Home / Fantasi / A Wandering Star / Part 7: Kenyataan Pahit

Share

Part 7: Kenyataan Pahit

Author: M.D.Samantha
last update Last Updated: 2021-06-10 16:13:31

Gadis tersebut berjalan lurus, lalu turun ke sebuah stasiun kereta MRT sambil masih menuntun sepedanya. Higiri mengikutinya. Gadis tersebut terlihat memilih rute tertentu, dan membayar tiket kereta MRT-nya dan berjalan menuju tempat pemberhentian kereta, sambil berdiri. 

Terdengar beberapa pengumuman stasiun, namun tatapan gadis tersebut tetap kosong. Setelah beberapa menit, sebuah kereta MRT berhenti, gadis tersebut terburu-buru masuk. Higiri tetap mengikutinya juga terburu-buru. Beberapa stasiun lewat, gadis tersebut benar-benar hanya menatap ke bawah, dengan pandangan kosong. Higiri, antara penasaran dan kasihan, apa yang terjadi pada dirinya? Apakah benar gadis ini, Kenta? 

Kereta MRT tersebut lalu berhenti di sebuah stasiun. Gadis tersebut lalu beranjak turun, lalu melewati tangga naik, lalu keluar dari stasiun kereta MRT. Ia berjalan kaki sendirian sambil menuntun sepedanya. Langkahnya mulai lesu. Melewati beberapa toko, lalu menuju jalan setapak, tibalah ia di sebuah rumah yang terletak di tengah jalan. 

Rumah tersebut tampak mempunyai dua lantai, namun tidak besar. Tetangga di sebelah kanan dan kirinya juga tinggal sendirian, bahkan di depannya, ada rumah kosong yang tidak dihuni sama sekali. Nampaknya si gadis juga tinggal sendirian. Rumah tersebut bercat putih, dan kecil luasnya. Hanya ada pagar dan tiga langkah saja, sudah pintu masuk. Di sebelah pintu masuk, ada sebuah taman kecil, yang sama sekali tidak ada tanaman apapun, hanya ada bangku dan meja kosong yang kotor. 

Gadis tersebut masuk ke dalam rumah tersebut lalu memarkir sepedanya di depan. Di sini, Higiri berhenti, lalu mengangkat tangan kanannya dan membuka telapak tangannya. Sebuah tongkat panjang berwarna merah tiba-tiba saja muncul – kita bisa menyebutkan tongkat nada, karena tongkat tersebut bisa mengeluarkan kekuatan dari alunan-alunan nada yang bisa dijadikan sihir – Higiri mengayunkan tongkat tersebut di salah satu dinding rumah gadis tersebut. 

Ia menggunakan kekuatan magisnya. 

"Kutandai saja, takut salah jalan, atau kemungkinan besar aku akan lupa," gumamnya, lalu melihat-lihat sebentar rumah tersebut, dan mulai berjalan kembali. 

Dalam setiap perjalanannya, Higiri terus menerus berpikir apakah benar ia gadis tersebut, Kenta? Hatinya memang senang, namun keraguan besar justru mulai muncul. 

Ponselnya terus menerus berdering, Ichigo nampaknya terus menerus memberikannya pesan, namun Higiri tidak pernah membalasnya, bahkan satu kalipun, tidak pernah. Di sepanjang perjalanannya pulang, Higiri hanya terus berpikir apa yang terjadi pada gadis tersebut? Apakah dia yatim piatu? Apa yang terjadi pada orangtuanya? Apakah selama sepuluh tahun ini, ia tidak punya teman?

Apakah ia pindah dari desa, ke kota besar ini? Banyak, banyak sekali pertanyaannya. Wajah Higiri sendiri penuh rasa penasaran, namun juga kebingungan. Ada keinginan, ingin sekali langsung berbicara dengan gadis tersebut, namun tidak mungkin. 

Pertanyaan terus berulang di kepala Higiri dan seolah ingin sekali mendapatkan jawabannya. Ketika sampai di kamarnya, Higiri hanya bisa menghela nafas panjang. "Aku menemukannya, langit terasa berwarna biru di dalam hatiku, namun kemungkinan, langit berwarna gelap untuknya. Aku akan mencoba, mengikutinya mulai sekarang, pelan-pelan mengenalkan diriku kepadanya. Waktuku tidak banyak. Sama sekali sempit, namun jika tidak dicoba, aku tidak akan tahu, apakah dia mengingatku, atau tidak."

