Share

6. Malam yang Ramai, tetapi Sepi

            Seorang pemuda melihat pengumuman penerimaan angkatan kepolisian yang baru diunggah. Ia melihat setiap nama yang tertulis, dari awal hingga akhir, tanpa berkedip, sangat serius. Tetapi nama yang dirinya harapkan tertulis di antara banyak nama itu, tidak terbaca. Ia masih tidak percaya hingga membacanya lagi, dan lagi. Tiga kali ia membaca seluruh nama yang ada, tetap tidak ada. Lalu ia menyerah dan menerima kenyataan yang terjadi. Sudah tiga tahun ia menempuh tes itu, tetapi tidak pernah mendapatkan hasil yang positif. Telah banyak usaha yang ia lakukan untuk mengikutinya, meski tanpa orang tua dan sanak saudara. Ia selalu berusaha menafkahi dirinya di salah satu kota terpadat di dunia itu, Seoul.

            Go Do Hyun, pemuda berumur 23 tahun itu sejak kecil sudah tinggal di panti asuhan. Ia tidak ingat kapan pertama kali datang kesana, tetapi para petugas panti yang telah berada disana selama lebih dari 25 tahun berkata bahwa Do Hyun datang seorang diri ketika berumur tiga tahun. Suatu pagi pada musim dingin ketika itu, seorang anak laki-laki menangis di depan pintu panti asuhan dengan menggunakan pakaian serba tebal dari atas hingga bawah. Saat ditanya siapa namanya, ia menjawab orang lain memanggilnya Go Do Hyun. Tetapi saat ditanya tentang orang tua atau siapa orang yang meninggalkan dirinya sendirian, dia tidak menjawab pertanyaan tersebut, dia hanya bisa menangis dan tidak menjawab. Seusai kejadian itu, Do Hyun kecil menjadi salah satu penghuni panti asuhan tersebut hingga SMA. Tanpa dapat mengingat siapa orang tuanya ataupun yang meninggalkan dirinya, mengapa orang tersebut tega berbuat demikian kepada dirinya dan bagaimana dirinya bisa sampai disana seorang diri. Satu-satunya informasi yang tertulis dalam selembar kertas di dalam jaketnya adalah tanggal lahir Do Hyun, yaitu empat belas Mei tiga tahun sebelumnya.

            Seusai lulus SMA, ia harus pergi dari panti asuhan karena usianya yang telah dianggap menginjak dewasa. Sembilan belas tahun merupakan umur seseorang yang sudah tidak bisa lagi dianggap masih anak kecil atau seorang remaja yang masih memerlukan pantauan orang dewasa dalam menjalani kehidupan yang dijalaninya. Tetapi sebenarnya seseorang yang menginjak umur tersebut juga belum bisa dikatakan sebagai orang dewasa. Hal ini dikarenakan masih banyak institusi yang tidak bisa mempekerjakan ataupun dapat meminjami modal usaha kepada seseorang dengan usia tersebut, dengan tanpa keahlian khusus seperti Do Hyun. Meskipun dengan berbagai hal negatif maupun positif yang membersamai umurnya tersebut, Do Hyun mau tidak mau harus tetap menerima dan menjalaninya. Mulai dari hari kelulusannya, ia harus pergi dari panti asuhan kemudian menjalani kehidupan dewasa seorang diri.

            Panti asuhan tempat Do Hyun tinggal selama lebih kurang enam belas tahun itu, sebenarnya memiliki satu orang teman yang seumuran dengan dirinya. Mereka tumbuh dan berkembang bersama saling mengisi satu sama lain sejak pertama kali bertemu. Tepatnya dua tahun setelah kedatangan Do Hyun, temannya datang dengan senyuman yang terpancar dari wajahnya. Seseorang yang bisa membuat Do Hyun merasa nyaman dan merasa memiliki teman senasib. Semua hal yang sewajarnya dikerjakan oleh seorang anak kecil hingga remaja, mereka lakukan bersama-sama. Bermain, belajar, berbagi makan siang, berbagi kenakalan, berbagi hukuman, berbagi tugas sekolah, berbagi cerita, berbagi cinta pertama, hingga berbagi mimpi, mereka lakukan berdua.

            Ketika mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, temannya tersebut diangkat anak oleh sepasang suami istri kaya. Pasangan itu tidak bisa mengasuh dua anak sekaligus, dan hanya bisa mengasuh anak yang paling tua dari panti asuhan. Karena hal tersebut, dengan berat hati kedua sahabat itu berpisah tempat tinggal. Sejak saat itu, Do Hyun hanya memiliki teman-teman panti yang lebih muda dari dirinya.

            Semenjak ditinggal oleh teman semasa kecilnya tersebut, ia baru sadar bahwa tidak ada teman lain yang dirinya punya. Selain adik-adik panti, ia tidak memiliki teman di sekolahnya. Banyak teman kelasnya tidak ingin berteman dengan Do Hyun karena ia merupakan anak yatim piatu. Sebelumnya, ia tidak pernah merasakan kesendirian itu karena ada sahabat yang selalu berada di sampingnya. Tetapi semenjak sahabatnya pergi, kekosongan tanpa seorang teman selalu menghantuinya. Bahkan saat di panti ia juga jadi merasa seorang diri meskipun masih ada anak-anak yang memiliki umur di bawahnya.

