Seisi kantor kembali dibuat heboh setelah melihat pemandangan yang baru saja melintas dihadapan mereka, pemandangan dimana atasan mereka berjalan dengan menggandeng tangan seorang perempuan menuju mobilnya. Belum lagi saat melihat bagaimana atasan mereka dengan sigapnya membukakan pintu mobil untuk wanita tersebut yang tidak lain adalah Zeline.
"Ingat, jangan pernah bawa perasaan dalam hubungan ini!" ucap Zayn tegas mengakhiri keheningan yang terjadi didalam mobil, saat amerkea sudah dalam perjalanan menuju kediaman Zeline. Seperti yang disarankan oleh Arya sebelumnya, Zayn mengikuti saran Arya untuk mengantakan Zeline pulang untuk sengaja memperkihatkan pada penghuni kantor tentang kedekatan mereka.
"Kamu tenang saja!" jawab Zeline santai tanpa menatap Zayn sebab pandangannya menatap kearah luar jendela mobil.
"Bukankah pernikahan ini akan diadakan tertutup, lalu kenapa penghuni kantormu boleh tau hubungan kita?" tanya Zeline menatap sekilas pada Zayn.
"Mereka semua yang bekerja padaku tidak akan berani membocorkan apapun itu, mengenai aku dan perusahaan ke pihak luar!" jawab Zayn yang diangguki mengerti oleh Zeline.
'Sial, saat bersamanya aku merasa seperti seorang pria yang buruk. Dia sama sekali tidak ingin menatapku apalagi dekat denganku, disaat semua wanita berlomba-lomba mendekati serta mencari perhatianku!' ucap Zayn dalam hati menatap pada Zeline lalu kembali fokus menatap jalanan.
"Apa masih jauh?" tanya Zayn mencoba mengajak Zeline berbicara.
"Bukankah phonselku sudah aku berikan padamu! Kamu bisa lihat maps yang ada di handphoneku tadi," jawab Zeline.
'Dia benar-benar menguji kesabaranku!' geram Zayn dalam hati, menginjak pedal gas hingga mobil melesat dengan cepatnya, berharap Zeline berteriak ketakutan namun ternyata dugaannya salah, Zeline biasa saja menanggapinya.
'Dia ingin mengerjaiku, kamu salah besar Zayn. Aku-pun bisa membawa mobil dengan kecepatan yang lebih darimu!' ucap Zeline dalam hati.
"Kamu mau mampir?" tanya Zeline setelah mobil berhenti tepat didepan pagar rumahnya.
"Tidak, besok saja seperti yang kita sepakati tadi."
"Baiklah kalau begitu aku turun, terima kasih, Zayn!" ucap Zeline tersenyum membuat Zayn bergetar melihatnya.
'Tidak terlalu buruk!" gumam Zayn menatap Zeline yang sudah masuk kedalam rumahnya, yang menurut Zayn kediaman Zeline tidak seburuk yang ia pikirkan.
***
"Kakak, itu siapa? mobilnya keren," ucap Fara dan Fera menghampiri Zeline yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Kakak minta minum, boleh? Haus sekali!" ucap Zeline mengerjai adiknya.
"Baiklah, aku ambilkan!" ucap Fera beranjak pergi.
"Fara, bisa tolong bilang sama Fera kakak mau yang dingin!" ucap Zeline lagi menahan diri untuk tidak tersenyum apalagi tertawa.
"Baiklah kak," jawab Fara menyusul Fera.
Setelah melihat kedua adiknya menghilang, Zeline dengan cepat berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya, sembari berhitung. "Satu, dua, ti... "
"Kakak!" teriakan kedua adiknya menggelegar didalam rumah, membuat Zeline tertawa kencang mendengarnya.
"Kakak capek. Mau mandi, sholat, habis itu istirahat dulu!" jawab Zeline kencang, setelah itu dengan cepat mengunci pintu kamarnya sebab ia sudah tau jika adiknya penasaran maka akan terus bertanya sebelum mendapat jawaban.