Langit malam, masih agak biru, biru dongker yang cerah. Namun sepertinya semakin lama, semakin gelap, karena malam mulai menyelimuti. Hari ini memang membuat Higiri senang, namun dalam hati terdalam, banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada gadis tersebut. Sangat banyak. Malam mulai menampakan wujudnya. Malam itu, Higiri tidur dengan penuh pertanyaan di kepalanya. 

Paginya, Higiri memulai lagi kegiatannya kemarin, namun kali ini, ia memulai sangat, sangat pagi sekali, langsung menuju ke rumah gadis tersebut. Terlalu pagi dan belum ada bus dan MRT. 

Dengan tongkat magisnya, Higiri membuat sebuah lorong. Ia melayang di dalamnya, sangat cepat, menuju ke rumah gadis tersebut. Melewati banyak rumah, pohon, dan jalanan. Tentu saja tidak ada manusia yang bisa melihat terowongan ini, karena ini adalah lorong magis! 

Setelah beberapa waktu melayang, lorong magis tersebut berhenti di depan rumah si gadis kemarin. Higiri lalu menutup lorong tersebut dengan tongkat magisnya, lalu setelahnya, tongkat tersebut menghilang. 

Higiri berjalan mencari persembunyian, seperti tiang listrik, ia ingin mengetahui di mana gadis tersebut sekolah. Menanti matahari yang pelan sekali tingginya, tiba-tiba saja, gadis tersebut keluar dari rumahnya, lalu berjalan menuju stasiun kereta MRT kemarin, namun kali ini ia tidak membawa sepedanya. Higiri mengikutinya kali ini, secara diam-diam di belakang gadis tersebut. Gadis tersebut masih menatap sekelilingnya dengan tatapan kosong dan kebanyakan hanya melihat jalanan saja. 

Setelah melewati beberapa stasiun kereta MRT, ia turun dan berjalan pelan menaiki tangga, keluar stasiun. Nampaknya ia tidak pernah naik bus menuju ke sekolahnya setiap pagi, hanya sesekali waktu ketika ia tidak memakai sepedanya. Gadis tersebut berjalan kaki, namun sekolahnya agak jauh. 

Sesekali, ia menghela nafas dan mendesah kelelahan. Setelah berjalan agak jauh, sampai juga di sebuah sekolah swasta. Terlihat sekelompok gadis berjumlah enam orang yang berada di gerbang sekolah, sepertinya sudah menunggu gadis tersebut dari tadi, lalu mereka menghampirinya, dengan tatapan sinis. Higiri mengamatinya dari jarak agak jauh namun tidak terlalu dekat juga. 

"Hei, apakah kau sudah mengerjakan seluruh tugas kami?", tanya salah satu gadis tersebut, sepertinya dia adalah kepala geng di sana. 

"Aku, aku sudah mengerjakannya..." jawab gadis berambut biru tua itu. 

Nampak beberapa gadis mulai merebut paksa tasnya, hingga ia terjatuh. Higiri yang melihatnya, hendak menolong, namun Higiri mengurungkan niatnya karena, tiba-tiba saja seorang gadis menampar wajah si gadis berambut biru tua tersebut.

"Apa-apaan ini? Hanya segini saja? Ya ampun, tugas kami ada enam, dan kau belum mengerjakan punyaku? Hanya milikku yang belum kau kerjakan?? Kau cari mati saja!" seru gadis pemimpin tersebut sambil melemparkan sebuah buku tugas ke arah gadis berambut biru tua tersebut. 

Sambil berlutut, gadis berambut biru tua tersebut menjawab, "Aku, aku tidak bisa menyelesaikannya, aku bahkan tidak tidur semalam hanya demi mencari jawabannya dan menyalin ulang ke buku kalian, aku tidak tidur!" 

Seorang gadis lalu menghampirinya, dan menaikkan dagu si gadis berambut biru tua tersebut dengan kasar menggunakan tangan, "Ada baiknya kau selesaikan tugas-tugas sekolah milik ketua kita.., atau ia akan menyiksamu nanti!" 

Higiri mengepalkan tangannya, hendak berjalan ke arah gadisnya, namun lagi, seorang gadis yang nampaknya adalah anggota geng tersebut, sepertinya mulai berbicara kasar kepada gadis berambut biru tua tersebut. 

