Share

Bab 3

Setelah Dimas pergi, Aiden langsung berbicara empat mata dengan Fahmi. Ia berencana untuk membawa Felly pergi dari kota Jakarta. Ia tidak ingin Felly bertemu dengan Javier untuk sementara waktu, agar penyembuhan pada Felly cepat selesai.

Dan menurut Aiden, itu adalah pilihan yang sangat tepat.

Sepuluh tahun mengikat hubungan, tentu saja bukan hal yang mudah untuk di lupakan begitu saja. Terlebih, sikap dan sifat Felly yang sudah jauh berubah dari yang dulu, membuat Aiden memutuskan untuk menjauh demi menjaga kewarasan bersama.

"Kamu yakin?" tanya Fahmi mengerutkan dahi.

"Insya'allah Om. Aiden akan bawa Felly ke tempat yang lebih tenang dan jauh dari keluarga, maaf bukan maksud Aiden ingin menjauhkan Felly sama om dan tante tapi—" kata Aiden berusaha menjelaskan alasan nya.

"Saya mengerti Aiden. Dan juga jangan panggil Om dan Tante lagi. Sekarang kamu sudah menjadi menantu ku, panggil kami Mama dan Papa seperti Felly," ujar Fahmi begitu bijak.

"Papa titip putri Papa sama kamu, jangan sakiti dia. Dia harta terindah yang Papa miliki," imbuh Fahmi sambil menepuk bahu Aiden.

"Aiden akan berusaha untuk membahagiakan Felly Pah," kata Aiden dengan begitu yakin.

"Papa hanya bisa mendoakan kalian semoga kalian bahagia, nanti Papa akan mencoba untuk kembali membujuk Papi kamu," ujar Fahmi begitu sendu, seolah berat untuk berpisah dengan putri semata wayang nya. namun ia juga tidak memiliki jalan lain, kini putri nya sudah resmi menjadi seorang istri. dan demi menyembuhkan luka di hati putri nya, maka mau tak mau kini Fahmi menyerahkan semuanya kepada sang menantu.

"Iya Pah, dan Aiden mau izin pulang dulu. Aiden titip Felly, nanti Aiden akan segera kembali lagi," ucap Aiden dan di balas anggukan kepala oleh Fahmi.

Tujuan Aiden saat ini adalah rumah orang tua nya. Walaupun pernikahan nya mendapatkan penolakan dari keluarga nya. Namun Aiden tetap bersikeras dan berusaha bersikap baik baik saja, karena biar bagaimana pun Dimas adalah ayah kandung nya yang akan selalu tetap ia hormati.

Menempuh perjalanan hampir satu jam, kini akhirnya mobil yang di kendarai Aiden sudah tiba di kediaman mewah milik orang tua nya. Laki laki itu bergegas untuk turun dan memasuki rumah.

Seperti dugaan nya, saat memasuki rumah nya, Aiden langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang Papi yang kini duduk di ruang tamu, seolah menyambut kedatangannya.

"Papi," panggil Aiden memulai pembicaraan.

"Papi kecewa sama kamu!" ucap Dimas datar.

Memang sangat jelas terlihat, bagaimana wajah teduh yang biasanya bijak itu kini terlihat berbeda. Begitu dingin, datar bahkan seolah enggan untuk menatap anak sulung nya.

"Pi, bukankah Papi sama Mami ingin Aiden segera menikah? Dan kini Aiden sudah menikah kenapa Papi malah—" ucap Aiden namun terhenti karena di potong oleh Dimas.

"Papi memang menyuruhmu untuk segera menikah tapi bukan dengan adik kamu sendiri!" seru Dimas dengan amarah yang kembali memuncak.

"Dia bukan adik aku Pi, kami tidak ada ikatan darah sama sekali!" kata Aiden tegas.

"Tapi sayang, kamu dan Felly itu saudara. Dia adik sepupu kamu tetap dia sama seperti Cara," ujar Chaca ikut menimpali.

Dirinya dan Leona adalah kakak beradik. yang mana itu berarti Felly adalah keponakan nya. Dan bagaimana bisa, kini gadis itu menjadi menantu nya? sangat sulit untuk Chaca Terima, tapi keputusan anak tiri nya begitu sulit untuk di ubah.