Zeline masuk kedalam kamar mandi, membuka setiap helai benang yang ada ditubunya, lalu berdiri dibawah guyuran shower.
Aliran air yang membasahi tubuhnya membuatnya merasa segar, Zeline memulai ritual mandinya sembari memikirkan bagaimana cara dia nanti menghadapi keluarga Zayn. Meski terlihat santai dihadapan Zayn, namun sesungguhnya ia merasa begitu gugup memikirkan apa yang akan terjadi nanti malam. Bagaimana jika keluarga Zayn tidak menyukaiku? Bagaimana jika keluarga Zayn menolaknya? Pikir Zeline bertanya-tanya.
Selesai dengan ritual mandinya, Zeline memakai pakaiannya setelah itu mulai menggelar sajadah untuk menunaikan sholatnya.
"Ya Allah, maafkan aku jika aku salah dalam melangkah. Aku tau ini semua salah, tapi aku akan berusaha untuk tetap menjaga semuanya agar tidak semakin berbuat dosa. Aku berterima kasih karena dalam kerja sama ini dia mengikatku secara hukum dan agama, paling tidak aku tidak menikah pura-pura atau berbuat zina dengan tinggal bersamanya. Aku hanya ingin membahagiakan keluargaku, aku mohon tolong maafkan aku!" ucap Zeline dalam doa yang ia panjatkan.
"Maafkan aku, Pah. Percayalah ini semua demi kebahagiaan keluarga kita," sambung Zeline lalu melepas mukenah yang melekat ditubuhnya, dan memilih untuk beristirahat sebelum nanti mulai menceritakan sosok Zayn pada kedua adik dan mamanya, bercerita tentang Zayn sebagai kekasihnya.
****
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu membangunkan Zeline dari tidurnya. Ia melirik jam yang ada diatas nakas sudah menunjukan pukul setengah enam sore, membuatnya sontak saja langsung turun dari tempat tidur.
"Kenapa bisa tidur selama ini, sih?" gumam Zeline bertanya pada dirinya sendiri, sembari melangkah gontai membuka pintu kamarnya yang masih saja diketuk.
"Mama sudah pulang kak!" ucap Fara memberitahu Zeline yang menutup mulutnya yang menguap, lalu menganggukan kepala.
"Ya sudah, ayo turun!" ucap Zeline keluar dari kamarnya.
"Kak, mobil yang keren mengantarkan kakak pulang tadi siapa? Apa dia pacar kakak?" ucap Fara masih dengan rasa penasarannya. Zeline menganggukan perlahan kepalanya, sembari mengusal rambut Fara yang berloncat girang mendengarnya.
"Ya ampun, mendengarku punya pacar kenapa mereka begitu bahagia. Apa karena aku kelamaan sendiri?" gumam Zelin menggelengkan kepalanya menatap Fara yang sudah berlari lebih dulu menghampiri Mama dan Fera yang berada diruang keluarga.
"Maaf Mah, aku ketiduran! Mama mencariku?" tanya Zeline duduk di sofa.
"Tidak, mama tau kamu pasti istirahat dikamar. Mereka saja yang berlebihan," jawab Arini menunjuk kedua adik Zeline yang menyengir lebar mendengarnya.
"Mah, kakak bilang dia punya pacar. Tadi pacarnya mengantarkan kakak pulang dengan mobil yang sangat bagus mah!" ucap Fara antusias.
"Benarkah Ze?" tanya Arini menatap Zeline.
"Iya Mah, mobilnya keren sekali!" sahut Fera menjawab, mendapat tepukan pelan dilengannya oleh Fara sembari ia berkata, "Yang ditanya, kakak. Bukan kamu."
Zeline tersenyum melihat tingkah kedua adiknya sebelum menjawab pertanyaan mamanya.
"Iya Mah. Dia yang aku ceritakan kemarin. Oh iya Mah, besok dia akan datang kerumah ini bertemu dengan mama!" ucap Zeline.
"Sungguh?"
