Share

Tidak sadar

Author: Alana4444
last update Last Updated: 2021-06-07 07:52:08

Suara adzan subuh berkumandang keras bersahutan. Dinginnya udara pagi buta itu membuat siapa saja yang merasakannya akan sangat enggan untuk melepaskan selimut tebalnya. Udara dingin itu terasa menusuk-nusuk sampai ke tulang.

Tampak sesosok tubuh tengah tergeletak di teras rumah tak berpenghuni. Bola matanya mulai bergerak. Bulu matanya yang lentik pun ikut bergerak seiring dengan pergerakan kedua bola matanya. 

Perlahan namun pasti, mata itu terbuka. Tatapannya sendu. Dia melihat sekitarnya, hanya gelap dan dingin. Dia meraba-raba apa saja yang bisa dirabanya.

"Rumput lagi?" tanya sosok itu pada dirinya sendiri.

Sudah kesekian kalinya sosok itu menemukan dirinya sendiri di sebuah tempat yg sama. Dinginnya udara pagi itu membuat kedua tangannya bertumpu di atas perutnya. Dia berjalan terseok tanpa alas kaki menuju sebuah rumah dengan pikiran yang bingung.

"Kenapa aku ada di sini lagi? Sebenarnya siapa yang membawaku ke sini? Atau mungkin aku tidur sambil berjalan?" pertanyaan-pertanyasn itu terus berputar dalam fikiran Kiranna. 

Benar, sosok itu adalah Kiranna Adiffa.

Tangannya berulang kali berwarna merah dan berbau amis. Kadang dirinya sendiri bertanya-tanya. Bila warna merah dan berbau amis itu adalah darah. Lalu darah apa yang ada di tangannya? Kenapa juga sampai ada darah di tangannya? Dari mana darah itu berasal?.

Benar-benar membuatnya tidak habis fikir.

Kiranna terus berjalan tanpa alas kaki sambil menangis terisak menuju rumahnya. Sudah Dia duga, jendela kamarnya terbuka lebar sama seperti malam-malam sebelumnya.

Awalnya Kiranna cukup syok mendapati dirinya ada di halaman rumah kosong dan mendapati tangannya berlumuran darah namun telah mengering.

Namun setelah kejadian yang sama berulang setiap pagi. Kiranna tidak merasa syok lagi. Hanya kebingungan yang mendera hati dan fikirannya.

Ting...

Ponselnya berbunyi. Kiranna mengalihkan pandangan matanya. Tangannya yang telah dibersihkan segera meraih ponselnya. Walpapernya masih sama, foto seorang Pria memakai jas motif kotak.

Poto satu setengah tahun yang lalu ketika Shiroj baru satu minggu menginjakan kakinya di timur tengah. Kiranna begitu bahagia bisa menatap kekasihnya meskipun hanya lewat foto.

Kiranna sempat mengirimkan foto Shiroj pada Kamila. Sehingga Kiranna masih bisa meminta salinan foto Shiroj dari Kamila walaupun telah berganti ponsel lain. Ponsel pemberian Jovan.

Sudah satu setengah tahun lebih berlalu. Hari-hari Kiranna tanpa sang pemilik hatinya. Orang yang selalu mendengarkan keluh kesahnya dan selalu membesarkan hatinya, kini sangat sulit dia jangkau. 

Cukup dengan melihat senyumnya saja meski hanya lewat foto, sudah membuat Kiranna tenang. Berarti sudah setengah tahun berlalu terhitung sejak dirinya lulus SMA.

Kiranna yang sedang duduk termenung di atas ranjang, sedikit terhenyak ketika ada bunyi notif dari ponselnya.

+62 858 xxxx xxxx

online

>Assalamu'alaykum, Kak Kiranna. Masih ingat enggak sama Aliyah?

(Kerutan terlihat di dahi Kiranna. Mengingat-ingat nama Aliyah)

<Wa alaykumussalam … Aliyah mana ya kalau boleh tau? Namanya terasa familiyar tapi masih belum ingat.

>Iya, Kak. Aliyah kirim poto diri aja ya. Siapa tau kakak ingat.

<Boleh, Aliyah.

(Mata Kiranna sedikit terbuka lebih lebar ketika melihat gambar seorang gadis cantik berkerudung syar'i dan gamis yang lebar)

<Masya Allah … iya aku ingat. Beberapa bulan lalu kita ketemu di masjid 'kan?

>Betul sekali, Kak. Kakak apa kabarnya? Maaf baru bisa menghubungi. Aliyah lupa di mana menyimpan buku yang di dalamnya ada nomor ponsel Kakak.

<Tidak apa-apa, Aliyah. Kakak mengerti Kok.

>Sebetulnya Aliyah cuma mau menginfokan. Aliyah saat ini ada di kota X di rumah kerabatnya Abi. Kebetulan tadi Aliyah mencuri dengar pembicaraan Abi dan kerabatnya. Kalau temannya kerabat Abi itu kan punya perusahaan di kota X. Lowongan kerja untuk fresh graduate untuk posisi operator produksi.

