Share

13. Our Agreement

Leonel menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. “Untuk apa dia berada di Paris?” tanyanya kepada Mario melalui sambungan telepon.

“Tentu saja untuk bekerja karena Paris Fashion Week akan dimulai dua Minggu lagi,” jawab Mario. “Dia ingin bertemu denganmu.”

“Jadwalkan saja,” ucap Leonel.

“Kapan kau bisa?”

“Kapan saja aku bisa.”

“Astaga. Kau beristri, Leonel.” Mario memperingatkan status Leonel saat ini.

Leonel menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya. “Memangnya kenapa? Rebecca modelku,” katanya.

“Teman kencanmu selama bertahun-tahun,” ralat Mario.

“Rebecca tahu posisinya, lagi pula kau tahu pernikahan macam apa yang kujalani.”

“Heh, terserah kau saja. Aku akan menjadwalkan malam ini,” ucap Mario kesal karena Leonel bersikap seolah ia adalah pria lajang.

Leonel berdehem. “Jangan malam, aku....”

“Kau sungkan meninggalkan istrimu jika kau keluar malam?” Mario menyela ucapan Leonel.

“Sama sekali tidak, hanya saja aku enggan melewatkan jadwal bersenang-senang sebagai pengantin baru,” ucap Leonel enteng.

Jika orang lain bersusah payah bekerja, maka Leonel lebih baik bersantai. Toh, Glamour Entertainment telah berjaya sejak dulu, sejak ia bahkan sebelum ia berbentuk Zigot. Kekayaan keluarga Johanson juga sangat banyak aset mereka tersebar di seluruh dunia, iya salah satu pewaris dari aset-aset itu tentu saja ia tidak perlu risau dengan masa depannya ia tidak perlu seperti William yang bekerja keras memimpin perusahaan Ia juga tidak perlu seperti Sidney yang begitu keras bekerja mengelola Luxury Jewelry.

Mario menggerutu, “Kau mengatakan tadi bahwa kau bisa kapan saja tetapi sekarang kau sendiri yang sangat rewel, kau bahkan seperti seorang pria yang takut kepada istri, tidak berani keluar malam.”

“Sebagai seorang sekretaris, kau terlalu banyak berbicara, Mario.”

“Jadi, bagaimana aku tidak bisa menjadwalkan pertemuan kalian siang karena Rebecca memiliki jadwal latihan.”

Leonel menggeram. “Merepotkan saja, kau benar-benar sekretaris yang tidak becus. Biar aku saja yang menghubungi Rebecca.”

Mario mengumpat pelan sebelum akhirnya benar-benar mengakhiri panggilan telepon.

Leonel tidak langsung kembali ke tempat tinggalnya karena ia berencana menemui Rebecca setelah ia mengirim pesan kepada Rebecca bahwa ia akan menemui di hotel tempatnya menginap. Pria itu mengatakan kepada Violetta bahwa ia memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan bersangkutan dengan Glamour Entertainment dan menginstruksikan kepada Violeta untuk kembali lebih dulu ke tempat tinggal mereka sedangkan ia sendiri pergi menuju ke hotel menggunakan taksi.

Leonel melangkahkan kakinya menuju restoran di mana ia akan menemui Rebecca, mereka bertemu di restoran bukan di dalam kamar seperti yang biasanya mereka lakukan. Lagi pula ini di Paris bukan di London, tidak terlalu banyak nyamuk yang membuntuti Rebecca maupun dirinya. Tidak sulit mencari di mana Rebecca berada karena penampilan gadis itu mencolok dan juga mungkin di antara beberapa pengunjung restoran, Rebecca tentu saja terlihat paling cantik karena memang ada ia terlalu cantik. Leonel mengakui itu.

Leonel meletakkan tas kerjanya yang berisi laptop di atas sofa. “Bagaimana kabarmu, Rebecca?” tanyanya sambil meletakkan bokongnya di kursi tepat di sofa tepat di depan Rebecca duduk.

Rebecca tersenyum manis tatapan matanya lembut menatap Leonel seperti biasanya. “Kabarku sangat baik,” jawabnya.

“Syukurlah.”

“Bagaimana denganmu?”

“Kau terlihat sangat baik.” Senyum masih tergambar di bibir Rebecca.

“Seperti yang kau lihat.”

Rebecca tersenyum, matanya menatap Leonel penuh kerinduan yang nyaris tidak mampu ia sembunyikan. “Selamat atas pernikahanmu."

Leonel menelan ludah. Pernikahan apa? Pernikahan palsu yang akan berakhir dua bulan lagi?

“Terima kasih.” Ia menaikkan sebelah alisnya, matanya mencari-cari kekecewaan di mata Rebecca.

Mata biru itu tampak sedikit sayu, tampak merindukan dan ada sedikit kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan. Leonel bisa melihat itu.

Pria itu berdehem. “Apa yang ingin kau pesan untuk makan malammu?”

Rebecca menggeleng. “Menu makan malamku akan tersaji di kamar.”

“Menjadi seorang model sungguh merepotkan, ya?” Leonel memanggil pelayan. “Bagaimana dengan segelas wine?”

“Tidak masalah,” jawab Leonel.

“Aku masih tidak menyangka. Kau menikah secepat ini padahal....”

“Padahal kita baru saja berlibur di Sussex,” sahut Leonel.

“Ya.”

“Kita masih bisa melakukannya jika kau mau,” ucap Leonel dengan nada bercanda.

Namun, demi Tuhan. Ia sangat serius. Terserah bagaimana Rebecca menanggapinya karena faktanya saat ia melirik ke arah dada Rebecca yang terbungkus kain dengan potongan V rendah menampakkan sedikit belahan dadanya, hal itu membuat ia menelan liur. Ia tahu persis bagaimana lekuk tubuh indah di balik kain itu. Ia telah hafal lekuk tubuh Rebecca, ia tahu setiap inci kulit Rebecca.

Terserah.

Yang pasti, meski ia terikat pernikahan dengan Violeta, semuanya hanya kepalsuan. Wanita itu hanya memerlukan suami demi ambisinya. Dan sejumlah uang yang telah Violeta berikan untuk menambal seluruh kekacauan di Glamour Entertainment, ia rasa sepadan.

Anggap saja ia menjual jasanya kepada Violeta untuk tiga bulan. Lagi pula ia juga tidak berpangku tangan, ia banyak membenahi kekacauan di perusahaan Hubert yang bisa saja terjadi kecurangan seperti halnya Glamour Entertainment.

Rebecca justru terkikik. “Kau bisa saja.”

Leonel mengedikkan bahunya, ia urung membuka mulutnya karena seorang pria mengenakan seragam pelayan membawa nampan berisi dua gelas Wina mendekati meja mereka.

“Jadi, kau akan tinggal di sini seterusnya?” tanya Rebecca.

Leonel mengangkat gelasnya, menggoyangkannya perlahan. “Tidak, hanya untuk satu atau dua bulan.”

Rebecca dengan anggun meraih gelasnya, ia bersulang dengan Leonel kemudian keduanya menikmati anggur yang membasahi bibir mereka.

“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Leonel.

Senyum tipis tergambar di bibir Rebecca, pertanyaan sederhana tetapi sangat berarti baginya. “Semua berjalan dengan baik, kau mengatur pekerjaan dan kontrak yang menakjubkan untukku.”

“Kau pantas mendapatkan semua itu....” Leonel mengamati wajah cantik Rebecca. “Dengan... kemampuanmu.”

Sedikit menyesal, tubuh indah dan kecantikan Rebecca mungkin akan dinikmati pria lain setelah statusnya kini menjadi suami wanita lain.

Tidak bisa dibiarkan.

Rebecca adalah maha karya paling indah yang bertahun-tahun ia kuasai dan ia tahu gadis itu tidak pernah menyerahkan tubuhnya kepada pria lain selain dirinya. Dan jika nanti saat ia bercerai dari Violeta dan Rebecca telah berada di pelukan pria lain, maka Leonel yakin, ia akan frustrasi.

Rasa serakah tidak ingin kehilangan Rebecca merayapi seluruh sel-sel di dalam tubuhnya.

***

“Kau tidak kembali tadi malam,” ucap Violeta yang berada di ruang kerja Leonel.

Pria itu baru datang ke perusahaan setelah pukul sepuluh pagi, lima menit sebelum pertemuan dimulai. Rambutnya bahkan masih basah tetapi seluruh pakaiannya berganti. Violeta tidak ingin memikirkan dari mana Leonel mendapatkannya meski ia sebenarnya penasaran hingga nyaris mati ingin mengetahui dari mana saja Leonel semalam? Bersama siapa? Karena Leonel tampak lelah dan beberapa kali menguap.

“Ada banyak urusan,” jawab Leonel singkat. Ia menghindar dari tatapan mata Violeta.

“Kau bisa memberi tahu aku, agar aku tidak menunggumu.”

Violeta langsung menyesal karena ucapannya, seharusnya ia tidak memberi tahu jika ia menunggu suaminya seperti orang bodoh hingga larut malam.

“Kau tidak perlu menungguku, aku mungkin akan sering kembali ke rumah larut malam dan... mungkin juga tidak.”

“Maksudmu?”

Leonel menatap Violeta dengan enggan. “Apa kau lupa?”

Bibir Violeta sedikit terbuka, ia mengerutkan alisnya. “Aku tidak melupakan apa pun.”

“Perjanjian kita,” ucap Leonel.

Ada pasal-pasal tertentu yang dibuat sendiri oleh Violeta, di antaranya adalah selama pernikahan berlangsung Violeta tidak akan mencampuri urusan pribadi Leonel, begitu juga Leonel. Tetapi, masalah Leonel melarang Violeta menemui pria lain adalah pengecualian. Violeta dengan senang hati tidak menemui pria mana pun karena faktanya ia tidak memiliki kekasih dan juga bentuk balas jasa Violeta terhadap Leonel yang telah menyelamatkan perusahaannya.

Violeta menelan ludah. “Tapi, setidaknya bisakah kau menjaga reputasi kita?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status