Share

Chapter 4

Penulis: Puan alf
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 18:50:50

      Gladis mengerutkan dahinya dan menatap Arsen. "Kau tidak tau aku siapa?" tanyanya.

    Arsen menggelengkan kepalanya. "Aku bahkan tidak ingat siapa diriku. Kau siapa? Ini di mana? dan Aku kenapa?" cecar Arsen penuh kebingungan.

    Gladis tertegun selama beberapa saat hingga pada akhirnya ia langsung berlari keluar untuk menghubungi dokter.

    Tak lama kemudian, dokter dan beberapa perawat pun datang memeriksa Arsen dan juga memberikan beberapa pertanyaan. Setelah itu dokter pun mengajak Gladis untuk bicara di ruangannya. 

    "Teman Anda mengalami amnesia. Ini pasti karena benturan yang sangat keras di kepalanya."

    "Ap-apa bisa sembuh seperti semula? Apa dia bisa kembali mengingat semuanya?" tanya Gladis khawatir.

    Dokter menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. 

    "Bisa, tentu saja bisa. Biasanya pasien akan diberikan terapi okupasi."

    "Terapi ok-okupasi itu, apa?" tanya Gladis.

    "Terapi okupasi ini adalah terapi yang  dilakukan agar penderita amnesia bisa mengenal informasi baru serta membantu penderita untuk bisa memanfaatkan ingatan yang masih ada. Bisa juga dengan memberikan suplemen dan yang paling penting adalah suport dari keluarga," kata dokter menjelaskan. 

   Gladis menganggukkan kepalanya tanda mengerti. 

    "Baiklah kalau begitu, Dok. Terima kasih banyak," kata Gladis.

     Gadis cantik itu pun segera meninggalkan ruangan dokter dan kembali ke kamar perawatan Arsen. Tiba-tiba saja ia mempunyai rencana supaya Arsen tidak harus mati dan proyek besar  bisa menjadi kemenangannya.  

    "Apa kamu tidak ingat apa-apa?"  tanya Gladis pada Arsen.

   "Tidak," jawab Arsen dengan wajah polosnya. Lelaki tampan itu tampak sekali kebingungan.

   "Bahkan siapa namamu sendiri kau tak ingat?"

    "Aku? tidak tau," jawab Arsen sambil menggelengkan kepalanya.

    Gladis seketika meraung membuat Arsen bertambah bingung.

    "Hei, kenapa kau menangis? Duh, sebenarnya aku ini siapa? Dan kau juga siapa?" tanya Arsen lagi.

    "Ja-jadi, kau adalah Arsen Mahavir Adyatama,  kau mengalami kecelakaan kemarin dan terjadi benturan keras di kepalamu. Tanganmu juga patah," jelas Gladis mencoba memberi tau apa yang telah terjadi kepada Arsen.

   "Lalu kamu siapa?" tanya Arsen kepada Gladis.

    Gladis mengembuskan napas perlahan dan perlahan menghapus air matanya.

    "Aku, Gladis Maira Putri, calon istrimu,"  jawab Gladis mencoba meyakinkan Arsen.

    "Kau calon istriku?" ulang Arsen meyakinkan dirinya sendiri sambil mengamati penampilan Gladis .

    "Lalu, bagaimana aku bisa kecelakaan?" tanya Arsen lagi.

    "Semalam , kita bertengkar karena perusahaanmu dan juga perusahaan tempatku bekerja memperebutkan tender yang sama.  Lalu, kita tadinya berencana untuk melepaskan penat di sebuah club malam. Tapi, di jalan mendadak kau membahas kembali pertengkaran kita, lalu aku marah dan ngotot minta turun. Karena aku mengancam akan melompat, kau berhenti  begitu saja di tengah jalan. Dan saat aku turun, dari belakang sebuah truk yang ngebut menabrakmu ... dan, ka-kau-" Gladis kembali menangis sedih.

    Tak di sangka, Arsen membelai lembut kepala gladis. Tanda bahwa dia mulai bersimpati dan percaya kepada Gladis. Gladis bersorak dalam hati lalu mendongak menatap Arsen. 

    "Maafkan keegoisanku," kata Gladis . Dia mencubit pinggangnya sendiri agar merasa sakit. Dan air mata palsu pun mengalir berkat usaha yang Gladis lakukan.

    "Tenanglah, jangan ceritakan lagi jika itu membuatmu sedih," kata Arsen yang tengah percaya dengan drama yang dimainkan Gladis.

    "Maafkan aku, membuatmu khawatir dan maafkan aku telah membuatmu bersedih," sambung Arsen sambil mengusap air mata palsu di pipi Gladis dengan lembut.

    "Hemm," jawab Gladis yang masih pura pura bersedih.

    "Kamu juga jangan bersedih, aku akan membantumu agar segera pulih dan kembali seperti sedia kala," ucap Gladis lagi.

     Sementara itu, di tempat lain Kevin tampak kebingungan. Semalam Arsen keluar entah ke mana. Ia hanya mengatakan ingin mencari udara segar. Tetapi, sampai siang belum juga tampak batang hidungnya. 