            Do Hyun yang tidak memiliki apapun setelah keluar dari panti asuhan mencoba berbagai hal untuk bertahan hidup. Ia mencoba pekerjaan kasar seperti kuli angkut bangunan. Di kota Seoul, masih banyak pekerjaan konstruksi yang dilakukan. Mulai dari pembangunan pabrik, jembatan, hotel, apartemen hingga kantor pemerintahan terus digencarkan. Tetapi hal tidak mengenakkan terjadi kepada Do Hyun saat melakukan pekerjaanya. Ketika itu ia sedang memindahkan beberapa batu bata dari dalam lift buatan ke lantai atasnya. Dikarenakan konstruksi lift yang belum kokoh sepenuhnya, membuat Do Hyun terjatuh dari lift yang sedang berada di lantai tiga, alhasil beberapa tulangnya patah dan tidak bisa melanjutkan pekerjaanya sebagai kuli angkut.

            Seusai pulih dari cederanya, Do Hyun mencoba pekerjaan sebagai petugas pengatur jalan ketika ada perbaikan jalan. Tugas kerjanya lebih sederhana, hanya mengarahkan pejalan kaki ataupun kendaraan yang hendak lewat agar berbalik arah. Awalnya berjalan lancar dan tanpa kesulitan yang berarti bagi Do Hyun. Tetapi ketika ia sedang menjawab pertanyaan dari seorang pejalan kaki, sebuah mobil melintas di jalan yang seharusnya tidak dilalui. Untungnya tidak terjadi kecelakaan atau hal membahayakan yang terjadi, tetapi karena ban mobil yang merusak beberapa bagian jalan, target waktu penyelesaian menjadi lebih lama dan merugikan pihak petugas perbaikan jalan. Karena hal tersebut, Do Hyun yang sudah bekerja selama beberapa hari tidak bisa mendapatkan upahnya karena telah lalai saat bekerja.

            Mengamati hal-hal yang terjadi dari pengalaman bekerjanya tersebut, Do Hyun merasa berkecil hati. Ia mulai merasa tidak bisa melakukan apapun. Ditambah dengan dirinya yang tidak memiliki keahlian ataupun bakat yang dimiliki, ia lebih merasa kecil daripada semua orang. Ia mulai merasa apapun yang dilakukannya serba salah dan bisa membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Hingga suatu ketika ia telah kehabisan uang, ia memberanikan diri melamar pekerjaan sebagai petugas penjaga minimarket atau convenience store yang berada di dekat goshiwon atau tempat tinggalnya. Karena pada saat itu toko tersebut memang sedang membutuhkan seorang penjaga toko, akhirnya Do Hyun diterima. Di tempat tersebut, ia mengerjakan semua tugas dengan lebih hati-hati, teliti, fokus dan profesional. Memang awalnya ia masih kebingungan dengan cara pengorganisasian dan pencatatan persediaan barang, tetapi seiring berjalannya waktu, ia semakin lihai dan paham tata kerja yang efektif. Hingga akhirnya ia bisa bertahan dan tetap bekerja disana hingga kini.

            Seiring berjalannya waktu, Do Hyun semakin berpikir bahwa ia tidak bisa terus hidup dengan uang hasil kerja paruh waktunya sebagai seorang penjaga minimarket. Kemudian ia ingat tentang mimpi yang dituliskan saat SMP bersama sahabatnya, yaitu mereka ingin menjadi seorang polisi. Suatu pekerjaan yang baik karena membantu mengurangi populasi orang jahat dengan cara menahan mereka di dalam penjara agar membuat jera hingga tidak ingin mengulangi kejahatan yang pernah mereka lakukan itu menjadi sebuah pilihan yang tepat bagi Do Hyun. Selain itu bekerja sebagai pelayan negara tersebut dapat menjanjikan uang bulanan yang cukup bahkan bisa lebih banyak untuk menghidupi dirinya. Oleh sebab itu, Do Hyun mulai belajar, berolahraga dan mempersiapkan dirinya agar dapat masuk ke angkatan kepolisian yang baru.

            Setiap tahun ia mendaftar dan mengikuti tes angkatan kepolisian tersebut, tetapi seperti pengumuman hari ini, ia tidak diterima. Awalnya ia berpikir, bahwa tidak diterimanya dia disebabkan tidak fokus dalam belajar, karena harus melakukan pekerjaan paruh waktu (alba). Karenanya untuk tahun kedua, ia memutuskan hanya fokus belajar dan meminjam uang pada lintah darat atau rentenir untuk kehidupan sehari-harinya. Sayangnya hal itu tetap tidak berhasil. Do Hyun masih tidak menjadi salah satu orang yang lulus dalam ujian tersebut. Kemudian untuk tahun ketiganya, lantaran takut tidak bisa membayar pinjaman uang kepada rentenir yang berbunga, ia berhenti meminjam dan mulai bekerja paruh waktu lagi menjaga minimarket. Lalu untuk tahun ketiganya mencoba mengikuti ujian tersebut, tahun ini, hasil yang didapat Do Hyun tetap sama yaitu ia tidak diterima di angkatan baru.