"Kau harusnya sadar, dasar yatim piatu. Nama belakang saja kau tidak punya. Kasta paling rendah, kau hanya bisa jadi pembantu saja, kenapa harus kau sekolah di sekolah elit ini? Oh, bagaimana kalau kita jadikan Kenta sebagai pesuruh? Ketua, kau tidak perlu lagi ke kantin, biarkan saja Kenta yang membawa makananmu! Harusnya dia berterima kasih sudah kau berikan masuk ke dalam grup ini!" 

M.D.Samantha

revisi pertama, sedikit koreksi dan alur cerita yang diperjelas.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • A Wandering Star   Bonus part: Kisah yang Terlupakan 2

    Higiri kecil hanya bisa terdiam, ia lalu membalas lagi ibunya, “Ibunda, aku akan segera masuk dan melanjutkan makananku, pemandangan di sini sangat luar biasa. Aku akan memandangnya sebentar, boleh?" Ibunya lalu mengangguk sambil menjawab, “Baiklah aku akan menunggu di dalam, jangan terlalu lama, oke?" Lalu Higiri kecil melihat ibunya masuk ke dalam rumah makan tersebut, namun Higiri kecil sendiri masih melihat sekitarnya, berharap gadis kecil itu akan datang lagi, ia sangat penasaran dengan gadis kecil tersebut. Tiba-tiba saja, seorang wanita bertopi agak lebar dan panjang, menghampirinya, lalu berlutut di hadapan Higiri kecil sambil tersenyum. “Apakah kau mencari gadis kecil berambut biru tua dan mempunyai bola mata biru langit?” tanya wanita tersebut. Higiri kecil mengangguk. Wanita tersebut tersenyum semakin lebar. “Ia pergi ke arah sana, ia sedang menuju ke sebuah ladang di mana bunga-bunga matahari mulai tumbuh besar, dan ia hendak mengambil biji bunga-bunga matahari tersebu

  • A Wandering Star   Bonus Part: Kisah yang Terlupakan 1

    Suatu hari yang cerah, di halaman belakang rumah Kenta yang berada di Dunia Manusia, nampak Higiri, X, Ahr, Westo dan Nozomi sedang berkumpul bersama sambil menikmati hidangan kecil bersama teh. Mereka sedang menikmati teh dan cemilan di sore hari, sementara Kenta sendiri sedang tidak ada di rumahnya, karena sedang menemani Putri Aoi di suku Harmoni. Higiri lalu memulai pembicaraan. “Hei, X, apakah selama ini kau, dan kalian semua, berpikir bahwa Ratu Angel sudah menjodohkan diriku dan Kenta, sejak kami masih kecil?” tanya Higiri.X lalu menatap Higiri dan membalas, “Tentu saja, tidak mungkin Yang Mulia Ratu Angel akan membuat Kenta mencari jodohnya sendiri? Kemungkinan besar perang yang ada di Dunia Musik, tidak akan pernah berhenti, sepertinya." Higiri lalu tersenyum kecil. “Ada apa? Apakah ada yang salah? Atau jangan-jangan X sebenarnya hanya mengarang cerita saja?" tanya Nozomi. Higiri menghela nafasnya dalam-dalam. Kali ini, ia mulai serius. “Ratu Angel tidak pernah menjodohk

  • A Wandering Star   Part 92: Finale

    "Kenta!! Kenta!!! Kenta, apa yang terjadi!! Tunggu, aku akan panggilkan perawat!!" seru Higiri, namun, Kenta langsung menarik lengan baju Higiri dan menggelengkan kepalanya. Masih dengan darah yang mengalir dari mulutnya, Kenta lalu berusaha berbicara dengan pelan, "Higiri, melihatmu saja sudah cukup." Higiri khawatir mendengar pernyataan Kenta tersebut, dan membalas, "Kau, kau kenapa!! Tolong jangan menyembunyikan apapun dariku lagi!! Kau membuatku menderita, membunuhku dengan rasa penasaran!! Kenta! Katakan kepadaku, apa yang terjadi!" Kenta tersenyum kecil, lalu membalas Higiri pelan, "Maafkan aku. Dadaku sering terasa sakit beberapa minggu ini. Paman X berkata bahwa kemungkinan besar energi yang terlalu kuat, yang berasal dari dalam diriku, waktu itu, termasuk energi yang kuhabiskan untuk mempertahankan kehamilanku yang sangat menguras tenaga, dan juga kelahiran anak-anak kita yang sangat berat. Semakin lama, badanku sendiri semakin tidak kuat, terlebih lagi, aku sudah lama tid

