Share

Bab 2

"Kakak bisa kan bantuin Felly mencari laki laki yang mau menikah sama Felly? Asal jangan trio Kwek kwek itu." Gadis itu kini menatap lekat pada sosok laki laki di depannya. laki laki yang sudah ia anggap sebagai seorang kakak kandung, yang mana selama ini selalu ada untuk nya, menemani nya dan selalu menghibur nya setiap saat.

"Felly, jangan gegabah. Jangan berpikiran cetek, menikah itu bukan hal yang mudah. Bukan juga untuk main main nan—" ucap Aiden namun terhenti karena di potong oleh Felly.

"Felly tau kak,  maka dari itu bantu cari laki laki yang benar benar bisa menerima kekurangan Felly dan mau bersabar membuat Felly jatuh cinta lagi," kata Felly lirih seraya menundukkan kepala nya.

"Astaga Fell, tapi siapa?" tanya Aiden frustasi sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Selama ini, laki laki yang dekat dengan Felly hanyalah para sahabat adik ipar nya. Jo, Herry juga Alvin. dan rasanya, Aiden juga tidak mungkin rela jika sampai Felly akan jatuh ke tangan laki laki seperti mereka.

Ceklek!

Pintu ruangan kembali terbuka, Fahmi dan Leona masuk dengan membawa beberapa map mungkin hasil dari pemeriksaan Felly.

"Mah, Pah Felly mau menikah!" ucap Felly dengan tegas dan lantang seketika membuat langkah Leona dan Fahmi terhenti.

"Me—menikah?" tanya Leona mengulangi ucapan Felly.

"Iya, dan Felly mau menikah sama Kakak!" ucap Felly yakin.

"Hah!" pekik semuanya terkejut begitupun dengan Aiden yang langsung membulatkan matanya dengan sempurna.

"Sayang—" kata Fahmi hendak mendekati Felly namun di tahan.

"Papa jangan mendekat! Kalau Papa gak mau menikahkan Felly sama Kakak. Lebih baik Felly mati!" jerit Felly.

"Fel, jangan begini! Kenapa harus kakak? Kamu tadi bilang minta di carikan, oke nanti kakak akan kenalin kamu sama rekan bisnis kakak bagaimana?" tawar Aiden, walau sebenarnya ia senang bila harus menikah dengan Felly namun kembali lagi, ia masih ingat status keluarga nya kini.

"Bahkan, kakak juga gak kau menikah sama Felly hiks hiks hiks. Felly memang orang jahat! Makanya tidak ada yang mau sama Felly hiks hiks. Pergiiii!" teriak Felly tiba tiba, ia kembali histeris dan menjambak rambut nya sendiri.

"Felly," 

"Sayang!" pekik Fahmi dan Aiden bersama.

Aiden pun langsung memeluk Felly dan melepaskan tangannya dari rambut. Kini infus di tangan Felly sudah berubah warna menjadi merah akibat pergerakan Felly sendiri.

"Lepasin! Gak ada yang mau sama Felly! Kakak juga gak mau, kakak sama kaya Vier, kakak pasti benci sama Felly makanya gak mau. Felly jahat, Felly kejam dan Felly pembunuh! Yah tidak akan ada yang mau sama pembunuh hahahaha!" Aiden semakin megeratkan pelukan nya, ia bahkan sampai ikut menitikkan air mata setiap kali melihat keadaan Felly seperti ini.

Felly sangat rapuh saat ini. Memang sangat sulit melupakan orang yang selalu bersama setelah 10 tahun. Bahkan persiapan pernikahan mereka sudah hampir selesai, tapi nyatanya bukan dia yang menjadi mempelai melainkan wanita lain. Berulang kali Felly berusaha kuat dan tegar, namun cinta yang terlalu besar itu sudah berubah menjadi obsesi, dan kini ia menuai sendiri akibat dari obsesi nya itu.

"Iya oke, kakak akan menikahi kamu!" ucap Aiden tegas seketika membuat tangis Felly berhenti.

"Aiden!" seru Fahmi dan Leona bersaman.

"Om, Tante bukankah di antara kami tidak ada ikatan darah? Berarti kami bisa kan menikah?" tanya Aiden.