    "Aduh, tau bakal menghilang begini, semalam aku ikut ke mana dia pergi. Mana ponselnya juga mati lagi, aduuuh ...."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • A girl is a gun   Chapter 76

    Kevin membuka lebar pintu ruang rapat yang masih ricuh. Terlihat Melinda hanya menunduk saat dimaki oleh salah satu pemegang saham. Sejurus kemudian semua mata yang ada disana melihat kearah Arsen. Tak terkecuali Melinda yang langsung tersentak melihat Arsen berdiri di ambang pintu. "A-arsen?" gumamnya. Begitu bos arogan itu masuk dan memposisikan dirinya di hadapan semua orang. Dengan wajah serius, dia memandangi orang-orang yang beraada di hadapannya, beberapa saat kemudian, ia melihat beberapa lembar kertas berisi laporan bulanan. Tiba-tiba saja Arsen meminta maaf. "Kepada direktur dan pemegang saham yang terhormat! Saya sangat menyesal atas apa yang terjadi hari ini dengan permintaan maaf yang tulus." Arsen lalu membungkuk di hadapan semuanya. Hal tersebut membuat semua orang yang mengetahui sifat aslinya terheran-heran, termasuk Kevin dan Melinda. Bagaimana bisa seorang Arsen A

  • A girl is a gun   Chapter 75

    Tanpa bosa-basi lagi, mereka berdua segera pergi ke kantor. Sementara keadaan di kantor sedang ricuh karena rapat bulanan para pemegang yang mulai curiga karena hasil pembagian profit tidak sesuai dengan uang yang masuk. Mereka menanyakan kemana Arsen sebenarnya. [Arsen sudah kembali! Bersiap-siaplah] Isi pesan singkat di ponsel Melinda dan CFO perusahaan saat mereka masih rapat dari seseorang. Begitu membaca pesan tersebut, wajah gadis bermata sipit itu langsung berubah menjadi pucat pasi. Obrolan orang-orang disekitarnya seolah-olah hanya angin lalu. Dengan badan gemetar, CFO perusahaan beringsut keluar dari suasana ruangan yang masih ricuh. Melinda duduk mematung dengan tatapan mata kosong. Pikirannya menjadi kosong seperti terhipnotis. Salah satu pemegang saham meninggikan nada bicaranya, menuduh Arsen dalang dibalik semua kerugian yang terjadi. Karena memang faktanya, semua kesenja

  • A girl is a gun   Chapter 74

    Saat Gladis menciumnya, ketika mereka menghabiskan malam bersama. Memberi perhatian untuknya, mencubit tangannya waktu terasa sakit, momen dimana pertama kali Arsen bertemu Gladis di Rumah sakit sampai Arsen mengingat tentang benturan keras saat dirinya di dalam mobil. Seketika itu juga, Arsen langsung tersadar dan sudah berada di Rumah sakit. Sebelumnya, saat pekerjaannya hampir selesai, Gladis ditelepon seseorang dengan nomor yang tak dikenal. Gladis menyipitkan mata saat melihatnya. Awalnya dia ragu untuk menerima telepon dari nomor rumahan tersebut. "H-halo ...." "Halo selamat siang, ini dari rumah sakit ... Apa benar ini Gladis? Nomor anda tersimpan di kontak darurat milik pasien atas nama Arsen Adyatama." Deg! Benar perasaan Gladis yang sedang tidak nyaman dan gelisah dari tadi. Pihak rumah sakit memberi tahu jika Arsen mengalami kecelakaan jatuh dari tangga dengan kondi

  • A girl is a gun   Chapter 73

    "Kirimkan lokasinnya sekarang! aku akan segera menuju kesana!" ucap Kevin saat ditelepon oleh orang yang dia sewa. Melinda sangat heran saat melihat gelagat Kevin yang sangat gugup. Dia berusaha mengejar Kevin sambil berteriak, "Kevin tunggu!" Sayangnya, Kevin tidak menggubris suara Melinda karena dia juga diberi tau jika Arsen dalam bahaya. Gadis bermata sipit itu terus mengejarnya sampai ke basement parkiran mobil. Dengan cepat, sebelum Kevin masuk kedalam mobil, dia menarik lengan pria tersebut. "Tunggu! Ada apa?" "M-maaf nona, saya buru-buru!" Kevin melepas genggaman Melinda dan masuk kedalam mobil. Tanpa menoleh lagi ke arah melinda, dia langsung menancap gas. Sementara Arsen masih menganalisa keadaan sekitar. Berusaha mencari celah jalan keluar. Sadar, orang-orang yang mengikuti tau bahwa Arsen mengetahui jika sedang diikuti. Mereka semakin me