<Sebetulnya kerja jdi operator produksi  juga enggak apa-apa sih, daripada jadi PEJABAT 'kan? Tapi kok ya jauh amat di kota X. Kakak belum pernah pergi jauh-jauh apa lagi lama, kecuali ada kerabat atau kenalan baru aku mau. Kalau bisa kerjaan yang ada di kota ink aja, Aliyah.

>Begitu ya, Kak. Kalau gitu aku kabari lagi nanti kalau dapet info lagi ya, Kak.

<Iya, Aliyah. Maaf ya kalau aku bikin Aliyah kecewa. Aku ucapin terima kasih banyak ya.

>Enggak apa-apa, Kak. Aliyah paham kok dengan cara berfikir kakak. Kalau gitu Aliyah pamit ya.

Assalamu'alaykum ...

<Wa alaykumussalam ...

Kiranna kembali meletakan ponselnya ke atas nakas.

'Ternyata masih ada orang selain Kak Shiroj yang peduli sama aku,' Kiranna berucap dalam hatinya.

Ketika masih dalam lamunannya. Bu Rahma masuk ke dalam kamar Kiranna.

"Kiranna, sampai kapan kamu akan mengurung diri terus. Hah?" tanya Bu Rahma datar namun sedikit mengandung kekesalan.

Bu Rahma yang sudah mulai bersikap lunak pada Kiranna, lama-lama merasa gemas dengan sikap Kiranna yang terus mengurung diri paksa percobaan pemerkosaan yang dilakukan ayahnya. Kiranna hanya tertunduk mendapati pertanyaan Ibunya.

"Dari pada kamu melamun terus dan mengurung diri. Lebih baik kamu cari kerja lagi. Biar fikiran kamu lebih fresh kalau keluar rumah. Mau sampai kapan kamu jadi beban Ibu? Bapak Kamu biar pun sudah kerja lagi tapi tetep aja gak bisa diandalkan. Kamu pergi setelah ayahmu pergi kerja kalau memang kamu masih takut sama ayah," ucap Bu Rahma.

'Jadi selama ini aku adalah beban buat ibu? Maafkan Kiranna kalau terus nyusahin ibu,' batin Kiranna sedih.

Kiranna hanya mengangguk sebagai bentuk jawabannya atas ucapan dan pertanyaan ibunya.

*

Siang hari ketika semua orang keluar rumah dengan aktivitasnya masing-masing. Barulah Kiranna memberanikan diri keluar kamar. Dia sama sekali tidak ingin bertemu dengan ayah biadabnya. Sangat menyakitkan bila mengingat kejadian itu.

Dia berjalan ke warung yang tak jauh dari rumahnya. Samar-samar terdengar ibu-ibu yang sedang bergosip. Kiranna berdiri sejenak.

"Pokoknya selalu kunci pintu dan jendela deh. Takutnya makhluk jadi-jadian itu sebenarnya ngincer nyawa manusia. Karena belum dapet juga, jadi dia membunuh apa saja yang ditemuinya," ucap seorang Ibu bertubuh gempal.

"Bener tuh. Pemukiman kita jadi gak aman. Semalam Effendy sama Kang Ocid nemuin lagi bangkai kucing yang udah gak berbentuk. Kira-kira makhluk apa ya yang berkeliaran dan meresahkan warga itu?" ucap Ibu satunya lagi ikut menimpali.

'Bangkai kucing? Makhluk jadi-jadian? Apakah semua itu berkaitan denganku?' batin Kiranna ketakutan.

Kiranna segera melangkah menuju warung sambil melewati kerumunan ibu-ibu gosip itu.

"Permisi Ibu-ibu saya numpang lewat, mau ke warung Pak Sopian," ucap Kiranna sambil tersenyum ke arah ibu-ibu gosip tersebut.

"Kiranna kemana aja? Kok jarang kelihatan akhir-akhir ini? Udah lulus sekolah malah makin jarang kelihatan," tanya Ibu berbadan gempal.

"Beberapa bulan ini kan lagi nyari lowongan kerja. Ini juga ke warung mau beli kertas folio sama amplop coklat buat bikin CV lamaran," jawab Kiranna.

"Emang sih zaman sekarang susah dapet kerja. Apa lagi cuma lulusan SMA. Tapu dicoba terus aja. Mudah-mudahan cepet dapet kerja sesuai dengan yang dicari sama kamu ya," ucap Ibu itu lagi.

"Aamiin Yaa Allaah ...Terimakasih banyak buat do'anya ya, Bu. Kalau begitu saya permisi," Kiranna berlalu meninggalkan kumpulan Ibu-ibu rumpi sambil tersenyum manis.

Ibu-ibu itu memandang Kiranna dengan senyuman juga. Kiranna memang sosok gadis yang sangat cantik, pintar, ramah dan murah senyum.

Dari jauh ada sepasang mata dengan bulu mata yang lentik tampak sedang memandang lekat dari jendela kamarnya ke arah Kiranna yang sedang berada di warung Pak Sopian. 