"Tapi Aiden, mami kamu sama Tante itu kakak adik! Kalian gak bisa menikah! Kalian itu adik kakak," ujar Leona.

"Tapi Aiden bukan anak kandung Mami. Jadi Aiden masih bisa menikahi Felly," ucap Aiden yakin.

"Lebih baik jangan! Om tidak mau putri Om semakin terluka nanti karena keluarga Pranata!" ujar Fahmi datar namun tegas.

"Aiden janji tidak akan menyakiti Felly. Aiden akan membuat Felly bahagia dan sembuh dari luka ini," ucap Aiden menggenggam tangan Felly.

Nyaman dan hangat, itulah yang Felly rasakan saat ini. Meskipun otaknya sedang konslet namun hatinya merespon bahwa Aiden memang tulus. Tanpa sadar Felly pun tersenyum, dan senyuman itu tak luput dari pandangan Leona dan Fahmi.

"Lalu bagaimana dengan orang tua kamu? Om tidak yakin mereka akan merestui nya," kata Fahmi pada akhirnya mengalah.

"Dan juga bagaimana bila akhirnya kamu di usir dari keluarga kamu?" imbuh Fahmi.

"Aiden akan membawa Felly pergi, dan Aiden akan Pastikan Felly bahagia. Entah dimana dan bagaimana," ujar Aiden.

Sore itu juga, Fahmi memanggil penghulu untuk menikahkan Aiden dan Felly. Tentu saja keluarga Pranata belum ada yang di kasih tau. Mereka akan memberi tahu bila nanti acara selesai. 

Ini hanya pernikahan sirih, bila nanti keluarga Pranata setuju, baru mereka akan menikah secara resmi.

"Saya terima nikah nya Fellicia Frace Sebastian binti Fahmi Sebastian dengan mas kawin cincin berlian 20 karat di bayar TUNAI!" ucap Aiden dengan lantang.

Hanya cincin memang, karena semua serba dadakan.  Itu pun cincin yang membeli asisten Aiden.

"Bagaimana saksi?" tanya Penghulu.

Sah

Sah

Sah

"Alhamdulillah," semua langsung memanjatkan doa bersyukur. Namun saat mereka belum menyelesaikan doa nya, tiba tiba pintu di buka secara kasar, menampilkan aura yang sangat mencekam.

"AIDEN!" pekik Dimas yang datang dan langsung mendobrak pintu secara paksa.

Ia begitu terkejut kala mendengar kabar dari Doni asisten Aiden yang mengatakan bahwa dirinya sedang berada di toko perhiasan dan mencari perhiasan untuk di jadikan mas kawin. Tentu saja saat itu Doni sangat terkejut karena keceplosan berbicara.

"Papi," ucap Aiden juga terkejut, bagaimana bisa papi nya disini.

"Apa yang kamu lakukan hah!" bentak Dimas.

"Dan juga kamu Fahmi! Kenapa kamu merestui mereka! Kamu masih ingat kan kalau kita itu ipar! Dan kini kita besan apa kamu mikir hah!" pekik Dimas pada Fahmi.

"Tapi Aiden bukan anak kandung Chaca Dim, mereka tidak ada ikatan darah!" kata Fahmi.

"Brengsek! Pokok nya aku tidak akan menerima pernikahan ini! aku tidak merestui nya!" seru Dimas.

"Tapi sekarang Felly sudah menjadi istri Aiden Pi," ucap Aiden.

"Aiden kamu jangan gila! Dia adik kamu! Dia sama seperti Caramel!" seru Dimas.

"Om Dimas gak suka sama Felly? Om Dimas gak mau Felly jadi menantu Om? Hiks hiks hiks," Felly menundukkan kepalanya dan menangis lagi, namun tangannya meremas baju Aiden. 

"Felly, bukan seperti itu nak, tapi kamu sama kak Aiden itu saudara. Kalian adik kakak bagaimana bisa kalian astaga!" Dimas memijit pelipisnya dan menggelengkan kepalanya. Ia bingung harus bagaimana menjelaskannya lagi pada mereka semua.

Dimas merasa semua nya menjadi gila karena Felly depresi. 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status