Zayn terdiam berdiri tak jauh dari Zeline menatapnya yang merutuk melihat phonselnya. Senyum Zayn kembali terbit mendengar rutukan Zeline yang terus saja mengumpatnya.
'Dia benar-benar cantik, seperti apapun penampilannya tetap saja membuatnya selalu terlihat sempurna. Baguslah, dengan begini rencanaku akan berjalan dengan sangat mulus!' batin Zayn.
"Hemm... Hemm... " suara deheman Zayn mengalihkan Zeline dari pokusnya, lalu mendongak menatap Zayn yang sudah berdiri dihadapannya.
"Apa tidak bisa lebih lama lagi anda membuatku menunggu?" ucap Zeline kesal meluapkan emosinya, membuat sebagian orang yang mendengar begitu terkejut saat melihat dan mendengar atasan mereka yang terkenal dingin dan sangat arogant itu dibentak oleh seorang perempuan.
"Lihatlah, dia bahkan berani membentak tuan Zayn. Aku rasa hubungan mereka begitu dekat, apa jangan-jangan wanita itu kekasihnya tuan Zayn?" ucap wanita dibalik meja resepsionis bergetar ketakutan.
"Aku banyak pekerjaan, ikuti aku!" ucap Zayn santai melangkah meninggalkan Zeline yang menghentak-hentakan kesal kakinya, namun tetap mengikuti langkah Zayn yang tersenyum dibaliknya.
Senyuman Zayn yang dapat dilihat oleh beberapa orang yang berada disana semakin membuat mereka terkejut, pasalnya melihat senyuman Zayn adalah sesuatu yang sangat langkah.
Zayn berdiri didepan lift menunggu Zeline yang berjalan seperti siput menurutnya. Ia berdiri dengan gagahnya menatap kepada Zeline yang juga menatapnya. Pandangan mereka yang bertemu membuat keduanya salah tingkah, menyadari hal tersebut, Zeline sontak saja mengalihkan pandangannya.
"Sepertinya kamu masih bersaudara dengan siput!" cibir Zayn sembari masuk kedalam lift diikuti oleh Zeline yang hanya diam tak mau menanggapinya. Lebih baik diam dan menjaga jarak darinya. Pikir Zeline.
'Untuk kedua kalinya aku masuk keruangan mewah ini!' batin Zeline bersikap tenang menutupi kekagumannya pada ruangan Zayn.
"Banyak sekali makanan!" gumam Zeline menatap kearah meja, membuat Zayn lagi-lagi tersenyum mendengarnya.
"Apa ada yang lucu?" serkas Zeline bertanya saat menangkap basah Zayn tersenyum lebar menatapnya.
"Tidak ada, aku lapar, kita makan terlebih dahulu sebelum bekerja!" seru Zayn membuat Zeline bingung mendengarnya.
"Bekerja?" ucap Zeline menatap serius pada Zayn.
"Bukankah mulai sekarang kita akan bekerja sama?" tanya Zayn mulai dimengerti oleh Zeline yang akhirnya mengangguk.
"Duduklah! Semakin cepat makanan ini habis, maka semakin cepat kita bisa mulai bekerja!" seru Zayn lagi yang langsung ditanggapi Zeline dengan duduk disofa tepat seberang Zayn.
"Apa tuan Arya tidak ikut makan siang bersama kita?" tanya Zeline yang merasa canggung dengan keadaan dimana mereka hanya berdua dalam satu ruangan.
"Yang akan bekerja antara kita berdua, dia sudah pergi makan di kantin perusahaan."
Zeline mulai menyentuh makannan yang ada diatas meja setelah mendengar jawaban Zayn. Lebih cepat lebih baik, pikir Zeline.
'Cara dia makanpun sangat beraturan dan elegant, benar-benar menjadi nilai tambah untuk melancarkan semuanya!' ucap Zayn dalam hati menyantap makanannya sembari melirik Zeline.
"Berhentilah menatapku. Aku akan berpikir jika anda jatuh cinta padaku jika masih saja terus menatapku!" sindir Zeline tanpa menatap Zayn membuat Zayn gelagapan mendengarnya.
"Aku suka rasa percaya dirimu yang ginggi, tapi maaf nona Zeline, aku sama sekali tidak tertarik padamu!" jawab Zayn ketus setelah berhasil mengendalikan dirinya.
"Syukurlah, itu lebih baik agar kerja sama ini berjalan sebagaimana mestinya!" ucap Zeline.
Beberapa menit kemudian, setelah mereka selesai makan siang dan setelah Ob membersihkan bekas makan mereka. Suasana mulai diselimuti dengan keheningan saat keduanya hanya dia tanpa ada sedikitpun yang bicara, sampai Arya masuk membawa suara yang menghilangkan keheningan tersebut.
"Maaf aku terlambat, apa sudah dimulai pembahasan kalian?" tanya Arya duduk disamping Zayn yang menatap tajam padanya.
'Tadi saat aku bertanya tentang tuan Arya, dia bilang jika yang bekerja sama antara aku dan dia, bukan tuan Arya, tapi sekarang apa? tuan Arya datang disaat akan mulai membahas kerja sama,' gumam Zeline dalam hati menatap tajam kedua pria yang ada dihadapannya.
"Aku sudah menyetujui persyaratan darimu, apa kamu juga akan setuju dengan persyaratan dariku?" tanya Zayn memulai pembahasan mereka.
"Aku ingin kamu mengatakan kembali apa syaratmu sebelum menyetujui semuanya!" ucap Zeline tegas.
