Share

Baiklah, Aku Setuju.

Keesokan harinya. Setelah semalaman berpikir, Zeline akhirnya memutuskan akan menemui sekretaris Zayn yang bernama Arya. Karena hanya kontak Arya yang ia miliki lewat kartu nama yang sebelumnya Arya berikan.

Sebelum memutuskan, Zeline juga sudah berusaha menemui pemelik toko berharap sang pemilik tempat dimana mamanya membuka usaha mau berbaik hati membiarkan A3 bakeri tetap berdiri disana, namun tetap saja pemilik toko tersebut mengatakan jika tempat tersebut sudah dibeli oleh orang lain dengan harga tinggi yang Zeline sangat yakini adalah Zayn Dastan. Zeline berjanji pada dirinya sendiri jika nanti saat ia resmi menikah dengan Zayn, ia pastikan toko tersebut akan berlih nama menjadi nama Mamanya.

"Jika benar ini bisa saling menguntungkan, ayo kita lakukan!" gumam Zeline keluar dari kamarnya.

"Ze, kamu mau kemana?" tanya mama Zeline saat melihat Zeline menuruni anak tangga dengan penampilannya yang sangat rapi dan tentunya juga sangat cantik.

"Mau bertemu seseorang Mah," jawab Zeline.

Arini tersenyum mendengar ucapan Zeline, meski ragu namun ia tetap berharap apa yang ia pikirkan benar terjadi. Sebelumnya Zeline sangat jarang keluar rumah jika bukan urusan pekerjaan atau jalan bersama kedua sahabatnya. Mendengar Zeline mengatakan akan bertemu seseorang tentu saja Arini berharap sesuatu yang sudah lama ia harapkan, dimana putrinya akan mempunyai kehidupan pribadi seperti gadis lainnya.

Mungkin terdengar bebeda dari orang tua lainnya yang lebih suka jika anak mereka menjadi anak rumahan yang tidak mengenal pacaran. Bukan berharap putrinya menjadi liar karena pergaulan bebas, namun Arini hanya ingin putrinya juga dapat merasakan masa-masa indah sebagai seorang gadis.

"Apa kamu lagi dekat dengan seseorang?" tanya Arini antusias menarik tangan Zelin untuk duduk diruang keluarga.

Meski sedikit gugup dan merasa ragu, namun Zeline memilih menganggukan kepalanya. Ia berpikir mungkin inilah awal dari sandiwara yang akan ia lakukan nantinya. "Maafkan aku Mah," batin Zeline merasa bersalah.

"Jadi benar kamu lagi dekat dengan seseorang? Siapa? Apa dia pria yang baik? kalian kenal dimana?" ucap Arini lagi, terus bertanya.

"Insya Allah dia pria yang baik Mah, nanti aku akan membawanya untuk bertemu dengan mama!" jawab Zeline berusaha bersikap tenang meskipun sejujurnya ia sangat takut dan gerogi karena ini adalah pertama kalinya ia membohongi mamanya. 'Ya Tuhan, setelah pertama pasti akan ada kebohongan kedua dan selanjutnya, tolong maafkan aku ya Tuhan, maafkan aku Mah,' ucap Zeline dalam hati menatap penuh rasa bersalah pada mamanya.

"Ya Tuhan, Alhamdulillah akhirnya putriku mengenal yang namanya jatuh cinta!" ucap Arini membuat Zeline salah tingkah mendengar kata jatuh cinta.

'Jatuh cinta? Padanya? Jangan sampai aku mencintai pria arogant sepertinya,' batin Zeline.

Zeline melirik jam ditangannya yang sudah menunjukan pukul sembilan, dimana 30 menit lagi waktu yang sudah ia janjikan dengan sekretaris Zayn.

"Mah, mama nggak ke toko hari ini?" tanya Zeline.

"Sebentar lagi Ze, mama masih ada pekerjaan dirumah!" jawab Arini.

"Baiklah, aku pergi dulu ya Mah, Nanti terlambat, aku janjian bertemu diluar!" ucap Zeline, mencium punggung tangan Arini, lalu berjalan keluar dari ruamh nya.

"Hati-hati Ze, bersenang-senanglah! jangan terburu-buru pulangnya," ucap Arini, membuat Zeline menghentikan langkahnya mendengar ucapan Arini.

"Biasanya orang tua akan meminta anak mereka untuk cepat-cepat pulang. Ini kok malah minta jangan cepat-cepat pulang," kekeh Zeline.

"Ya, kan biar cepat anu!" jawab Mama Zeline membingungkan.

"Anu?" beo Zeline.

"Biar semakin akrab dan cepat menikah, Ze!" terang Arini membuat Zeline menghela nafas legah, karena sudah berpikir buruk arti kata 'Anu' tersebut.

"Hem ... Baiklah aku pergi. Assalamualaikum!" ucap Zeline sembari menggelengkan kepalanya.

"Waaalaikumsalam," jawab Arini menahan tawanya menatap Zeline.

