Share

5. Arrive in Korea

          Pasca berjam-jam berada di dalam pesawat, Rona akhirnya tiba di Korea. Bandara dengan desain modern yang artistik seolah berkata selamat datang kepadanya. Ia sangat takjub dibuatnya, masih terasa sedang bermimpi indah dari tidur lamanya di pesawat. Rona berjalan menuju tempat imigrasi sambil membawa tiga berkas kecil yang akan diperiksa. Berkas itu adalah paspor, arrival card (informasi identitas dan alamat penginapan yang akan ia tempati saat di Korea), dan traveler declaration form (pernyataan bahwa ia tidak membawa barang-barang yang dilarang saat memasuki Korea).

            Usai Rona menyerahkan berkasnya, ia berjalan menuju baggage claim, tempat setiap penumpang pesawat mengambil koper atau tas mereka yang diletakkan dalam bagasi pesawat. Koper besar punyanya itu ternyata tidak berbeda jauh dari milik penumpang lainnya. Mereka membawa koper dengan ukuran yang bahkan lebih besar daripada milik Rona. Tidak sedikit juga ia melihat beberapa penumpang membawa dua koper dengan ukuran yang lebih kecil. Rona merasa banyak juga orang yang mempunyai pemikiran seperti dirinya.

            Bersama koper di tangan kiri dan ransel di punggungnya, Rona menuruni eskalator dan menuju pintu keluar. Pintu itu menghubungkan antara bagian penumpang pesawat yang belum ataupun sudah resmi dapat memasuki Negara Korea. Saat seseorang keluar dari pintu itu, secara langsung berarti ia telah masuk dan bisa dengan bebas mengelilingi negara tersebut hingga waktu habisnya visa yang ia miliki. Semua usaha Rona selama ini seperti terbayar, ia akhirnya bisa menginjakkan kakinya di Korea.

            Langkah ringan Rona mengajaknya pergi ke CU atau salah satu minimarket disana. Ia harus membeli t-money atau kartu transportasi umum di Korea. Kartu itu wajib dimiliki setiap orang yang berada disana. Hal ini dikarenakan semua sistem transportasi di sana telah menggunakan uang elektronik agar memudahkan dalam melakukan transaksi. Sebenarnya tidak hanya sarana transportasi, untuk pembelian makanan, baju dan lain sebagainya juga. Korea telah mengubah sistem pembayaran cash menjadi elektronik. Selain menunjang kemudahan dan kenyamanan, sistem pembayaran itu dapat dengan mudah mengetahui jejak semua transaksi yang pernah dilakukan, hal itu mempermudah pemerintah dalam mengambil pajak pembelian dan penjualan yang terjadi. T-money yang ia beli belum terisi uang di dalamnya, oleh sebab itu, Rona mengisinya dengan sepuluh ribu won menggunakan salah satu alat yang dikhususkan untuk pengisian kartu tersebut.

            Selepas mengisi kartu transportasinya, Rona pergi menuju loket pembelian sim card. Untuk seseorang yang berencana tinggal di Korea dalam waktu lebih dari satu bulan, alih-alih memakai rental wifi, memilih sim card adalah pilihan yang tepat. Hal tersebut telah Rona pelajari sebelumnya. Kemudian ia mencari tempat duduk kosong di salah satu taman kecil yang terletak dekat dengan pusat informasi. Lantas ia menghubungi Hee Young unni dan bilang kalau dirinya sudah berada di bandara Incheon. Lama Rona menunggu, tetapi tidak ada jawaban unni. Sebenarnya, sesaat sebelum take off kemarin, ia telah memberi kabar kepada unni bahwa pesawatnya akan berangkat. Tetapi hingga kini, pesannya tersebut belum dibaca oleh unni.

            Rona mulai khawatir. Hee Young unni bukanlah tipe orang yang tidak membalas pesan lebih dari sepuluh jam. Meskipun sedang sibuk, dia pasti membalas pesan Rona, meskipun itu hanya menanyakan tentang kabarnya. Rona bingung harus bagaimana. Tiba-tiba ayah menghubungi dan menanyakan kabarnya. Rona menjawab kalau dirinya baik-baik saja dan sekarang sudah bersama Hee Young unni, beliau kemudian menyuruhnya untuk berhati-hati. Usai mengakhiri telepon dengan ayahnya, Rona sadar bahwa ia telah berbohong. Hal itu ia lakukan karena takut beliau akan merasa khawatir, dan bisa-bisa ayahnya langsung menyuruh Rona untuk pulang dengan pesawat selanjutnya. Suatu hal yang sangat tidak diinginkan olehnya.

            Rona mencoba untuk berpikiran dingin, mungkin Hee Young unni sedang mengikuti ujian sehingga tidak bisa membalas pesan darinya. Setelah hatinya lebih tenang, Rona coba mencari alamat tempat tinggal unni yang berada di Seoul. Berdasar dengan aplikasi sistem transportasi di Korea, ia memutuskan untuk pergi ke rumah unni dengan menaiki kereta bandara. Kereta yang berada di bagian bawah bandara itu memiliki pemberhentian terakhir Seoul station atau Hongik University Station. Rona menggandeng kopernya dan berjalan memasuki kereta tersebut. Hal ini juga merupakan salah satu alasan dirinya hanya membawa satu koper besar, karena meskipun menaiki kendaraan umum, ia tidak akan terlalu kerepotan saat membawanya.

            Dari Seoul station, kemudian Rona transfer ke kereta dalam kota, dan menuju pemberhentian kereta terdekat dari alamat Hee Young unni. Setelah kereta berhenti di tujuannya, ia harus berjalan kaki menaiki anak tangga untuk keluar dari stasiun kereta tersebut. Banyak arah yang ditunjukkan di stasiun kereta bawah tanah tersebut, apabila salah memilih, biasanya jalur perjalanannya akan jadi lebih jauh. Oleh karena itu, Rona dengan sangat teliti mengikuti petunjuk yang diberikan oleh aplikasi yang telah ia pasang sebelumnya. Perlu waktu yang sedikit lama karena ketelitian yang dilakukan olehnya. Sampai akhirnya ia bisa keluar dari stasiun kereta bawah tanah tersebut.

            Udara dingin berhembus kuat ke arah Rona. Musim dingin yang masih terjadi saat itu menyambut kedatangannya di Seoul. Ia merapatkan jaket karena udara dingin yang dirasakannya itu seperti pada saat dirinya memasukkan seluruh tubuh ke dalam freezer rumahnya. Suhu udara ketika itu menunjukkan angka -4°celcius. Rona merasa kedinginan, tetapi ia menyadari hal tersebut lumrah terjadi. Meskipun sudah memakai jaket tebal berlapis-lapis, badannya masih terasa dingin. Pancaran sinar matahari yang sampai di kota itu terasa hanya formalitas belaka. Tidak terasa panas dari sinar tersebut, hanya cahayanya saja yang sampai kepada setiap pejalan kaki di sana.

            Rona berjalan dan terus berjalan. Sesekali ia memasuki minimarket untuk sebentar menghangatkan badan ataupun membeli makanan ringan, mengingat perutnya belum terisi makanan sejak turun dari pesawat. Jalanan di Seoul berbeda dengan yang terdapat di sekitar rumahnya. Banyak sekali tanjakan, selain itu juga harus melalui banyak tangga. Tidak banyak penduduk Seoul yang berjalan kaki di sekitar sana, mungkin dikarenakan suhu sekitar yang membuat mereka lebih memilih mengendarai kendaraan pribadi atau hanya berdiam diri di ruangan yang memiliki penghangat.

            Aplikasi dari smartphone Rona menunjukkan kalau dirinya telah sampai di alamat yang dituliskannya. Akhirnya ia telah sampai di tempat tinggal Hee Young unni. Tempat itu terlihat seperti apartemen kecil yang ada di Korea pada umumnya. Ukurannya rata-rata, tidak besar, tetapi juga tidak bisa disebut kecil. Dari luar terlihat bagunan tersebut memiliki lima lantai. Terdapat pintu utama di bagian depan dengan kunci pengaman yang hanya dapat dibuka oleh para penyewa di apartemen tersebut. Rona yang tidak mengetahui password dari pintu tersebut hanya bisa duduk di tempat duduk yang terdapat di sebelah pintu. Sebenarnya bukan tempat duduk, melainkan susunan batu bata yang dipakai untuk memisahkan kebun kecil di depan apartemen dengan pintu masuk. Rona menunggu Hee Young unni dengan bertarung melawan udara di sekitarnya.