"Apa semua yang dikatakan Arya kurang jelas?" ucap Zayn balik bertanya.
"Itu dari dia, aku ingin mendengar sendiri darimu agar tidak ada kecurangan nantinya, bisa saja nantinya akan ada syarat yang merugikan sebelah pihak, apalagi kerja sama ini tidak ada bukti tertulis!" ucap Zeline jujur mengatakan isi hatinya dan kewaspadaannya.
"Wanita yang berpikir cerdas, aku suka," ucap Zayn tersenyum menyeringai menatap Zeline.
"Pernikahan akan diadakan secara tertutup, hanya orang-orang tertentu yang akan hadir. Apa kamu setuju?" ucap Zayn mulai mengatakan syarat darinya.
"Aku setuju karena aku juga tidak ingin semua orang tau tentang semua ini!" jawab Zeline semakin membuat Zayn tertantang. Disaat semua orang bangga dan ingin dekat dengannya, Zeline malah tidak ingin orang-orang tau jika ia sangat dekat dengan seorang Zayn Dastan seperti dirinya.
"Kita akan bersikap seperti suami istri hanya didepan keluarga masing-masing dan dihadapan orang-orang yang mengetahui tentang pernikahan ini. Kamu juga harus siap disaat aku membutuhkanmu untuk bersandiwara jika keadaan mendesak!" ucap Zayn lagi yang diangguki oleh Zeline.
"Diantara kita berdua tidak ada yang boleh ikut campur dalam urusan masing-masing. Tapi, kamu tetap harus menjaga statusmu agar tidak mempermalukan aku, jangan menjalin hubungan dengan pria manapun selagi kamu terikat denganku!" ucapnya lagi, yang juga kembali diangguki oleh Zeline.
"Satu lagi, jangan bawa perasaan dalam hal ini, karena semua ini hanya sebatas kerja sama!" sambung Zayn membuat Zeline tersenyum mendengarnya.
"Anda tenang saja, Tuan. Saya juga ingin mengatakan kepada anda untuk tidak membawa perasaan dalam hal ini!" ucap Zeline membalikan kalimat Zayn.
"Aku juga akan mengulang syarat dariku. Pertama, aku tidak ingin dirugikan dalam hal perempuan. Kedua, aku ingin tempat dimana toko roti A3 bakery menjadi milik mamaku. Ketiga, tolong hormati mamaku seperti anda menghormati keluarga anda, begitupun aku akan melakukan hal yang sama. Apa anda setuju?" tanya Zeline menyebutkan syarat darinya.
"Baiklah, aku setuju!" ucap Zayn lantang dan tegas mengulurkan tangannya pada Zeline, yang dengan sigap membalas uluran tangan Zayn. Keduanya berjabat tangan dan resmi memulai kerja sama mereka dengan Arya yang menjadi saksi bagi keduanya.
"Tuan Arya, saya harap semua berjalan sebagaimana mestinya. Anda sudah mendengar sendiri semuanya kesepakatan antara aku dan atasan anda!" ucap Zeline menatap Arya yang menganggukinya.
"Baiklah, sekarang semua sudah bisa dimulai, dan yang pertama cobalah untuk tidak berbicara formal diantara kalian, jika tidak ingin menimbulkan kecurigaan pada orang-orang yang mendengarnya. Yang pertama harus kalian lakukan adalah terlihat akrab," tutur Arya memberikan arahan pada Zeline dan Zayn.
"Baiklah, aku akan memanggil anda dengan sebutan Mas," ucap Zeline membuat Zayn ternganga, namun Arya malah tertawa mendengarnya.
"Panggilan yang bagus, Mas Zayn!" ucap Arya disela tawanya.
"Ar, diam!" serkas Zayn menghentikan tawa Arya.
"Tidak, aku tidak suka. Sebut saja namaku!" ucap Zayn melayangkan protes pada Zeline.
"Padahal aku pikir itu terdengar sopan, tapi ya sudahlah. Aku setuju, Zayn!" balas Zeline.
"Itu terdengar lebih baik."
"Pernikahan kita mungkin akan diselenggarakan dalam waktu dekat, aku ingin kamu mempersiapkan diri untuk semuanya. Arya juga akan membantu semua yang kamu dan keluargamu butuhkan!" ucap Zayn lagi.
"Oke baiklah, tapi sebelumnya seperti yang sudah aku katakan pada tuan Arya, aku ingin kamu menemui keluargaku terlebih dulu. Akan terlihat aneh jika tiba-tiba kita menikah tanpa orang tuaku mengenal kamu terlebih dahulu," tutur Zeline.
"Aku mengerti, aku juga menginginkan hal yang sama! Malam ini kita akan bertemu keluargaku, besoknya aku akan menemui keluargamu!"
"Baiklah. Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, apa aku sudah boleh pergi?" tanya Zeline bangkit berdiri.
"Silahkan!" ucap Zayn santai.
"Nona Zeline!" panggil Arya menghentikan langkah Zeline yang kembali menoleh pada mereka.
"Zayn akan mengantar anda pulang!" ucap Arya mengejutkan Zeline dan Zayn yang saling tatap mendengarnya.
"Bukankah semua dimulai dari sekarang, maka perlihatkanlah kedekatan kalian!" sambung Arya saat melihat kebingungan antara keduanya.
"Baiklah, kamu benar!" ujar Zayn beberapa saat kemudian setelah mencerna ucapan Arya, sahabatnya.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya