#20Satu bulan telah berlalu semenjak Indah pergi dari rumah. Aku telah benar-benar dekat dengan Nindy dan kami saling menjalin hubungan.Aku tidak menyangka jika gadis secantik dia bahkan mau menjadi pendampingku, dan memikah siri denganku karena pengadilan belum juga memutuskan perceraianku dengan Indah.Karena itu juga, Nindy tidak ingin aku bertemu dengan keluarganya terlebih dahulu. Tak ada yang menjadi saksi pernikahan kami dari pihak Nindy.Apalagi, karena ayah Nindy sudah meninggal jadi wali nikah bisa di serahkan pada wali hakim.Proses memang masih terlalu panjang, tapi hatiku telah berpindah pada Nindy. Aku benar-benar mencintai dia dan ingin menjadikan dia ratu di hatiku.Aku tak ingin ia pergi seperti Indah meninggalkan aku. Sebisa mungkin, aku berusaha untuk memberikan perhatiannya dan yang utama aku jauhkan Nindy dari ibu dan dua adik Perempuanku.Aku benar-benar tidak ingin Nindy mengalami nasib yang sama seperti Indah. Masalalu yang benar-benar menyakitkan untukku.Sa
#21Aku terus membuka satu demi satu foto yang ada di galeri ponsel Nindy. Semua terlihat jelas jika pria yang ia jadikan wallpaper di ponselnya adalah seseorang yang penting.Tak berselang lama, ponsel Nindy berdering. Kontak dengan nama Kevin menghubungi nomor istriku. Nomor yang sama seperti yang mengirimkan pesan pada Nindy tadi."Halo," sapaku."Siapa lu?!" tanya seseorang di ujung panggilan."Kamu siapa?" tanyaku balik."Mana Nindy? Ban*sat banget dia lagi sama cowok!" umpat pria itu dengan nada yang sangat kesal.Aku benar-benar tidak tahu siapa sebenarnya pria ini, mengapa ia berani mengatakan hal kasar pada istriku?"Kamu siapa? Gini deh ya, Nindy kecelakaan dan sekarang lagi di rumah sakit, jadi siapapun elu. Dateng aja kalau memang lu perduli," tegasku lagi.Setelah itu aku langsung menutup panggilan telepon tanpa menunggu pria di seberang sana menjawab. Aku benar-benar kesal dengan ucapan pria tadi.Bahkan ia mengumpat dan berkata kasar kepada istriku. Andai saja saat ini
#22"Maaf Pak harus ada janji dulu sama Pak Deni," tahan seorang wanita yang aku pikir adalah karyawan disini.Aku hanya memandang wanita itu dengan tatapan tajam, kemudian tetap menerobos masuk ke ruangan Deni.Pintu terbuka dan aku benar-benar melihat sahabat lamaku tengah duduk seperti seorang bos besar di perusahaan. Jas hitam yang rapih dan penampilan yang jauh lebih membuatnya terlihat berwibawa."Maaf Pak, sudah saya larang," ucap karyawan wanita tadi."Ok nggak apa-apa," jawab Deni seraya memberikan isyarat pada wanita itu agar pergi dari ruangannya.Deni hanya melirik ke arahku, ia sama sekali tidak merasa bersalah telah mengambil Indah dariku. Bahkan, ia telah menyembunyikan istriku selama ini."Lama nggak ketemu sudah makin sukses sekarang Den? Atau ... memang menyembunyikan kesuksesan?" cetusku.Deni tetap diam, ia sibuk menandatangani berkas yang ada di atas meja di depannya salat ya memang sengaja tidak ingin memperdulikan kehadiranku di sini."Jadi selama ini kamu memil
#23#Indah"Udah jangan nangis terus," ucap Deni berusaha menenangkan aku.Setelah Mas Bayu mengatakan jika aku adalah penyebab meninggalnya putriku. Jujur, aku merasa bersalah dan aku berpikir memang semua adalah salahku."Den, apa emang aku yang salah?" tanyaku.Aku benar-benar tak bisa menahan air mata yang terus saja mengalir tanpa henti."Kamu jangan dengerin dia, dia itu lagi memutar balikkan fakta. Jangan mau kalah, please. Mikayla nggak akan pergi kalau Bayu memperlakukan kalian dengan baik," sentak Deni.Entah apa yang membuatku menjadi lemah, tapi setiap kali aku mengingat putriku. Hatiku memang selalu seperti ini, aku merasa bahwa ini semua tidak adil untuk gadis kecil itu.Meski aku tahu, ini adalah rencana Allah yang pastinya akan membawa kebahagiaan nantinya. Entah untuk aku ataupun untuk Mikhayla di surga Allah."Jadi, kamu kenal istri baru Mas Bayu?" tanyaku.Deni langsung terdiam, ia seolah menyimpan sesuatu di dalam hatinya. Bibirnya memang diam membisu, tapi matanya
