Share

Masalah Baru

Zeline menatap pantulan dirinya yang ada dicermin. Menilai sendiri betapa beruntungnya Tuhan memberikan rupa dan bentuk tubuhnya. Dalam hal kecantikan Zeline bisa dikatakan sangat beruntung, namun keberuntungannya tersebut tidak ikut serta dalam keberuntungannya dalam hal keuangan. 

"Kamu cantik. Kamu beruntung sebagai seorang perempuan, namun tetap saja semua tidak akan sempurna jika pada akhirnya kamu tetap saja pengangguran!" ucap Zeline pada dirinya sendiri. 

Dering phonsel yang terdengar memenuhi kamarnya, membuat Zeline teralihkan dari cermin. Ia melangkah menuju ranjang, mengambil phonselnya yang tergeletak diatas tempat tidur masih saja berdering dengan nama Diya yang tertera disana.

"Pasti Diya akan bertanya ini dan itu," gumam Zeline, sebelum menjawab telepon dari sahabatnya

"Halo, Ze. Bagaimana hasilnya? kenapa kamu belum mengabariku? Kenapa kemarin kamu pulang tidak mengabariku?" ucap Diya langsung melontarkan berbagai pertanyaan setelah panggilan terhubung.

"Aku ditolak!" jawab Zeline singkat terdengar lemas saat mengatakannya.

"Kenapa bisa kamu ditolak dengan prestasimu yang bagus?" tanya Diya heran, pasalnya selama ini dengan prestasi Zeline, ia tidak pernah ditolak saat melakukan wawancara kerja.

"Ceritanya panjang, Di!" cicit Zeline.

"Aku punya banyak waktu, jelaskan padaku!" pinta Diya terdengar memaksa.

"Kita ketemuan aja di toko, nanti jam makan siang aku kesana!" ujar Diya lagi yang disetujui oleh Zeline.

"Baiklah. Aku tunggu, aku juga akan menghubungi Nena!" jawab Zeline, sebelum mengakhiri panggilan telepon.

Setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Diya. Zeline menyambar tasnya, lalu keluar dari dalam kamar.

"Kenapa aku bisa berurusan dengan pria itu, setiap kali mengingatnya aku selalu merasa kesal, benar-benar merusak suasana!" geram Zeline berbicara sendiri sembari menuruni anak tangga.

Beberapa menit kemudian. Zeline tiba di A3 bakery, hal pertama yang ia lihat saat tiba disana adalah wajah senduh mamanya yang duduk melamun disudut ruangan.

"Mah, ada apa?" tanya Zeline cemas, duduk dihadapan Arini, mamanya.

"Mama hanya lelah!" jawab Arini berusaha tersenyum pada Zeline yang masih saja belum merasa puas dengan jawaban mamanya.

Zeline sangat mengerti jika jawaban mamanya adalah sebuah kebohongan, namun untuk memaksa mamanya berkata jujur Zeline pikir percuma. Untuk itu ia akan berusaha mencari tau apa yang sebenarnya sudah terjadi.

"Mama istrirahat aja di dalam, ya. Aku buatkan teh," ujar Zeline memapah tubuh Arini, membawanya masuk kesebuah ruangan yang sering dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat saat berada disana.

Setelah mengantarkan mamanya untuk beristirahat, Zeline menuju dapur toko untuk membuatkan teh serta mencari tau apa yang sebenarnya terjadi, lewat pegawai yang bekerja disana.

"Kak, apa ada yang terjadi sebelum aku kemari?" tanya Zeline pada wanita yang sedang mengadon kue didapur.

"Ze, kapan tiba?" tanya wanita bernama Ria itu menatap Zeline sekilas, lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Baru aja kak. Apa yang terjadi?" ucap Zeline mengulang pertanyaannya, sembari membuat teh.

"Tadi pemilik tempat ini datang. Dia mengatakan jika ada yang sudah membeli tempat ini, jadi dia meminta kita untuk segera pindah dari sini!" terang Ria sedikti ragu saat mengatakannya, sebab atasannya meminta Ria untuk merahasiakan semua itu dari Zeline.

'Ya Tuhan, masalah apa lagi ini?' batin Zeline.

"Kenapa? Bukankah kita selalu membayar tepat waktu setiap tahunnya!" tanya Zeline bingung.

"Aku kurang tau Ze, aku hanya mendengar itu saja." jawab Ria.

"Baiklah, terimakasih kak. Tolong jangan beritahu mama jika aku sudah mengetahui semuanya, ya!" pinta Zeline yang diangguki oleh Ria, lalu ia keluar dari sana dengan membawa nampan berisi gelas teh untuk mamanya.

"Mah, ini teh-nya diminum dulu!" seru Zeline meletakkannya diatas meja.