"Iya, malam ini dia juga akan membawaku menemui keluarganya!" ungkap Zeline lagi.
"Apa mama bisa mengartikan ini semua sebagai bentuk keseriusan dalam hubungan kalian? Jadi benar kalian akan menikah dalam waktu dekat ini?" tanya Arini tak dapat menutupi rasa bahagianya.
"Benar Mah, doakan semoga semua berjalan lancar ya Mah!" pinta Zeline tersnyum menatap wajah bahagia mamanya.
"Tentu saja nak, tentu saja mama akan selalu mendoakan yang terbaik untuk semua putri mama. Mereka pasti menyukaimu, tidak ada orang yang tidak menyukai putri cantik mama!" jawab Arini bangkit dari duduknya, lalu pindah disamping Zeline dan memeluknya.
"Selamat sayang, mama sangat bahagia mendengar semua ini!" ucap Arini berkaca-kaca.
"Kami juga sangat bahagia kak, akhirnya kakak kami yang paling cantik ini nggak jomblo lagi?" ucap Fara dan Fera turut memeluk Zeline dan mamanya.
Zeline tertawa mendengar ucapan kedua adiknya, Ia melepaskan pelukan mereka lalu berkata sembari menatap Fara dan Fera bergantian. "Masih kecil tapi sok tau, belajar yang benar, baru bahas jomblo!"
"Dua belas tahun tapi sudah seperti dua puluh satu tahu," sambung Zeline tertawa.
"Tua dong, apa benar kita kelihatan tua?" tanya Fera pada Fara membuat Zeline dan mamanya tertawa kencang.
"Kalian ingin makan malam dengan apa? Biar aku buatkan!" tanya Zeline setelah mengehentikan tawanya.
"Biar mama saja yang masak, Ze. Sebentar lagi sudah masuk waktu magrib, kamu sholat habis itu siap-siap aja. bukannya kamu bilang malam ini akan mengunjungi keluarga kekasihmu?" jawab Arini mengingatkan Zeline.
"Baiklah, Mah!" jawab Zeline tersenyum mentap mamanya.
"Kak, malam ini kami tidur bersama kakak ya? Boleh ya?" pinta Fara dan Fera pada Zeline yang menggelengkan kepalanya.
"Kenapa tidak boleh?" tanya keduanya.
"Karena kakak tidak suka berdekatan dengan calon wartawan," jawab Zeline tertawa meledek kedua adiknya.
"Kakak, kami ingin menjadi Dokter. Bukan wartawan!" ucap Fara protes.
"Tapi kalian lebih terlihat seperti wartawan!" jawab Zeline santai.
"Tidak!" pekik Fara dan Fera bersamaan.
"Iya!" jawab Zeline.
"Mah, lihat kakak!" rengek si kembar pada Arini yang ikut tertawa lalu menjawab," kalau tidak ingin dibilang wartawan, makanya jangan banyak tanya seperti wartawan yang sering mewawancarai narasumbernya, kalian berdua kalau bertanya lebih-lebih dari wartawan."
"Nah, yang mama katakan benar!" timpal Zeline bangkit dari duduknya, lalu mengusal bergantian rambut kedua adiknya, sebelum akhirnya berlari meninggalakan Fara dan Fera yang merasa kesal dibuatnya.
