Share

Korban

Author: Agung
last update Last Updated: 2025-09-12 21:05:22

"Itu mobilnya Pak Dika, Kak," ucapku.

"Bukannya kamu bilang Pak Dika dirawat di rumah sakit," balas Kak Nasrul.

"Iya."

Rasa penasaran ini membuat suasana sarapan jadi kurang nyaman. Aku ini cepat-cepat pulang, melihat apa yang terjadi pada Pak Dika. Yang jelas, perasaan ini sudah tidak enak. Pasti terjadi sesuatu padanya. Semoga saja bukan hal yang buruk.

"Buru-buru amat, Lang?" tegur Cecep, lalu menyeruput kopi.

"Sakit perut gua," balasku. "Lu gak ngecek ke rumah Pak Dika, Cер?"

"Gua mau balik, lagian sekarang shift-nya Mas Andi."

Kak Nasrul berdiri dan membayar semua pesanan. Setelah itu kami pun pulang. "Kamu bohong kan bilang sakit perut?" tanyanya.

Aku tersenyum, "Iya."

"Pasti penasaran sama ambulan tadi."

"Iya, Kak."

Dengan langkah cepat kami meluncur menuju rumah. Setibanya di belokan terakhir, mata ini langsung tertuju pada ujung jalan. Di depan rumah Pak Dika sudah ramai orang. Bergegas kami melangkah ke sana.

"Ada apa, Pak?" tanyaku pada pada Pak Ryan yang sedang berdiri di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • 7 Hari Setelah Ibu Pergi    Jubah Merah

    Angin berhembus kencang, menggerakan pepohonan di sekitar.Daun-daun kering yang berjatuhan berputar-putar di udara, membentuk pusaran. Sontak kami melangkah mundur, mendekati mobil.Srek! Srek!Terdengar suara langkah kaki dari dalam hutan yang gelap. Langkah yang menyerupai gerombolan hewan.Habib Husein meminta kami berkumpul di satu titik, kemudian membentuk lingkaran. Berjaga-jaga bila ada serangan dari arah tertentu.Habib Husein meminta kami menyalakan flashlight ponsel. Karena suasana begitu gelap, bulan masih bersembunyi di balik awan. Namun, penerangan ponsel saja tidak cukup. Jarak pandang kami terlalu pendek."Bib, kalau pake lampu mobil aja gimana?" usul salah satu santri."Boleh."Ia berlari ke mobil, disusul Kak Hazim dan Om Herman.Bruk!Santri itu tiba-tiba terjatuh ke tanah. Om Herman dan Kak Hazim langsung menolongnya. Baru saja bangkit, ia sudah terjatuh kembali. Malahan kali ini lebih parah. Seperti ada yang menarik kakinya.Ustad Azzam yang melihat kejadian itu t

  • 7 Hari Setelah Ibu Pergi    Sekte

    Siluman Anjing menyeret tubuhku hingga ke pinggir jalan, yang merupakan area seperti hutan. Aku berusaha melepaskan lilitan rantai di kaki, tapi tak bisa. Lilitannya begitu kuat. Sementara punggung ini terasa perih karena bergesekan dengan aspal.Sampai di pinggir jalan, terlihat banyak orang dengan wajah pucat dan penuh luka. Mereka berdiri seakan menyambut kedatanganku. Siluman Anjing itu terus menyeret tubuh ini ke dalam hutan. Di sana, semakin banyak orang berkumpul.Ada sebuah portal berwarna hitam."Sekarang kamu akan berkumpul bersama keluargamu!" ucap Siluman Anjing itu sebelum menarikku ke dalam portal.ARGH!Aku berteriak. Karena tubuh ini seperti berputar-putar di ruangan gelap. Tak lama kemudian, kami sudah ada di dasar jurang. Kali ini pemandangannya lebih menakutkan. Banyak potongan organ tubuh berserakan di tanah. Yang membuatnya lebih menakutkan adalah ... potongan organ itu masih bergerak-gerak.Lilitan rantai di kaki terlepas. Sontak aku bangkit dan berniat untuk mel

  • 7 Hari Setelah Ibu Pergi    Masa Kecilku

    Kak Nasrul memintaku diam sebentar, karena ia ingin menceritakan semuanya. Peristiwa masa kecil yang sama sekali tak kuingat."Waktu kecil Gilang itu punya temen khayalan. Dia sering ngomong sendiri di kamar. Awalnya ibu sama ayah gak pernah ambil pusing sama kelakuannya. Soalnya ibu juga waktu kecil pernah kaya gitu," cerita Kak Nasrul."Tapi ... lama kelamaan tingkah Gilang semakin aneh. Dia pernah tiba-tiba ngilang. Tau-tau ada di jalan raya. Dia juga jadi sering tantrum. Tantrumnya ngamuk-ngamuk, ancur-ancurin barang. Pernah juga ngomong kasar, padahal orang rumah gak ada yang ngomong kasar. Akhirnya ayah sama ibu bawa ke Kyai untuk ditutup mata batinnya," sambungnya.Aku hanya bisa melongo mendengar cerita Kak Nasrul. Kenapa ia, ayah dan ibu tidak pernah menceritakan padaku."Sekarang udah semakin jelas," ucap Ustad Azzam."Jelas gimana, Pak Ustad," sahutku."Kemampuan kamu itu dianggap ancaman bagi mereka.""Tapi kan, gara-gara mereka saya jadi bisa liat lagi. Kenapa jadi saya y