"Nggak panas Mah, hangat kok, bisa langsung diminum!" sambung Zeline tersenyum pada mamanya.

"makasih Ze," ucap Arini mulai menyesap teh-nya.

Zeline duduk disamping mamanya, mengakat kedua kaki Arini untuk dipangkunya agar ia bisa memijit kaki mamanya.

"Sayang, mama baik-baik saja!" ucap Arini berusaha menurunkan kakinya, namun Zeline menahannya.

"Biar lebih enakan," jawab Zeline santai, terus memijit kaki Arini.

"Mah, aku tau pasti ada yang sedang mengganggu pikiran Mama. apapun itu aku minta mama jangan terlalu memikirkannya, ada aku Mah. Aku akan menyelesaikan semuanya, Mama jangan khawatir ya. Mama fokus saja sama sih kembar, untuk yang lainnya biar menjadi urusanku!" ucap Zeline yang membuat Arini meneteskan air mata harunya. Hal inilah yang membuat Arini selalu menyimpan sendiri masalahnya, karena Arini merasa malu dan kasihan pada anak gadisnya yang selalu saja terbebani dengan semuanya. Arini sangat ingin Zeline bisa menikmati hidupnya seperti gadis lainnya, namun keperdulian Zeline terhadap keluarganya sangat besar hingga membuatnya selalu mengesampingkan urusan pribadinya.

"Maafkan Mama, sayang. Maafkan Mama selalu saja menyusahkanmu, percayalah tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja!" ucap Arini menurunkan kakinya lalu memeluk Zeline.

"Mah, tidak ada orang tua yang menyusahkan anaknya. Ada saatnya seorang anak yang harus membalas jasa-jasa orang tua. Sebanyak apapun yang aku lakukan, semua tidak akan pernah sebanding dengan semua yang telah Mama dan Papa berikan untukku. Tolong jangan menyimpan beban sendiri Mah, ada aku. Berbagilah padaku agar semua terasa lebih ringan," jawab Zeline menangis balas memeluk Mamanya.

'Aku akan memastikan semua akan baik-baik saja, Mah!' batin Zeline.

"Mah, aku keluar ya. Mama istirahat saja, biar toko aku yang jaga!" ucap Zeline yang diangguki oleh Arini.

"Aku sangat yakin jika ini semua pasti ada hubungannya dengan pria menyebalkan itu!" gumam Zeline.

Sembari menunggu pelanggan, Zeline mengelap meja dan menyusun kembali roti-roti dengan rapi. Memastikan agar semuanya terlihat menarik dimata pelanggan yang datang.

Satu persatu pelanggan mulai berdatangan ke A3 bakery, Zeline dengan senang hati dan dengan senyum terbaiknya melayani semua pengunjung toko dengan sangat baik.

"Hai Kak Ze, makin hari makin bikin hati adek berdebar-debar deh!" ujar salah satu anak SMA bernama Riki, yang sudah biasa menggoda Zeline.

"Hai adik yang semakin hari kakak lihat semakin jelek!" jawab Zeline membuat teman-teman Riki menertawakannya.

"Ah, Kak Ze merusak suasana hati aku aja!" ujar Riki memasang raut wajah merajuk.

"Maaf, maaf. Jangan ngambek dong, ntar gantengnya berkurang!" kekeh Zeline yang sudah terbiasa bercanda dengan Riki dan teman-temannya. 

"Kalian nggak lagi bolos kan?" tanya Zeline serius menatap semuanya.

"Kan sudah selesai ujian kak, jadi sekarang sekolah santai!" jawab salah satu teman Riki yang diangguki mengerti oleh Zeline.

"Baiklah, kalau begitu silahkan nikmati wifi gratisnya," cibir Zeline tertawa sembari beranjak dari sana unutk melayani pengunjung toko lainnya.

Setelah Zeline menjauh, salah satu teman Riki menjitak pelan kening Riki, guna menyadarkan Riki yang masih terus menatap Zeline.

"Apaan sih?" kesal Riki mengusap keningnya.

"Sadar Ki, sekolah aja belum lulus tapi dah suka sama kak Zeline, lagian kamu juga harus ingat umur!" ucap teman Riki bernama Sandy.

"Umur bukanlah halangan, bro. Lagipula aku tidak bermaksud mengejar kak Zeline, aku hanya mengaguminya! Dia cantik, baik, dan sangat ramah. Aku berharap suatu saat bisa bertemu dengan gadis sepertinya," jawab Riki tersenyum menatap Zeline yang terlihat sibuk melayani pelanggan toko.

"Baguslah jika kamu hanya sebatas mengaguminya, karena kalian lebih cocok menjadi kakak adik, menyukai kak Zeline hanya akan membuatmu terluka karena dia tidak mungkin membalasnya!" ujar Sandy yang disetujui oleh teman Riki yang lainnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status