'Mama sangat bahagia memiliki kalian bertiga, nak. Semoga kalian selalu dilimpahkan kebahagiaan,' ucap Arini dalam hati.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba. Hari ini dan detik ini semua orang tengah berkumpul di rumah sakit. Harapan Zeline untuk melahirkan menggunakan jasa dokter cantik Kiran sebagai dokternya musnah, karena sejak beberapa bulan yang lalu dokter cantik itu berhenti dari pekerjaanya saat ia juga dinyatakan hamil. Saat ini semua keluarga tengah menunggu di luar ruangan, menunggu dengan perasaan cemas. Kecemasan yang dirasakan semua orang di luar tak sebanding dengan kecemasan seorang pria yang sedari tadi tak melepaskan tangan istrinya, pria itu terus saja mengusap lembut tangan istrinya sembari memberikan usapan yang begitu lembut di pinggang istrinya yang terlihat gelisah menahan sakit kontraksi kehamilan tersebut. Tidak ada dari mereka yang menge
Hari-hari yang buruk benar-benar dilalui oleh Sella. Semua yang Zayn ucapkan bukan hanya sebuah ancaman, namun benar-benar terjadi.Tak ada satupun perusahaan yang mau menerimanya ataupun bekerja sama dengannya. Semua tempat menolak kehadiran Sella dan itu membuatnya begitu frustasi memikirkan semua hal yang terjadi.Tujuan terakhir Sella adalah Johan. Sella berpikir hanya Johan lah yang akan siap menerimanya apa adanya. Tanpa ia sadari jika ucapan Johan saat terakhir bertemu denganya adalah suara terakhir dari Johan yang akan Sella dengar.Sella mendatangi mansion Johan yang ia tau jelas keberadaanya sebab Johan sering membawanya ke sana. Namun ia tak menemukan keberadaan Johan di sana. Mansion itu terlihat begitu sepi, hanya dihuni oleh beberapa pelayan di yang ditugaskan menjaga mansion tersebut.
Zayn tak menahan namun juga tak menghajar Johan seperti rencana awalnya. Ia sudah mendengar apa yang dibicarakan oleh Johan dan Sella, dan kecelakaan yang terjadi pada Zeline sama sekali bukan kesalahanya. Johan sudah meminta maaf padanya dan itu dapat Zayn sadari begitu tulus pria itu ucapkan. Untuk itu Zayn melepaskan Johan, dan tak berniat memperpanjang semuanya. Arya yang melihat itu semua merasa bangga dengan sahabatnya yang bisa bersikap dewasa dan memaafkan itu. "Zayn… Anak kita!" lirih Sella dengan air matanya yang mengalir deras membasahi wajahnya. "Berhenti mengatakan anak kita! Itu bukan anakku! Anakku hanya akan hadir dari rahim Zeline, tidak darimu ataupun wanita lainnya!" Seru Zayn membentak Sella, saat amarahnya kembali membuncah melihat Sella. Sella i
Seorang pria terduduk lemas di kursi yang ada di dalam ruang perawatan wanita yang ia pikir akan menjadi ibu dari anaknya itu.Pria itu adalah Johan. Johan sadar kesalahanya dulu adalah merebut Sella dari Zayn dan membawa Sella pergi dari kehidupan Zayn. Namun, menelantarkan Sella saat Sella mengatakan jika dirinya hamil, hingga akhirnya Sella mengalami keguguran.Johan dipertemukan kembali dengan Sella beberapa minggu yang lalu dan rasa yang ia miliki untuk Sella kembali hadir, Johan bermaksud mengulang dan memulai kembali hubungannya dengan Sella. Ia berniat meminta maaf pada Sella, namun keduanya kembali melakukan kesalahan dengan tidur bersama yang menghasilkan hadirnya kembali janin dalam kandungan Sella.Johan sadar jika Sella sangat membencinya atas apa yang sudah terjadi di masa lalu mereka, untu