            Do Hyun sudah kehabisan uang di dompetnya. Uang hasil kerja paruh waktu miliknya hanya bisa dipakai untuk membayar uang sewa kamar kosannya (goshiwon) bulan depan. Saat ini, ia hanya bisa berdiri di depan meja kasir dalam minimarket tempatnya bekerja sambil menatap kosong ke depan. Minimarket malam itu sedang sepi pembeli, dikarenakan malam Seoul sedang dilanda udara dingin.

            Malam itu kota dengan populasi lebih dari sepuluh juta penduduk, yang kini sedang menjadi sorotan dengan budaya Korea wave-nya, tetap ramai di beberapa bagian sudut-sudut kafe ataupun tempat makan dengan pemanas udara di dalam ruangan yang terus bekerja. Suara mobil berjajar padat di jalan, langkah kaki orang pulang kerja, teriakan orang-orang yang berkumpul untuk makan bersama, obrolan pegawai kantor tentang para atasannya serta lagu-lagu kafe yang diputar untuk memikat para pengunjung memenuhi udara di sana. Hal yang sangat wajar di negara dengan budaya pali-pali atau cepat-cepatnya tersebut. Di Korea, semua harus dilakukan secara cepat, tidak boleh berlama-lama. Jika tidak, mereka akan ketinggalan.

            Dikelilingi lingkungan yang berjalan dengan super cepat itu, Do Hyun merasa berjalan sangat lambat. Meskipun terdengar keramaian di banyak tempat, ia merasa begitu kesepian. Do Hyun tidak tahu di mana letak kesalahannya. Alasannya berjalan lambat seperti itu bukan dikarenakan dirinya tidak berusaha, tetapi hasil yang didapatkannya setelah banting tulang setiap hari memang hanya sedikit. Bahkan ia tidak pernah merasakan bahwa ia sedang hidup di dunia, karena hari-harinya selalu dipenuhi dengan bekerja dan belajar. Ia tidak pernah menikmatinya.

            Do Hyun tidak tahu harus berusaha seperti apa lagi. Ia tidak mungkin kembali ke panti asuhan dan menjadi beban mereka, ataupun tetap berada disana dengan keadaan seperti itu terus. Saat ini ia tidak tahu harus bagaimana dengan hidupnya. Ia merasa sepi dan sangat tidak berguna.

            Waktu terus berjalan, malam hari semakin menghujam. Jalanan yang awalnya ramai itu menjadi lebih sepi. Do Hyun masih setia berdiri di depan meja kasir tanpa melakukan apapun. Tanpa ada pelanggan yang datang, dan semua tugasnya telah selesai dikerjakan, Do Hyun melamun. Kemudian dengan tanpa sengaja menolehkan wajahnya ke jendela minimarket yang langsung berbatasan dengan salah satu gang kecil. Ia melihat seorang gadis memakai jaket tebal dengan koper besar di tangan serta sebuah ransel di punggungnya berjalan pelan di gang tersebut. Lalu salju turun yang membuat gadis tersebut mendongakkan kepalanya. Sepintas Do Hyun melihat senyuman terukir dari wajah gadis tersebut, yang kemudian melanjutkan jalannya. Do Hyun terkejut saat tiba-tiba melihat gadis tersebut terjatuh di atas tumpukan salju. Awalnya ia ragu untuk menolong, tetapi ada seorang laki-laki yang datang dan mengobrak-abrik koper gadis tersebut dan mengambil beberapa barangnya. Tanpa pikir panjang Do Hyun berlari dan menghajar lelaki tersebut. Usahanya rajin berolahraga tidak mengecewakannya, laki-laki yang ketakutan setelah mendapat pukulan dari Do Hyun segera mengembalikan barang yang diambilnya dan berlari tunggang langgang.

            Do Hyun tersenyum lucu melihat cara berlari laki-laki yang telah dipukulnya tersebut. Kemudian ia langsung membopong gadis yang terjatuh di atas salju tadi dan membawanya ke dalam minimarket. Ia segera menghubungi ambulans di nomor 119. Usai memastikan kedatangan para petugas medis, Do Hyun mengambil beberapa hot pack dan memakaikannya kepada gadis tersebut, berusaha agar badan gadis yang terasa kaku saat di gendongnya tadi menjadi lebih hangat. Ketika ambulans datang, Do Hyun diminta untuk ikut menemani gadis yang ditemukannya itu sebagai perwakilan walinya. Karenanya, Do Hyun terpaksa menutup minimarket sedikit lebih cepat daripada jadwal yang telah ditentukan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status