Tiga puluh menit kemudian, Zeline dan kedua sahabatnya sudah berkumpul di tempat mereka janjian. Zeline yang datang kesana diantar oleh Vero, tentu saja akan diburu pertanyaan oleh kedua sahabatnya yang dapat melihat sosok tampan bersama Zeline.
"Kak, kenalkan ini Diya dan ini Nena, sahabatku!" ucap Zeline memperkenalkan kedua sahabatnya pada Vero.
Vero tersenyum ramah pada Nena dan Diya, bergantian menyambut uluran tangan kedua gadis cantik tersebut.
"Aku Vero!" ucap Vero dengan suara lembutnya membuat Nena dan Diya semakin mengaguminya.
"Aku langsung pamit ya, soalnya masih ada pekerjaan diluar. Senang berkenalan dengan kalian," ucap Vero lagi, pada kedua sahabat Zeline lalu beralih menatap Zeline.
"kakak sungguh tidak ingin makan siang bersama kami?" tanya Zeline.
"kapan-kapan saja Ze, aku sungguh masih ada pekerjaan!" jawab Vero lembut mengusal rambut Zeline.
"Hemm, baiklah kalau begitu. Terima kasih ya sudah mengantarku," jawab Zeline.
"Sama-sama," ujar Vero sebelum meninggalkan Zeline dan kedua sahabatnya.
"Ze, dia siapa?" tanya Nena setelah mereka duduk didalam restorant.
"Dia atasanku yang dulu sering aku ceritakan pada kalian!" jawab Zeline.
"Atasanmu yang kamu ... " ucap Diya menggantung sebab didahului oleh Zeline yang menganggukan kepalanya.
"Benarkah? Aku pikir dia salah satu bule yang dekat denganmu disini, dia terdengar fasih berbahasa Indonesia Ze," ujar Nena.
"Dia pernah tinggal di Indonesia," ungkap Zeline.
"Ya Tuhan, kamu benar-benar beruntung dikelilingi oleh pria-pria tampan seperti mereka!" sahut Diya bertepuk tangan riang seperti anak kecil yang mendapat mainan.
"Mereka? Siapa mereka?" tanya Zeline bingung.
"Vero, tuan Zayn, tuan Arya, michael, thomas, Erik dan masih banyak lagi," jawab Diya menyebutkan beberapa nama pria tampan yang ada disekeliling Zeline.
"Mendengar nama Zayn yang terucap dari bibir Diya, membuat Mood Zeline kembali memburuk. Ntahlah, padahal sebentar lagi mereka akan lebih sering bertemu, namun Zeline benar-benar merasa Zayn adalah pria yang menyebalkan.
"Oh iya, bagaimana dengan pembahasanmu dengan pak Arya tadi?" tanya Diya lagi, yang baru mengingat tujuan awal mereka bertemu.
Ketiganya terdiam sesaat ketika pelayan datang membawakan pesana mereka.
"Aku menyetujuinya!" jawab Zeline atas pertanyaan Diya sebelumnya, setelah pelayan tersebut pergi.
"Lalu?" sahut Nena menunggu kelanjutan cerita Zeline.
Zeline menceritakan semua yang ia bahas bersama Arya tanpa menutupi apapun pada kedua sahabatnya, yang sudah terlanjur tau tentang semuanya.
"Apa dia sudah menghubungimu?" tanya Diya setelah mendengar cerita Zeline.
"Belum, semoga saja dia setuju dengan syarat yang aku ajukan!" ucap Zeline berharap.
"Ze, bagaimana jika kalian memang ditakdirkan untuk bersama?" tanya Nena membuat suasana menjadi hening.
Tidak salah jika Nena bertanya seperti itu, hanya saja Zeline tidak pernah berpikir sampai kearah sana, sebab yang ada dipikirannya hanya satu tujuan, yaitu agar dapat membahagiakan dan memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Zeline terdiam mendengar pertanyaan Nena, ia bingung harus menjawab apa atas pertanyaan sahabatnya.