"Santai Ze, anggaplah ini sebagai pekerjaan barumu! ya Tuhan, semoga ucapannya masih berlaku, tentang pernikahan saling menguntungkan ini!" ucap Zeline menyemangati dirinya sendiri setelah berada didalam mobil, mobil lama peninggalan Papanya.

****

"Zayn, aku pergi dulu  Sudah waktunya bertemu Zeline, Kamu sungguh yakin tidak mau ikut menemuinya?" tanya Arya pada Zayn.

"Untuk apa aku membuang waktuku bertemu dengannya, aku masih banyak pekerjaan!" jawab Zayn tanpa menatap Arya yang selalu merasa jengah dengan sikap arogat Zayn.

"Buang waktu yang kamu bilang bukankah juga demi keinginanmu? Paling tidak, apa kamu tidak merindukan calon istri cantikmu?" sindir Arya.

"Untu apa aku merindukannya? Pergilah, bukankah ada kamu yang bisa menyelesaikan semuanya?" usir Zayn.

"Sebenarnya yang akan menikahi Zeline, aku atau kamu?" ucap Arya kesal kembali bertanya.

"Untuk apa kita berdebat hanya karena seorang wanita yang sama sekali tidak penting, Ar. Pergilah, selesaikan tugasmu!" jawab Zayn menatap tajam pada Arya.

"Jika tdak penting, lalu kenapa kamu ingin menikahinya? Menikah adalah sesuatu yang penting Zayn."

"Penting jika pernikahan atas dasar cinta, ini hanya sebuah kerja sama yang saling menguntungkan. Pergilah, aku tidak mau berdebat denganmu hanya karena dia!" usir Zayn lagi.

"Baiklah, aku pergi!" jawab Arya kesal, memutar tubuhnya untuk keluar.

"Jangan lupa, katakan padanya apa saja syarat dariku!" ucap Zayn sebelum Arya benar-benar keluar dari ruangannya.

"Pada Akhirnya kamu juga menerima semua ini! Dugaanku tidak pernah salah jika kamu sama saja dengan wanita lainnya yang menggilai uang! Semoga saja semua ini berjalan sesuai rencana, semoga juga pernikahan ini serta wajah cantikmu bisa berguna," ucap Zayn, kembali melanjutkan pekerjaannya.

***

Arya tiba di cafe tempat dimana ia dan Zeline janjian untuk bertemu, dari luar dapat ia lihat melalui kaca yang transparan jika Zeline sudah berada didalam cafe tersebut.

"Dia benar-benar cantik. Terkadang aku jadi penasaran kenapa wanita cantik sepertinya masih sendiri hingga saat ini, bahkan ia juga belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Andai saja aku yang lebih dulu bertemu dengannya, aku dengan senang hati akan mengejarnya," ucap Arya, seraya keluar dari mobilnya.

"Maaf aku terlambat," tutur Arya setelah berada didepan Zeline.

"Tidak masalah, silahkan duduk!" jawab Zeline tersenyum, membuat Arya semakin terpesona melihat kecantikannya.

'Tahan Ar, dia wanita Zayn,' batin Arya berusaha untuk tetap tenang.

"Terima kasih," jawab Arya duduk di kursi yang ada dihadapan Zeline.

"Bagaimana? Apa kamu sudah memutuskan?" tanya Arya berusaha mempersingkat waktu, karena ia sendiri tidak sanggup berlama-lama menatap Zeline, sebab ia takut akan semakin jatuh pada pesona calon istri atasannya.

"Paling tidak pesanlah dulu minum, sebelum kita bicara!" saran Zeline.

Arya menggelengkan kepalanya sembari menjawab, "Tidak perlu, aku tidak punya banyak waktu."

'Aku pikir dia berbeda, ternyata dia sama saja seperti pria menyebalkan itu. Sekretarjs dan atasan sama-sama Arogant!' geram Zeline dalam hati.

"Sebelumnya aku ingin bertanya terlebih dahulu. Apa yang membeli toko tempat dimana usaha keluargaku berdiri adalah kalian?" tanya Zeline yang dengan santainya dijawab anggukan oleh Arya.

"Kenapa kalian bisa setega itu? Apa toko kecil seperti itu sangat penting untuk orang kaya seperti kalian?" tanya Zeline lagi.

"Tentu saja penting, bukan hanya penting untuk kami, tapi juga penting untuk keluargamu, bukan? Zayn memerlukan toko itu guna memancingmu, dan kamu juga sangat menyayangi tempat tersebut. Bukankah kamu dan Zayn sama-sama menganggap penting tempat tersebut?" ungkap Arya jujur tanpa menutupi maksud dari tujuan mereka membeli toko tersebut.

"Kalau begitu selamat, kalian berhasil menangkap umpan," sindir Zeline.

"Apa keputusanmu?" tanya Arya menatap serius pada Zeline, tanpa menanggapi ucapan Zeline sebelumnya.

Zeline terdiam sejenak, berusaha memantapkan hatinya sebelum akhirnya ia menjawab. "Baiklah, aku setuju!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status