  • 7 Hari Setelah Ibu Pergi    Benang Merah

    Aku melihat sosok yang tadi terlihat di rumahnya. Pak Dika. Kini ia sudah menjadi bagian dari mereka. Dengan begitu, kematiannya ada campur tangan Siluman Anjing itu.Aku melangkah mundur dan duduk di samping Aurora. "Kamu tau gak kenapa mereka terus ngejar kakak?""Sebelumnya mereka ingin meminta tolong, tapi sekarang niatnya berbeda, Kak. Mereka ingin kakak menjadi bagian dari mereka.""Berarti sekarang kakak diincar?"Aurora mengangguk, "Kakak harus lebih berhati-hati. Kemaren waktu sakit, aku sempet liat kakak diikat rantai.""Sama siapa?""Anjing Hitam. Aku coba lepasin tapi gak bisa, Kak. Malahan aku yang dikejar sama Anjing Hitam itu."Sudah beberapa kali ucapan Aurora benar dan menjadi kenyataan. Namun, ucapannya kali ini membuatku benar-benar takut. Jika benar aku akan diikat oleh Siluman Anjing itu, berarti ia berhasil menangkapku. Dengan kata lain aku berhasil dijadikan tumbal."Apa kamu tau cara agar kakak gak ditangkep?""Aku gak tau, Kak. Semua yang terjadi ke depan, ter

  • 7 Hari Setelah Ibu Pergi    Korban

    "Itu mobilnya Pak Dika, Kak," ucapku."Bukannya kamu bilang Pak Dika dirawat di rumah sakit," balas Kak Nasrul."Iya."Rasa penasaran ini membuat suasana sarapan jadi kurang nyaman. Aku ini cepat-cepat pulang, melihat apa yang terjadi pada Pak Dika. Yang jelas, perasaan ini sudah tidak enak. Pasti terjadi sesuatu padanya. Semoga saja bukan hal yang buruk."Buru-buru amat, Lang?" tegur Cecep, lalu menyeruput kopi."Sakit perut gua," balasku. "Lu gak ngecek ke rumah Pak Dika, Cер?""Gua mau balik, lagian sekarang shift-nya Mas Andi."Kak Nasrul berdiri dan membayar semua pesanan. Setelah itu kami pun pulang. "Kamu bohong kan bilang sakit perut?" tanyanya.Aku tersenyum, "Iya.""Pasti penasaran sama ambulan tadi.""Iya, Kak."Dengan langkah cepat kami meluncur menuju rumah. Setibanya di belokan terakhir, mata ini langsung tertuju pada ujung jalan. Di depan rumah Pak Dika sudah ramai orang. Bergegas kami melangkah ke sana."Ada apa, Pak?" tanyaku pada pada Pak Ryan yang sedang berdiri di

  • 7 Hari Setelah Ibu Pergi    Ambulans

    Kak Nasrul malah termenung sambil menatap ke depan. "Maju, Kak!" tegurku."Banyak orang, Lang!" balasnya, tak sedikitpun melepaskan pandangan ke jalan."Itu setan, Kak. Bukan orang!""Kamu liat juga?""Alhamdulillah, sekarang gak liat."DUG!Ada yang memukul kaca jendela di sampingku. Reflek aku menoleh. Ada wajah seorang wanita yang sangat menakutkan sudah menyambut dengan senyuman menyeringai.HUA!Aku berteriak sambil bergeser mundur mendekati Kak Nasrul. "Nanti tuas maticnya patah, Lang!" omelnya, sambil mendorongku. Tak sadar hampir menduduki tuas matic. "Tadi kayanya gak liat. Kok sekarang malah teriak. Ngagetin aja!" imbuhnya."Sekarang aku bisa liat semuanya, Kak!" balasku, sembari menundukan, setelah tak sengaja melihat ke depan. Ada puluhan orang sedang berdiri di menghalangi jalan. "Terobos aja, Kak!" teriakku.Mobil mulai bergerak perlahan.BRUK!Ada suara dari depan mobil. "Apa itu, Kak?" tanyaku, masih tak berani melihat ke depan."Gak tau," balas Kak Nasrul."Jangan ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status