"Yang dikatakan Nena ada benarnya Ze, bagaimana jika kalian memang ditakdirkan bersama? Mungkin saja ini adalah cara Tuhan mempertemukan kalian," timpal Diya.
"Aku belum memikirkan kearah sana, namun jika semua benar terjadi, aku tidak bisa mengatakan apapun ataupun menolaknya. Karena apa? karena jodoh, rejeki, dan maut, aku percaya itu sudah ditentukan oleh Tuhan. Jika benar dia jodohku, aku hanya berharap dia bisa menjadi imam yang baik untukku!" jawab Zeline setelah lama terdiam.
"Aku berharap kalian benar-benar berjodoh, Ze!" ucap Nena membuat Zeline membelalakan matanya mendengar ucapan Nena.
"Iya, Ze. Kalian serasi!" sambung Nena lagi.
"Serasi darimananya, Na? Yang ada mungkin aku akan sering bertengkar dengannya nanti. Dia pria yang sangat menyebalkan, dia arogant dan dia bertindak semaunya sendiri!" ucap Zeline menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana kalau kita bertaruh?" ucap Diya menatap Nena.
"Menurutmu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mereka saling jatuh cinta?" sambung Diya bertanya, mengacuhkan keberadaan Zeline yang tak habis pikir dengan kedua sahabatnya yang menjadikan ia sebagai bahan taruhan.
"Setengah tahun!" jawab Nena.
"Baiklah, aku tebak setelah tiga bulan mereka akan seperti perangko," imbuh Diya.
"Apa hadiahnya jika tebakan salah satu dari kita benar?" tanya Diya lagi.
"Salah satu dari kita boleh meminta apapun itu!" jawab Nena yang disetujui Diya dengan keduanya saling berjabat tangan.
"Kenapa kalian ikut-ikutan menyebalkan?" gerutu Zeline membuat kedua sahabatnya tertawa.
Getar phonsel Zeline yang berada diatas meja mengalihkan fokus ketiganya, baik Nena, Diya, dan Zeline, sama-sama menatap kearah phonsel Zeline.
"Pesan dari nomor baru!" ucap Zeline setelah melihatnya.
"Buka saja, siapa tau dari tuan Zayn!" seru Diya memberi saran.
"Apa dia tidak bisa basa-basi terlebih dahulu!" ucap Zeline kesal, meletakkan kembali phonselnya diatas meja, setelah membaca pesan dari nomor baru tersebut yang ia yakin adalah Zayn Dastan.
"Dia bilang apa?" tanya Diya penasaran.
"Baca saja sendiri," jawab Zeline menggeser phonselnya pada Diya.
"Aku setuju dengan syaratmu, temui aku besok jam makan siang di Kantor!" ucap Diya membacakan pesan dari Zayn Dastan, atasannya.
"Ze, dia setuju. Itu artinya sebentar lagi kalian benar-benar akan menikah!" ucap Nena antusias. "Ya Tuhan semoga mereka benar-benar berjodoh," sambung Nena.
"Apaan sih Na, udah ah berhenti bahas dia!" ucap Zeline, merasa jengah mengingat sosok Zayn.
"Jangan terlalu membenci Ze, nanti jatuh cinta baru tau enaknya! Benci dan cinta beda tipis loh," kekeh Diya.
"Aku tidak membencinya, hanya saja aku tidak menyukai sikapmya yang sangat menyebalkan," ucap Zeline.
"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan pria bernama Vero tadi? Apa kamu masih menyukainya?" tanya Nena.
"Ntahlah, aku tidak tau harus menjawab apa," ucap Zeline lemas.
'Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan jika aku menyukainya kalau sebentar lagi aku akan terikat pernikahan dengan pria menyebalkan itu!' ucap Zeline dalam hati.
"Dari cara dia padamu dan cara dia menatapmu, aku yakin dia mempunyai rasa padamu, Ze!" Diya berucap serius menatap Zeline.
"Aku setuju dengan apa yang Diya katakan," timpal Nena.
"Kalaupun dia menyukaiku, semua sudah tidak ada gunanya. kalian tau sendiri jika saat ini yang aku butuhkan uang, bukan cinta!" jawab Zelin jujur.