            Matahari mulai terbenam, unni belum terlihat melewati pintu tersebut. Rona masih belum bisa menghubungi nomor teleponnya. Ketika ada seseorang yang akan masuk ke dalam apartemen, Rona mencoba bertanya kepada mereka. Tetapi semua orang yang ia temui berkata kalau mereka tidak pernah kenal ataupun bertemu dengan Hee Young unni. Rona mulai merasa khawatir, tetapi ia berusaha berpikiran positif. Ia berencana akan terus menunggu unni disana hingga malam hari, ketika waktu unni biasa pulang dari kampusnya.

            Malam pun tiba. Rona masih menunggu di depan apartemen dengan setia. Hingga waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Hee Young unni tidak terlihat berada di sekitar sana. Karena berjam-jam telah berada diluar ruangan, Rona tidak bisa berpikiran jernih, ia kalut. Dirinya mulai berpikir kalau unni telah menipu dan meninggalkan dirinya sendirian berada di negara asing dalam keadaan suhu yang sangat dingin ketika itu. Menggunakan sedikit akal sehatnya yang masih tersisa, Rona mencari hotel atau airbnb yang buka pada jam tersebut. Usai mendapatkan alamatnya, ia mulai berjalan menuju hotel terdekat yang dapat ia temukan.

            Rona mengambil jalan pintas, jalan tercepat yang bisa ia lalui agar dapat lebih cepat sampai di hotel yang ditujunya. Angin malam ketika itu berhembus lebih kencang dibandingkan ketika siang hari. Rona tetap berjalan dengan sisa tenaga yang dimilikinya setelah lama ia pakai untuk bertahan di udara dingin. Jalanan sempit Seoul itu terasa lebih lengang, mungkin selain udara dingin, hal itu dikarenakan waktu yang telah menunjukkan hampir tengah malam. Tiba-tiba butiran es turun dari langit. Rona mendongakkan kepalanya, ia tersenyum pahit melihat salju yang mulai berjatuhan. Ia tidak menyangka, hujan salju pertama yang ia lihat adalah ketika dirinya sedang dalam keadaan mengenaskan. Berbeda dengan serial di televisi Korea yang sebelumnya ia tonton, turun salju pertama yang dilalui para karakternya menjadikan suasana lebih romantis. Adegan selanjutnya biasanya terdapat sepasang kekasih atau teman yang bertemu kembali setelah sekian lama terpisah. Agak umum memang, tetapi entah kenapa tetap bisa membuat penontonnya (khususnya Rona), terhanyut di dalamnya.

            Sedangkan dalam posisi Rona saat ini, keadaannya bertolak belakang. Ia yang telah berjam-jam berjibaku dengan udara musim dingin karena menunggu unni menjadi kedinginan tidak karuan. Ia tidak bisa lagi menghitung berapa kali dirinya menggigil dan mendekap badannya sendiri. Perut kosong yang hanya terisi dengan sedikit makanan ringan siang tadi sudah kehilangan bahan bakarnya. Badan Rona ketika itu sudah memakai semua sumber energy yang bisa diolah. Sekarang hanya tinggal tetes-tetes sisa energy yang dimilikinya. Suhu dingin di sekitar Rona yang telah membuatnya hampir mati rasa itu kini ditambah dengan turunnya salju, yang membuat udara menjadi semakin dingin. Rona tidak habis pikir dengan hari pertama yang dilaluinya di Korea saat itu. Ia tidak bisa membayangkan hal yang lebih buruk lagi terjadi kepadanya.

            Salju turun semakin lebat, Rona tetap berjalan menuju hotel tujuannya. Ketika melewati sebuah minimarket, tiba-tiba Rona tidak bisa merasakan kedua kakinya. Ditambah beberapa bagian tubuhnya mulai kaku, ia mulai sulit bernafas. Tidak membutuh waktu lama, seluruh tubuh Rona serasa membeku, lalu ia terjatuh di atas tumpukan salju. Rona masih bisa melihat sekitarnya, tetapi ia tidak bisa bergerak. Ia melihat seorang laki-laki menghampirinya, dirinya coba meminta tolong. Lelaki yang mendekat itu ternyata membuka koper Rona dan menggeledahnya, ia mencari barang-barang yang dapat dijual. Rona yang melihat pencuri di depan matanya tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan ia semakin sulit bernafas. Ia mulai kehilangan kesadarannya, dan hal terakhir yang dia lihat adalah seorang pemuda memukul pencuri yang mengambil barang dari kopernya itu. Lalu Rona pingsan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status