"Felly bukan saudara ku Mi, dan dia bukan adikku! Dia istriku sekarang! Aiden mohon beri kami restu," ucap Aiden dengan mengatupkan kedua tangannya di dagu.

"Aiden, Felly itu anak dari kakak nya Mami. Kalian tidak bisa seperti ini Sayang," kata Chaca pelan.

"Tapi Aiden bukan anak kandung Mami!" seru Aiden seketika membuat Chaca terdiam.

Deg!

Untuk pertama kalinya Chaca mendengar seruan Aiden seperti ini. Memang apa yang di katakan Aiden kenyataan, dia bukan ubu kandung nya. Tapi entah mengapa Chaca merasa bahwa ada sesuatu yang sangat menusuk di relung hatinya.

"AIDEN!" bentak Dimas kala melihat Chaca terdiam dan memundurkan langkahnya perlahan.

"Ma—Mami maaf, Aiden tadi A—Aiden tidak sengaja. Ma—mami ... " ucap Aiden menyesal, ia begitu merutuki mulut nya sendiri yang sudah berucap sekasar itu pada mami nya.

Aiden tau pasti mami Chaca sangat terluka mendengar ucapan nya. Dan kini ia sungguh sangat menyesal.

"Mami, Aiden tidak bermaksud .... " lirih Aiden.

"Tidak apa, memang benar kok. Mami bukan mami kandung kamu," Chaca mencoba tersenyum walau air mata sudah memenuhi kelopak nya.

"Mami cuma bisa berdoa untuk yang terbaik buat kamu. Jaga keponakan Mami baik baik yah," ucap Chaca lalu ia berangsur mundur dan pergi.

Aiden berusaha mengejar Chaca namun tangannya di cekal oleh Dimas.

"Kamu lihat apa yang kamu lakukan?" kata Dimas datar.

"Pi, Aiden gak sengaja tadi. Aiden minta maaf bukan begitu maksud Aiden. Aiden hanya—"

"Apapun alasan kamu, kamu sudah melukai Mami kamu! Papi kecewa sama kamu!" ucap Dimas lalu ia pergi menyusul istrinya.

"Aaaarrkrkkkkhhhh!" Aiden berteriak sambil menjambak rambutnya frustasi.

Aiden sangat menyayangi Chaca. Ia tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan mami nya itu. Chaca adalah Mami terbaik untuk aiden, ia tidak mungkin bisa menyakitinya. Dan kini untuk pertama kali nya Aiden mengatakan kata kata yang membuat sang Mami menangis.

Sementara itu di dalam kamar, Chaca masih merenung, mencerna setiap kejadian yang terjadi. Mengapa ini semua begitu Rumit? Pikirnya.

"Sayang, kamu gapapa?" tanya Dimas menghampiri Chaca.

"Tidak mas, aku tidak apa. Hanya sedikit hemm," Chaca tidak bisa meneruskan ucapan nya. Ia bingung harus bagaimana.

Sebenarnya ia bahagia bila Aiden menikah dengan Felly, namun ia juga mengerti bagaimana perasaan Dimas.

Bagi Dimas itu sangat mustahil, dari ipar menjadi besan. Apa tanggapan orang orang nanti, mereka masih terhitung keluarga dan sekarang menjadi besan.

"Apakah mbak Astrid sudah tau akan hal ini?" tanya Chaca.

"Aku rasa belum, sepertinya baru kita yang tau," kata Dimas malas.

"Mas, kan memang benar bahwa Aiden bukan anak kandung ku. A—" ucap Chaca terputus kala Dimas berbicara.

"Jangan bicarakan ini lagi oke. Aiden anak kita, selamanya akan jadi anak kita," kata Dimas lalu segera memeluk Chaca dengan erat.

Dimas tau bahwa saat ini hati Chaca sedang terluka, Dimas tau bagaimana Chaca begitu menyayangi Aiden selama ini. Dimas beruntung karena Chaca sama sekali tidak pernah membedakan antara Aiden dan juga Caramel. Mereka berdua sama di mata dan hati Chaca.

Padahal tanpa Dimas tau, tujuan Chaca ingin berbicara tadi karena Chaca ingin meluruskan status Aiden dan Felly. Chaca ingin mencoba membujuk Dimas agar merestui Aiden dan Felly. Namun apalah daya bila Dimas tidak memberikannya kesempatan untuk berbicara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status