"Iya kami mengerti, Ze. Vero, ataupun Zayn semuanya sama-sama tampan dan kaya. Jadi siapapun yang bersamamu sama saja!" tutur Diya.
"Tidak Di, tidak akan sama. Jika aku bersama Zayn, yang aku butuhkam keuntungan yang ia janjikan. Sedangkan jika aku bersama Vero, yang aku dapatkan mungkin rasa saling menyukai dan cinta, namun aku tidak mungkin mencari keuntungan dari sebuah hubungan," sangkal Zeline atas ucapan Diya sahabatnya.
"Apapun yag terjadi, pastinya kami akan selalu mendukungmu!" sahut Nena mengenggam tangan Diya dan Zeline bersamaan.
"Terima kasih karena kalian selalu ada untukku," ucap Zeline tulus menatap kedua sahabatnya.
"Kita sahabat, tentu saja kita akan saling mendukung dan selalu bersama," jawab Diya diangguki oleh Nena dan Zeline.
***
Zayn merasa sangat kesal saat pesan yang ia kirimkan pada Zeline sama sekali tak mendapat balasan, Zeline hanya membaca pesan darinya tanpa membalasnya.
"Kamu kesal karna dia tidak membalas pesanmu? Apa balasan darinya sangat penting untuk seorang Zayn Dastan?" tanya Arya sengaja menggoda Zayn yang semakin kesal mendengarnya.
"Sama sekali tidak. Siapkan semua yang diperlukan untuk menggelar acara pernikahan, mulai dari lamaran seperti yang ia inginkan. Dalam waktu dekat aku akan segera menikahinya!" perintah Zayn pada Arya.
"Zayn, apa yang akan kamu lakukan setelah rencanamu berhasil?" tanya Arya.
"Jika Sella sudah masuk dalam perangkapku, maka aku akan melepaskan Zeline. Aku yakin melepaskan Zeline saat Sella sudah berada dalam genggamanku, akan semakin membuatnya masuk dalam jebakan yang aku buat. Setelah Sella tak dapat lepas dariku, maka saat itu juga aku akan membuangnya bagaikan sampah yang benar-benar tidak berguna," jawab Zayn jujur.
"Kamu yakin akan melepaskan Zeline? Bagaimana jika kamu malah terjebak dalam permainan yang kamu buat sendiri?" tanya Arya lagi.
"Itu tidak mungkin terjadi," jawab Zayn, menyambar kunci mobil yang berada diatas meja lalu keluar dari ruangannya.
'Aku berharap jika kamu akan segara jatuh cinta padanya, Zayn. Aku akan berusaha membuat pernikahan kalian menjadi seperti pernikahan sebagaimana mestinya. Mungkin awalnya aku ragu, namun sekarang aku merasa jika wanita seperti Zeline-lah yang cocok untuk mendampingimu," gumam Arya.
***
~Maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisannya.
