Share

08 Selamat Naomi!

Author’s POV

Benar-benar pertemuan yang tidak terduga.

Pria itu bahkan menganga karena ia terlalu kaget dengan apa yang ia lihat.

Ia tidak salah lihat kan?

Ia kembali memeriksa karya-karya yang gadis itu kirim. Ia memang tahu jika gadis itu sedari dulu senang sekali menggambar. Tapi untuk melamar di perusahaannya sebagai senior 3D artist adalah hal yang tidak terduga baginya. Bahkan Alex sempat membesarkan poster CV tersebut untuk melihat foto yang ada di poster tersebut, apakah benar jika itu adalah Naomi yang selama ini ia kenal.

Dan pria itu lagi-lagi terdiam dengan apa yang sudah ia lihat. Perasaan kaget dan senang turut bercampur dalam dirinya. Ia melihat kembali poster CV tersebut dan dia memasukkan kontak Naomi ke ponselnya. Dengan senyuman miring, ia mengklik oke untuk menyimpan nomor Naomi untuk dirinya.

Namun senyuman pria itu seketika luntur karena ia mengingat jika gadis ini hanyalah kandidat dari 10 orang yang terpilih. Jika ia melihat kembali karya-karya kesembilan orang lainnya, karya yang lain juga tidak kalah bagus dengan karya gadis itu.

Hah, ia ingin sekali ikut dalam sesi interview.

Ia juga ingin sekali melihat ekspresi gadis itu saat mengetahui dirinya adalah CEO tempat ia melamar kerja. Tentu saja gadis itu pasti akan kaget dengan hal itu, dan entah mengapa hal itu membuat pria itu ingin sekali ikut dalam sesi wawancara nanti.

Ia memeriksa jadwalnya dan berpikir kembali untuk benar-benar ikut dalam sesi wawancara nanti. Pria itu mengumpat frustasi mengetahui jika ia tidak bisa reschedule agendanya. Ia menghela nafas frustasi, ia sangat ingin ikut dengan sesi wawancara nanti, namun ia harus bepergian ke luar kota.

Pria itu menyenderkan tubuhnya melepas frustasi yang ia rasakan. Ia ingin sekali bertemu dengan Naomi. Rasa rindunya semakin meluap ketika ia mencoba untuk memejamkan matanya. Saat ini, tidak ada yang bisa ia lakukan untuk bisa bertemu dengan gadis itu selain berharap gadis itu bisa diterima oleh Adrian dan Seira.

****

Seperti biasa, Naomi membantu sang ayah untuk menyiapkan dagangannya. Kali ini, gadis itu kembali membantu sang ayah untuk berjualan. Ia sudah menyelesaikan kerjaannya dan tentu saja ia menggunakan waktu ini untuk membantu sang ayah.

Setelah berjalan lebih jauh, mereka akhirnya sampai ke tempat biasa sang ayah berjualan. Kali ini, tidak banyak pembeli yang datang untuk membeli dagangan mereka. Sebenarnya Naomi sedikit sedih melihat pembeli yang sepi ini, ia lebih memilih kelelahan untuk melayani orang yang ramai daripada hanya duduk dan bersantai-santai dengan pembeli yang sepi seperti ini,

“Kayaknya hari ini kurang rejeki deh…” pikirnya dengan sedih sembari melihat sang ayah yang tengah menyeka keringatnya dengan handuk yang ia bawa di lehernya.

 Ingin rasanya ia menangis melihat sang ayah yang harus bekerja di usianya yang tidak muda lagi. Ingin sekali dirinya berdiri di depan ayahnya sebagai tameng, namun sang ayah tidak mengizinkan itu untuk terjadi kepada dirinya,

Gadis itu menunduk, memikirkan waktu yang sudah menjelang sore tetapi hanya sedikit yang membeli dagangan mereka. Sebentar lagi mereka akan kembali ke rumah mereka dengan keadaan dagangan yang hampir utuh.

Naomi dan sang ayah masih menunggu sesiapapun yang ingin membeli dagangan sang ayah. Hingga pada akhirnya, keduanya bangkit dan hendak mempersiapkan diri untuk pulang. Namun, baru saja mereka mendorong gerobaknya, Lina berlari menghampiri mereka dengan meneriaki ‘mie ayam bakso!’ kepada mereka.