#24Setelah beberapa saat pria itu pergi meninggalkan aku dan ruangan tempat Nindy di rawat, aku masih tetap duduk di kursi lorong rumah sakit.Seketika itu pula aku melihat Indah dan Deni berjalan keluar dari lift. Mereka terlihat begitu dekat, aku bahkan tidak menyangka jika ia benar-benar telah berpaling.Dulu, aku mengira cinta Indah padaku begitu besar sehingga aku mampu membuatnya terluka. Aku pikir, ia akan tetap bertahan apapun perlakuanku padanya. Namun, semua salah. Ia benar-benar pergi tanpa pernah mau kembali padaku. Jadi, selama ini istriku tinggal di rumah sahabatku? Padahal aku sempat pergi ke rumah Deni dan bertemu ibunya.Namun, mereka menyembunyikan semuanya. Sekarang aku justru mendapatkan istri siri yang luar biasa menyakiti hatiku.Aku mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, segera aku beranjak ke ruangan dimana Nindy di rawat.Aku lihat ia masih terbaring lemah disana. Entah apa yang terjadi pada wanita ini, aku benar-benar tak tahu. Mengapa ia bi
#25Tok tok tok!Aku mengetuk pintu rumah Deni, rumah yang masih terlihat sama seperti saat terkahir aku berkunjung ke sini.Tak ada yang berubah sedikitpun, bahkan tanaman hias yang aku tanam bersama Deni saat kami SMA pun masih tumbuh subur di pekarangan rumah ini.Jelas, mereka merawatnya dengan sangat baik sehingga tanaman masih hidup sampai saat ini. Tak ada jawaban dari dalam rumah ini, suasana nampak sangat sepi.Aku lirik jam di tanganku yang sudah menunjukan pukul sebelas malam. Andai saja taksi online tadi tidak kehabisan bensin, mungkin aku bisa sampai tiga puluh menit lebih cepat.Sudahlah, yang penting aku sudah ada di depan rumah Deni. Aku hanya perlu menunggu beberapa saat hingga mereka membukakan pintu untukku.Tok tok tok!Aku kembali mengetuk pintu, kali ini dengan suara yang lebih keras. Aku benar-benar tidak ingin menunda untuk menemui Indah.Malam ini juga aku ingin membawanya pergi dari rumah ini. Entah apa yang membuat aku begitu ingin memeluk Indah saat ini.Mu
#26#DeniMalam itu keadaan antar aku dan Indah terasa sedikit canggung. Mungkin karena aku baru saja mengungkapkan perasaanku padanya.Meski begitu, aku merasa jika kami tidak harus merasa canggung jika memang Indah tidak memiliki perasaan yang sama denganku.Usai makan malam, tiba-tiba mengutarakan niatnya untuk menyewa kontrakan."Kenapa mendadak sekali Nak?" tanya ibuku."Bu, sekarang kan Indah udah dapet gaji. Indah cuma mau belajar mandiri, Indah nggak mungkin terus-menerus jadi beban buat Ibu sama Mas Deni. Lagipula, takut jadi fitnah Bu karena Indah sudah terlalu lama tinggal disini," ungkap Indah.Namun, bagiku pernyataan Indah sangat tidak masuk akal. Apakah ia sedang berusaha menghindar dariku?"Tapi Nak, ibu tidak pernah merasa direpotkan sama kamu. Kamu jangan pergi ya, ibu merasa punya teman dirumah ini. Ya, ya!" mohon wanita yang sudah melahirkan aku beberapa puluh tahun yang lalu itu.Dengan lembut, Indah menatap lekat wajah ibuku. Ia mengatakan bahwa semua ia lakukan
#27#IndahAku segera mendorong pintu dan menguncinya dengan sekuat tenaga tidak ingin jika Mas Bayu kembali masuk dan menghancurkan semuanya.Entah bagaimana lagi aku menghadapi mantan suami yang begitu menyebalkan. Ia tidak hanya menyakitiku, tapi dia juga menuduh ku telah melakukan apa yang sebenarnya ia lakukan.Sedikitpun ia tidak pernah merasa bersalah atas apa yang dia lakukan. Setelah memastikan jika Mas Bayu tidak akan pernah kembali, aku segera pergi ke dalam untuk melihat keadaan Deni."Deni, bangun Nak ...," teriak ibu seraya terisak dalam tangis.Segera aku menelpon pihak rumah sakit untuk mengirimkan ambulance. Setelah itu aku dan ibu bekerja sama untuk membuat Deni tetap tersadar meskipun matanya sudah terpejam."Mbak, tolong ambilkan air hangat untuk mengompres luka dan membersihkan darah ya," titahku pada Mbak Sari.Segera wanita paruh baya itu menjalankan apa yang aku perintahkan, setelah itu aku kembali memastikan apa saja yang akan di bawa ke rumah sakit karena dok