Sore harinya, Zayn tiba dikediaman kedua pasangan yang telah membesarkannya selama ini, untuk memulai semua rencananya dimulai dari keluarga."Selamat datang Tuan!" sapa para pelayan menyambut kedatangan Zayn. Zayn melewati semua pelayan tanpa niat sedikitpun menjawab mereka. Dengan langkah tegapnya, ia menuju ruang keluarga yang ia yakini dimana orang yang ingin ditemuinya berada.Zayn tersenyum saat tebakannya benar, dimana kedua orang yang ingin ditemuinya sedang asik menonton berita di tv. Lahkah kakinya terus berlanjut menghampiri keduanya."Selamat sore Kakek, Nenek!" ucap Zayn lembut menyalami kedua pasangan yang sudah lanjut usia tersebut."Sore Zayn, tumben kamu datang berkunjung saat hari kerja, pasti ada keperluan ya?" tanya Nenek tertawa, karena benar yang ia katakan, sebab setelah Zayn memilih untuk tinggal sendiri dirumah yang ia beli beberapa tahun yang lalu. Zayn jarang berkunjung jika bukan hari libur, untungnya kesibukan Zayn bisa dimengerti
Seperti biasanya, dimanapun Zeline berada pasti akan mencuri perhatian setiap orang baik itu laki-laki ataupun perempuan untuk terus tertuju padanya. Hampir semua orang mengagumi kecantikan yang dimiliki Zeline, ditambah lagi dengan sikapnya yang ramah menjadi nilai tambah untuknya.Zeline yang hanya menggunakan dress navy sederhana tanpa lengan dengan panjang selutut, dipadukan dengan flat shoes berwarna hitam bisa terlihat sangat cantik jika digunakan olehnya. Sesuatu yang sederhana akan terlihat sempurna tergantung siapa yang menggunakannya. Kalimat tersebut seakan sangat cocok untuk Zeline.Zeline selalu membalas sapaan setiap orang yang menyapanya. Dengan langkah santainya, ia menuju kearah resepsionis."Selamat datang di Dastan group, ada yang bisa saya bantu?" ucap wnita yang berdiri dibalik meja resepsionis dengan sopan pada Zeline."Saya ingin bertemu dengan tuan Zayn Dastan!" jawab Zeline ramah."Apakah sebelumnya anda sudah memiliki janji tem
Zayn terdiam berdiri tak jauh dari Zeline menatapnya yang merutuk melihat phonselnya. Senyum Zayn kembali terbit mendengar rutukan Zeline yang terus saja mengumpatnya.'Dia benar-benar cantik, seperti apapun penampilannya tetap saja membuatnya selalu terlihat sempurna. Baguslah, dengan begini rencanaku akan berjalan dengan sangat mulus!' batin Zayn."Hemm... Hemm... " suara deheman Zayn mengalihkan Zeline dari pokusnya, lalu mendongak menatap Zayn yang sudah berdiri dihadapannya."Apa tidak bisa lebih lama lagi anda membuatku menunggu?" ucap Zeline kesal meluapkan emosinya, membuat sebagian orang yang mendengar begitu terkejut saat melihat dan mendengar atasan mereka yang terkenal dingin dan sangat arogant itu dibentak oleh seorang perempuan."Lihatlah, dia bahkan berani membentak tuan Zayn. Aku rasa hubungan mereka begitu dekat, apa jangan-jangan wanita itu kekasihnya tuan Zayn?" ucap wanita dibalik meja resepsionis bergetar ketakutan."Aku banyak peke
Seisi kantor kembali dibuat heboh setelah melihat pemandangan yang baru saja melintas dihadapan mereka, pemandangan dimana atasan mereka berjalan dengan menggandeng tangan seorang perempuan menuju mobilnya. Belum lagi saat melihat bagaimana atasan mereka dengan sigapnya membukakan pintu mobil untuk wanita tersebut yang tidak lain adalah Zeline."Ingat, jangan pernah bawa perasaan dalam hubungan ini!" ucap Zayn tegas mengakhiri keheningan yang terjadi didalam mobil, saat amerkea sudah dalam perjalanan menuju kediaman Zeline. Seperti yang disarankan oleh Arya sebelumnya, Zayn mengikuti saran Arya untuk mengantakan Zeline pulang untuk sengaja memperkihatkan pada penghuni kantor tentang kedekatan mereka."Kamu tenang saja!" jawab Zeline santai tanpa menatap Zayn sebab pandangannya menatap kearah luar jendela mobil."Bukankah pernikahan ini akan diadakan tertutup, lalu kenapa penghuni kantormu boleh tau hubungan kita?" tanya Zeline menatap sekilas pada Zayn.
