itu tepat apa yang terjadi padaku saat ini!"But... wait... wait, aku kan ga pernah cinta sama Ben! Aki-aki sok ganteng yang dijododhin papi untukku? Iya... Ngapain banget aku sakit hati? Hello...? Aku selalu dikerubungi cowok kece... Ga akan abis cowok ngantri kalau aku buka lowongan pacar!" Monologku di depan cermin.Kusempurnakan riasanku, aku akan kembali ke ruangan karaoke itu dan jadi diriku sendiri. Get Wild!"Sorry... aku baru dari toilet!" Ucapku sok asik dan sok cool memasuki ruangan itu.Sepertinya saat ini giliran Tuan Su Min yang bernyanyi, karena ia memegang buku panduan untuk memilih lagu."Ya ampun... kita bahkan ga tau kalau kamu ga ada di sini!" Jawab Lea ketawa cekikikan, jemari kukunya berwarna shocking pink bertengger mesra di bahu Ben."Bodo Amat!" Ucapku tak bersuara, "Aku mau duet doong!" Kuhampiri Tuan Su Mi
Aku dan Ben berada di mobil dalam perjalanan pulang. Ben diam tak berkomentar dengan kejadian tadi, akupun juga diam berusaha tak terpengaruh. Kukeluarkan ponsel dan mencari kontak Evan, sahabatku yang berparas mirip sedikit dengan Clark Kent."Evan.." Ketikku.Satu menit berselang, kulihat nomor Evan aktif dan sedang mengetik balasan."Yo girl... sssuuuuppppp?!" Membaca jawabannya aku tersenyum sendiri, ah... manusia ajaib ini berhasil membuatku lupa dengan ketragisan hidupku. Aku kesal, aku marah.. aku ingin menyudahi saja pernikahan sialan ini. Beruntung ia belum melakukan apapun denganku. Kalau memang ia tak mau menjamahku... dan masih mau berpacaran dengan idol itu.. ngapain dia mau dinikahin sama aku?"Evan, I need your help! Aku butuh pengacara untuk mengurus perceraianku, cari yang paling bagus! Aku ada di Seoul, segera!!" Ketikku cepat membalas."Whattttt! Kau harus menjelaskannya padaku Babe! Ok wait
Fay berdiam diri dan mengurung dirinya di kamar. Selama ini aku memilih tidur di ruang kerjaku. Leherku sakit dan kepalaku rasanya mau meledak. Akupun bingung dengan istriku, ia marah karena Lea mengaku sedang dekat denganku. Lalu ia meminta cerai, apa ia cemburu? Yang jelas aku tak akan menyetujui keinginannya itu.Aku tak akan menceraikannya... aku tak mau ibuku kecewa dan menangis lagi... ditambah aku sudah merasakan getaran aneh saat melihat wajahnya, senyumnya.Aku tadi sudah mengatakannya kepadanya.. bahwa aku menolak pengajuan cerai dari pengacara sahabatnya yang berada di Australia. Apa yang bisa kulakukan untuk mengatasi masalah ini? Sedangkan sebentar lagi aku akan mulai sibuk mengurus persiapan road show Lea. Urusan ini harus diselesaikan. Apakah... hmm aku berpikir sebuah penyelesaian yang seharusnya sudah kulakukan sejak awal menikahinya. Aku ini memang terkadang sangat bodoh! Bodo
Aku bangun pagi dan membersihkan diri. Kulihat Fay masih tertidur. Aku bangkit dan membersihkan diriku. Sesudahnya aku membangunkan Fay.Aku menggoyang bahunya. Ia tak bangun juga."Fay..." Aku memanggilnya dengan suara yang agak kencang.Aku masih menggoyang bahunya. Ia bergerak dengan memincingkan wajahnya. Ia terlihat kesakitan."Apa?" Jawabnya dengan suara serak."Bangun! Subuh!" Ucapku memperhatikan lehernya yang memiliki beberapa noda memerah, hasil karyaku semalam. Aku membangunkannya lagi tengah malam.. dan mengulangi kegiatan intim kami. Ia tak menolak dan hanya diam, ada sebuah air mata yang menetes lagi setelahnya. Aku hanya diam dan memandangi posturnya yang polos dan sekali lagi memuaskanku."Ehh..." Balasnya dengan suara serak."Ayo aku tunggu, solat berjamaah!" Ucapku.Fay berusaha bangun, dahinya
Aku bekerja seperti biasa, rapat sudah selesai kuhadiri. Ada beberapa pertanyaan mengenai daerah mana saja yang akan dilalui road-show Lea, karena kami membutuhkan daerah yang strategis yang bisa memudahkan para penggemar untuk datang. Untuk saat ini kami hanya memutuskan mengadakan di lima tempat...tempat-tempat dengan banyak fan-base Lea dan girlgroupnya yang dulu, diantaranya; Seoul, Tokyo, Beijing, Busan dan Daegu.Aku juga menyampaikan mengenai ada sebuah brand yang menginginkan Lea sebagai brand ambassador, sebuah produk sabun mandi dan perawatan tubuh. Eksekusi road show kurang lebih akan dimulai bulan depan, aku sudah memiliki channel para klien yang mau mensponsori road show ini, dan selama persiapan road show, Lea akn menghadiri beberapa reality show mentereng di negeri gingseng ini.Mr. Yang tak membahas mengenai love-line yang ia bahas denganku tadi. Aku juga tak mau memikirkannya lebih lanjut...semo