  • A Wandering Star   Part 91: Masih Belum Selesai

    Part 91: Masih Belum Selesai Higiri yang terlihat mengenakan pakaian formal, masuk ke ruangan utama sambil menggandeng Kenta yang terlihat cantik menggunakan gaun formal untuk acara itu, lalu mereka menaiki tangga menuju panggung utama. Sesampainya di atas panggung utama, Higiri lalu menghadap para tamu, lalu berbicara dengan suara lantang, "Para tamu terhormat sekalian, aku, Hijiribashi Higiri, raja dari suku Harmoni, ingin menyampaikan permohonan maaf yang sangat, sangat, sungguh besar, dari dalam hatiku, karena tiga tahun ini aku berduka, mengira bahwa setelah kejadian yang dahsyat itu, istriku sudah tidak ada, dan ia dalam kondisi hamil saat itu. Karena kesedihan yang besar sekali, aku menutup rapat hatiku, pikiranku, hingga istana suku ini. Aku merasakan kesedihan yang amat mendalam tiga tahun ini. Namun beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan istriku, Kenta, di dunia manusia, dan ternyata selama ini ia berhasil menyelamatkan dirinya, aku sangat berterima kasih kepada Ratu suku

  • A Wandering Star   Part 90: Kebahagiaan yang Kembali

    Higiri kesal sekali mendengar cerita itu, lalu berkata, "Mengapa tidak ada yang memberitahuku? Sampai aku mengira kau sudah hilang menjadi debu!" Kenta tersenyum kepada Higiri, dan membalas, "Paman-pamanku sendiri saja, baru terbangun, setelah hampir sebulan pemulihan di ruang musik. Para pelayan bergantian bernyanyi di sana. Mereka langsung berusaha mengunjungimu namun wilayah sukumu sudah tertutup untuk semuanya. Ketika aku sudah sadar, dan mereka bercerita seperti itu, aku tidak percaya bahwa kau menutup akses masuk bagi semua orang yang ingin menuju ke wilayah suku Harmoni, sendirian. Namun, para prajuritmu berjaga di sana dan mengatakan bahwa kau tidak menerima tamu bahkan aku." Kenta lalu menangis, Higiri memeluknya dengan erat, lalu Higiri mengeluarkan tongkat magisnya dan mulai menggoyangkan tongkat itu. Sebuah kotak coklat lalu muncul di atas tangan kanannya. Higiri lalu bertanya, "Lalu mengapa kau merahasiakan ini dariku?" Kenta terkejut, lalu menjawab, "Maafkan aku, aku

  • A Wandering Star   Part 89: Rencana yang Tidak Diinginkan

    Anak perempuan itu tiba-tiba menunjuk ke arah Higiri, lalu berteriak, "Ah!! Ibu, siapa paman itu?" tanyanya lalu menoleh ke arah dua kakak laki-lakinya, dan terlihat bingung. Kenta tersenyum menatap anak perempuannya itu, lalu berjalan menghampirinya, berlutut dan bertanya, "Ah, iya, Aoi, apa kau ingat ketika kau bertanya di mana ayahmu?" Kenta ternyata berhasil mempertahankan kehamilannya dan melahirkan tiga orang anak kembar, dan satu-satunya anak perempuan, bernama Aoi. Kedua anak laki-lakinya masing-masing bernama Kenzo dan Hikaru. Aoi menatap ibunya dan membalas, "Hmm, iya! Namun, ibu selalu mengatakan ayah sedang sibuk dan akan kembali, nanti." Aoi lalu bersedih. Kenta lalu menoleh ke arah Higiri, dan menunjuknya, sambil berkata kepada ketiga anaknya, "Ah, ayahmu sudah kembali. Aoi, Kenzo, Hikaru, pria yang di sana itu, adalah ayah kalian!" "Ayah? Benarkah itu ayah?" tanya salah satu anak laki-laki yang bernama Kenzo. Kenta mengangguk sambil tersenyum. “Ayah sudah kembali d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status