Semua orang sudah berkumpul di ruang perawatan di mana Zeline sudah dipindahkan ke sana. Semua orang juga sudah mendengar semua yang terjadi dari Arya, dan itu tentu membuat semua orang merasa geram pada Sella. Mereka bersedih atas apa yang telah terjadi pada Zeline, namun mereka juga bersyukur saat Zeline dan kandunganya baik-baik saja. Apalagi setelah mendengar jika pengorbanan Zeline hari ini membuahkan hasil, dimana ia mendapat bukti jika anak yang dikandung Sella bukanlah anak Zayn.Zayn sedari tadi duduk di samping Zeline terus saja menggenggam tangan Zeline, sembari menatap wajah cantik istrinya yang belum sadarkan diri.Emosi Zayn masih saja menyelimutinya, apalagi saat melihat kepala istrinya yang dililit perban saat kepala sebelah kirinya mendapat lima jahitan itu. Zayn ingin sekali menghajar bahkan membunuh Sel
Zayn begitu panik setelah mendengar suara teriakan istrinya. Ia langsung bergegas keluar dari ruangannya diikuti oleh Arya yang dengan sigap mengekor di belakangnya."Zayn ada apa?" tanya Arya yang juga merasa panik. Keduanya saat ini tengah berada di dalam lift."Istriku! Sella pasti mencelakai Zeline," ucap Zayn menceritakan apa yang ia dengar sembari tangannya bergerak bermain di ponselnya mencari lokasi Zeline lewat pelacak yang ada di ponsel istrinya itu."Ar, ke rumahku!" seru Zayn bersamaan dengan lift yang terbuka.Keduanya langsung berlari menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil dimana Arya yang mengemudikan mobilnya."Bagaimana ini? istriku tengah hamil. Aku akan membunuh Sella jika sampai terjadi sesuatu pada Zeli
Zayn masih saja terdiam setelah Sella pergi. Ia tak habis pikir dengan istrinya yang mengatakan akan menikahkan dia dengan Sella. Mengingat hal itu membuat Zayn merasa kesal. Ia pergi meninggalkan Zeline, kembali ke dalam kamar lalu berbaring membelakangi posisi yang akan di tiduri oleh istrinya. Zeline yang melihat hal itu di buat tersenyum.Ia mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, meletakkannya di tempat kotor, lalu mematikan lampu yang ada di ruang tamu sebelum akhirnya kembali ke kamar menyusul suaminya yang tengah merajuk itu.Senyum di wajah Zeline semakin merekah melihat aksi merajuk Zayn yang tidur membelakanginya, dapat ia lihat juga jika kaos yang tadi Zayn kenakan sudah dibuka olehnya, namun setengah tubuhnya tertutup dengan selimut.Zeline juga memadamkan lampu utama yang ada di kamar
Zeline yang baru saja terlelap usai pergulatan panjang mereka yang melelahkan di atas ranjang itu, terusik tidurnya saat mendengar suara bel yang terus saja ditekan dari luar sana. Zeline tersenyum menatap Zayn yang terlihat tertelap dengan tenangnya usai menggempur tubuhnya, dengan tangan yang masih saja memeluknya. Ia dengan perlahan menurunkan tangan Zayn dari pinggangnya, lalu dengan cepat turun dari tempat tidur.Menyadari jika pakaiannya berserakan di luar sana, Zeline masuk ke walk in closet, mengambil asal kaus milik Zayn, memakainya lalu keluar dari kamar untuk melihat siapa yang tengah datang berkunjung itu."Sella?" gumamnya melihat dari layar monitor yang berada di samping pintu.Zeline tersenyum menyeringai, apa yang ia pikirkan benar, jika Sella tidak akan berhenti mengusik Zayn.
Setelah mendapat izin dari keluarga. Zayn dan Zeline pulang dari kediaman Arini, membawa beberapa barang milik Zeline. Tak banyak yang Zeline bawa, sebab Zayn sudah meminta Arya untuk menyiapkan kebutuhan Zeline di apartemennya."Sayang, aku sangat bahagia akhirnya bisa kembali tinggal bersamamu, dan lebih membahagiakan saat kita tak lagi tidur di kamar terpisah, aku bisa sepuasnya memeluk istriku kapanpun aku mau!" seru Zayn yang terlihat begitu riang. Senyum tak luntur di wajahnya sedari tadi, tanganya Zeline juga begitu sering ia kecup.Mendengar kata tidur bersama dan memeluk sepuasnya, semburat kemerahan di wajah Zeline kembali muncul. Wajah cantik itu kembali bersemu malu atas ucapan Zahn dan itu membuat Zayn begitu gemas melihatnya hingga menghe tijan mobil di pinggir jalan secara tiba-tiba."Ada apa?" tanya