Zeline yang telah selesai mandi dan menunaikan sholatnya, sekarang tengah berdiri di depan pintu lemari pakaiannya. Menatap dan memilih pakaian seperti apa yang akan ia gunakan untuk berkunjung ke tempat keluarga Zayn.Beberapa Dress yang ia miliki ia keluarkan dari dalam lemari dan meletakannya diatas tempat tidur.Pilihan Zeline jatuh pada dress berwarna mustard yellow dengan panjang dibawah lutut. Dress casual, namun terlihat elegant, apalagi jika Zeline yang menggunakannya. Ia mulai menggunakan dress tersebut, setelah itu kembali menatap pantulan dirinya dicermin."Ini sepertinya pas, aku akan menggunakan ini saja," gumam Zeline.Tok... Tok... Tok..."Nggak dikunci!" ucap Zeline lantangSesaat kemudian pintu kamarnya terbuka dan menampakkan sosok Arini yang masuk kedalam, sembari tersenyum menghampirinya."Ma, bagus nggak?" tanya Zeline menghadap mamanya."Apapun yang dikenakan olehmu selalu terlihat bagus nak. Ini bu
Zeline masih terdiam setelah mendengar ucapan Kakek dan Nenek Zayn yang ingin mereka untuk segera menikah. Ia akui jika ini semua memang berjalan seperti yang mereka inginkan yaitu secepatnya menikah agar bisa memulai perjanjian kerja sama diantara mereka. Namun, jika mengingat kehidupannya yang nanti akan berubah status menjadi seorang istri, belum lagi ia akan membohongi banyak orang, membuat Zeline merasa ragu. Ia menjadi ragu akan keputusan yang telah dibuatnya."Zayn, Zeline. Kalian setuju dengan usul kami?" tanya Kakek Zayn serius menatap keduanya."Tentu saja kami setuju Kek, itu juga yang menjadi alasanku mengenalkan Zeline pada kalian, karena aku berniat serius menjalin hubungan ini dengannya!" jawab Zyan menggenggam tangan Zeline yang terasa dingin, lalu mengecupnya dihadapan kakek dan nenek.'Kamu tidak bisa mundur lagi,' ucap Zayn berbisik ditelinga Zeline yang menegang mendengarnya."Zeline, kamu baik-baik saja?" tanya Nenek."Baik Nek
Setelah tiba dirumahnya, Zeline terkejut menatap mama dan kedua adiknya yang masih berada diruang keluarga, sembari memberi tatapan tajam padanya yang baru saja masuk kedalam rumah. "Ada apa? Kenapa kalian belum tidur?" tanya Zeline menatap heran pada keluarganya, sebab biasanya mereka sudah tidur saat jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, sedangkan saat ini sudah pukul sepuluh lebih beberapa menit dan mereka masih berada diruang keluarga. "Kami menunggu kakak pulang!" jawab Fera. "Kak, sini!" panggil Fara menepuk ruang kosong disampingnya. "Ada apa?" tanya Zeline, namun tetap mengikuti kemauan Fara. "Bagaimana?" ucap Fera bertanya. "Bagaimana apanya?" tanya Zeline. "Itu, acara malam ini!" sahut Fara. "Ya Tuhan, aku punya adik kenapa dua-duanya begitu kepo?" ucap Zeline menepuk dahinya sendiri, mengundang tawa mamanya. "Sama seperti mama, mereka juga ingin mendengar ceritamu, Ze!" ujar Arini. "Cerit
Tanpa Zayn sadari, ia tersenyum setelah membuka amplop yang dikirimkan oleh Neneknya. Amplop yang berisikan foto-foto dimana acara lamarannya berlangsung kemarin malam. "Cantik!" ucap Zayn menatap foto dimana wajah cantik wanita yang saat ini berstatuskan sebagai tunangannya sedang tersenyum. Zayn yang asik menatap foto-foto mereka, tidak menyadari jika Arya sudah berada didalam ruangannya dan memperhatikan semua tingkahnya. "Hem... Hem...!" Zayn tersentak kaget mendengar suara deheman dari seseorang. Tatapan matanya yang tajam langsung tertuju pada asal suara yang sudah mengusik ketenangannya. "Kamu sudah bosan bekerja disini?" sarkas Zayn pada Arya yang dengan santainya, berdiri dengan berkacak pinggang bersandar di pintu. "Aku sudah berulang kali mengetuk pintu, kamu saja yang tidak mendengarnya. Aku jadi penasaran, apa yang sedang kamu lihat itu?" jawab Arya dengan santainya melangkah menghampiri Zayn yang secepat kilat seger