Keduanya terdiam di tempat mereka, sampai akhirnya Lina benar-benar menghampiri mereka dengan nafas yang ngos-ngosan.

“Mie ayam bakso nya pak, semuanya saya borong,” ujarnya, berusaha untuk mengatur nafasnya. dengan segera, keduanya membungkus semua dagangan mereka dan mereka sempat memberikan wanita itu minum karena tampaknya Lina sangatlah kelelahan,

“Terima kasih,” ujarnya sembari mengembalikan gelas yang sudah kosong kepada Naomi. Naomi tersenyum simpul dan dia ikut membantu sang ayah untuk membungkus semua mie ayam dan bakso mereka. Naomi tidak bisa menyembunyikan senyumannya, ia terus membantu untuk membungkus dagangannya.

Saat mereka sudah membungkus semua makanan, Naomi memberikannya kepada Lina dengan senyumannya yang paling manis. Bukan hanya Naomi, namun wanita itu juga tersenyum melihat gadis itu yang terlihat ramah dan baik kepadanya.

Naomi melirik sang ayah ketika uang tersebut diberikan kepadanya. Kini, kesedihan gadis itu sudah hilang. Ia kembali semangat membantu ayahnya untuk mendorong gerobaknya dan pulang.

Sesampainya ia di rumah, gadis itu membantu sang ayah untuk merapikan dagangan mereka. Ketika sudah selesai, gadis itu berjalan ke kamarnya yang kebetulan ponselnya sedang ia cas. Baru saja dia membuka pintu kamarnya, ia melangkah ke tempat ponselnya yang sedang di cas dan dia memainkan ponselnya, iseng untuk membuka emailnya untuk melihat apakah ada revisi dari client atau mungkin ada komplain, dan lain-lainnya.

Gadis itu baru saja mendapatkan email yang dan ia bergegas memeriksanya. Ia tidak bisa menyembunyikan kesenangannya begitu yang ia membaca apa yang menjadi isi dari email tersebut. Ia melompat kegirangan, bahkan ia memanggil sang ayah untuk bisa menunjukkan jika dirinya terpilih untuk wawancara di salah satu perusahaan raksasa yang sedari dulu ia inginkan.

Ia melompat kegirangan dan memeluk sang ayahnya dengan kesenangan yang terus menyeruak dalam dirinya. Sang ayah juga tersenyum bangga dan memegang bahu gadis itu, menatap matanya dengan lekat,

“Kamu persiapkan wawancara kamu, kalau perlu, latihan di depan ayah,” ujarnya yang diangguki gadis itu dengan senyuman yang belum luntur dari bibirnya.

“Aku harus, aku harus diterima di perusahaan itu,” ujar gadis itu dengan tekad yang kuat, dibarengi dengan tangan yang terkepal yakin.

“Dengan ini, aku bisa membayar hutang ayah,” batinnya dengan tekad yang besar.

Tidak lama setelah itu, ponsel gadis itu berdering pertanda ada panggilan masuk. Begitu ia melihat siapa yang meneleponnya, dengan cepat ia mengangkat telepon tersebut dan segera minta izin kepada sang ayah untuk menyingkirkan dirinya ke kamarnya.

“Halo kak Seira!”

“Halo… gimana? Udah dapat email dari perusahaan?” ujar wanita tersebut di sebrang sana,

Gadis itu mengangguk dengan kuat,”Sudah kak, terima kasih banget udah mau nawarin pekerjaan ini ke aku kak!”

Seira tersenyum,”Ingat, kamu masuk dan terpilih karena CV kamu, bukan karena aku, karena setiap keputusan semuanya dirundingkan dan dibahas bersama-sama. Jadinya, ini keputusan yang mutlak dari kami untuk memilihmu,”

“Iya kak, aku mengerti,” ujar Naomi yang tidak bisa membendung kesenangannya.

“Jangan senang dulu, masih ada sesi wawancara yang akan di selenggarakan Senin nanti. Persiapkan dirimu, jangan sampai gugup-gugup gak jelas, hahahaha,”

“Baik kak! Aku bahkan berniat untuk latihan barengan dengan ayah,”

“Baguslah. Persiapkan dirimu baik-baik. Penampilan sangatlah penting, apalagi bagaimana cara mu menjelaskan dan menjawab setiap pertanyaan yang akan di lontarkan,”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status