  • A girl is a gun   Chapter 72

    Begitu Arsen duduk, dia berkata dengan wajah serius, "Jawab aku dengan jujur!" Gladis mengerutkan dahinya dengan mulut sedikit terbuka. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba Arsen berbicara seperti itu. Bahkan bukan ucapan selamat malam ataupun sekedar say hay. "Mengapa kamu bisa secantik ini?" Pertanyaan Arsen disambut gelak tawa oleh Gladis. Gadis cantik itu sudah berfikir yang tidak-tidak. "Apaan sih? receh banget." Gladis melirik ke arah pengunjung restoran lain. Mereka saling curi-curi pandang terhadap Arsen, namun sayang yang diperhatikan hanya memandang satu wanita di depannya. "Kamu juga. Bisa gak sih? tampannya disimpan aja!" Gladis membalas ucpan Arsen. Tak berselang lama, makanan yang dipesan sudah siap tersaji. Mereka berdua menikmati makanan itu. Saat sedang makan, Arsen melihat ada pasangan lain yang sedang suap-suapan dengan mesranya. Sejurus

  • A girl is a gun   Chapter 71

    Pada akhirnya pria tua itu menandatangani satu berkas berisi perjanjian pembagian profit keuntungan. Dia membubuhkan tanda tangannya di atas materai. Melinda selalu memasang senyum ramahnya. sampai pada akhirnya, pria tua itu pergi dan Melinda langsung menelpon CFO perusahan. "Mangsa lama kembali memakan kail yang terpasang," ucapnya sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya. Sementara itu, Gladis dan Jenni sedang istirahat di kantor. Mereka membicarakan tentang perkembangan kerja sama antara Anthem dan Adyatama. Saat di tengah-tengah obrolan, Jenni teringat tentang ucapan teman lamanya waktu reuni tempo hari. Kata tunangan yang terlintas dibenaknya. Ingin sekali ia memberitahukan hal tersebut kepada Gladis. Namun melihat kedekatan sahabatnya itu dengan Arsen, membuatnya tak tega untuk mengungkapkan kebenarannya. Gladis melihat cara memandang Jenni tidak seperti biasanya, membuat dirinya penas

  • A girl is a gun   Chapter 70

    "Jangan terlalu percaya kepadaku! Aku tak sebaik dugaanmu, aku takut suatu saat nanti kamu akan terluka dan membenciku .... Selamat pagi." Setelah berbicara seperti itu, Arsen mendaratkan satu kecupan di jidat Gladis. Sedangkan Gladis sendiri tertegun karena saat sedang mendengarkan ucapan Arsen tiba-tiba ia dicium. Pagi itu, dia bersiap pergi bekerja seperti biasanya. Beberapa saat kemudian, Jenni datang untuk menjemput Gladis. Mereka bersiap untuk berangkat bersama. Di jalan Jenni bertanya kepada Gladis tentang keberangkatannya besok dan tentu saja, tentang steve yang besok harus berangkat ke luar negeri. "Dia bilangnya besok, tp kemarin pagi dia langsung berangkat. Gak tau deh kenapa?" "What?! Eh, tapi kok loe bisa tau?" "Tadi bokap call pake nomornya dia." Jenni terbelalak tak percaya. Dia benar-benar kecewa karena Steve tidak be

  • A girl is a gun   Chapter 69

    Arsen mengerutkan dahinya. Memahami setiap kata yang diucapkan oleh Mateo. Semuanya memang benar, tapi apa yang harus ia katakan dengan jujur? Semua membuatnya bingung. "Maksud tuan?" "Kau butuh uang berapa?" Arsen semakin bingung dengan ucapan pria paruh baya tersebut. Dirinya tidak membutuhkan uang. Selama ini kebutuhannya selalu dicukupi oleh Gladis. Sejenak Arsen memalingkan pandangannya, tidak berani menatap layar ponsel yang berada di hadapannya. "Maksud anda? Ah, maaf tuan, saya tidak mengerti. Tapi ... Saya hanya ingin bersamanya!" "Sudahlah, katakan kepadaku berapa banyak yang kau inginkan jika meninggalkan putriku!" Arsen menoleh kebelakang, melihat pintu kamar yang Gladis tempati. Masih tertutup rapat tandanya gadis yang sedang dibicarakan masih tertidur. Tidak ingin Gladis mendengar pembicaraan dengan ayahnya, Arsen memut

  • A girl is a gun   Chapter 68

    Melinda gelagapan dengan pertanyaan CFO tersebut. Dia tidak menyangka akan diragukan oleh partnernya. Sejauh ini dirinya sendiri juga tidak memikirkannya. Karena perbuatannya tidak ada yang mencurigai sampai pada rapat pemegang saham waktu lalu. "Jika aku terseret masalah, maka aku juga akan membawamu!" CFO itu mengancam Melinda. Dengan mata terbuka lebar dan alis yang hampir menyatu, melinda menjawab dengan ketus ucapannya. Dia meyakinkan jika mereka tidak akan terkena masalah jika CFO tersebut tidak berbuat yang aneh-aneh. Pagi hari, suasana di hotel tempat Reska dan Jenni menginap sangat tenang. Tetapi berbanding terbalik dengan kondisi kamar yang mereka huni. Kedua sahabat itu masih saja menyalahkan satu sama lain tentang kejadian yang mereka lalui, walaupun itu hal sepele. Seperti saat ini, ketika ingin pulang dan berangkat kerja, Reska ingin menumpang dengan Jenni karena dia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status