Pemilik mata itu seketika beranjak dari duduknya lalu berjalan keluar dari rumahnya yang besar dan cukup mewah menuju pintu pagar rumahnya.

"Kiranna!"

Kiranna yang baru keluar dari warung Pak Sopian merasa namanya dipanggil. Seketika Kiranna memutar kepala mencari sumber suara yang memanggil namanya.

"Kania!"

Senyum mengembang di bibir Kiranna. Dia setengah berlari menghampiri Kania. Mereka bersalaman sambil cium pipi kiri dan kanan.

"Apa kabar, Kania?"

"Baik. Kamu sendiri gimana kabarnya, Kiranna?"

"Alhamdulillaah baik juga,"

Kania melirik keresek yang ditenteng Kiranna.

"Itu apa, Kiranna?" tanya Kania.

"Ini cuma camilan kecil biasa sama kertas folio plus amplop coklat. Tadii beli dari warung Pak Sopian. Biasalah buat bikin CV lamaran kerja," Jawab Kiranna masih dengan senyumannya yang manis.

Kania kembali menatap Kiranna dg lekatnya. Melihat dengan intents dari atas sampai bawah. Seketika sebuah ide cemerlang melintas dengan  cepat di kepalanya.

Kiranna yang ditatap seperti itu oleh Kania langsung merasa risih. Dia memalingkan wajahnya ke arah kanan.

"Gimana kalau kamu ikut kerja sama Aku aja?"

"Kerja apa, Kania?"

"Jadi Asisten pribadiku? Dari pada kamu udah cape-cape bikin CV, mana panas-panasan di luar, belum lagi debu jalanan. Iya kalau dapet kerja. Klw ujung-ujungnya masih gak dapet juha. Kan rugi uang, rugi waktu, rugi tenaga juga. Mending ikut sama aku. Mau ya? Soal gajih bisa di atur kok,"

Kiranna tampak berfikir dengan penawaran kerja jadi Asisten pribadi Kania. Model dan artis peran yang sedang naik daun.

Kiranna kembali teringat dengan ucapan ibunya yang merasa terbebani dengan dirinya. Kini dirinya merasa bimbang dengan keputusan yang harus dirinya ambil. 

Kesempatan punya penghasilan sendiri yang selama ini dia idam-idamkan, kini ada di depan mata meskipun pekerjaan itu tidak sesuai dengan harapannya. Paling tidak dirinya tidak akan jadi beban lagi untuk Ibunya bahkan mungkin dia bisa membantu biaya sekolah adiknya hingga kuliah.

"Ok deal!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ALTER EGO (Multiple Personality Syndrome)   Kemarahan Jovan

    Kiranna mendengar pintu depan kamar kost-annya ada yang mengetuk. Dia beranjak keluar dari kamarnya dan bergegas mendekati pintu. Kiranna cukup terkejut melihat seseorang yang dikenalnya tengah berdiri di depannya sambil tersenyum."Jovan!""Hi, Kirana!""Kamu kok bisa tau kost-anku?" tanya Kirana yang masih terkejut."Aku pernah ngikutin kamu,""Ooh ....""Gak disuruh masuk nih?""Tapi Kamu gak bakal berbuat macam-macam 'kan?""Ya Allaah ... Tega banget sih fikiranmu? Aku gak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Aku gak seburuk itu Kirana," tegas Jovan dengan hati yang sedikit kesal.Kirana mempersilahkan Jovan masu

  • ALTER EGO (Multiple Personality Syndrome)   Fakta Baru

    Suasana asri di tempat pengambilan gambar itu berubah Kaku. Kirana sempat terhenyak ketika Kania berteriak padanya.Beberapa orang sempat menoleh ke arah Kania yang berteriak pada Kirana meski tanpa sadar. Kania langsung menenangkan diri melihat reaksi orang-orang di sekitarnya."Justru karena aku asprimu jadi aku harus tau detail terkecil sekalipun tentang dirimu, Kania. Kamu gak bisa nutupin apapun dariku!" Kirana bicara dengan tegas.Kania menatap Kirana dengan berbagai macam perasaan yang kini makin berkecamuk dalam dadanya. Kania segera beranjak dari duduknya lalu berjalan menjauhi orang-orang. Kirana segera mengikuti langkah Kania. Mereka sampai di satu spot yang cukup rindang dan jauh dari orang-orang.Kania terdiam beberapa saat. Namun setelahnya dia menangis merasakan kegetiran hati yang selama beberapa bul

  • ALTER EGO (Multiple Personality Syndrome)   Ketakutan Kania

    Semingu telah berlalu sejak kabar kematian seorang manager produksi hingga beritanya menjadi timeline di beberapa surat kabar dan acara info gosip di televisi.Di dalam unit apartement milik Kania, tampak Kirana sedang menyiapkan beberapa barang yang akan dibawa dan digunakan Kania ke sebuah spot pemotretan dengan tema lingkungan hidup"Fiuh ... beres juga," gumam Kirana.Krucuk ... Krucuk ...Kirana segera mengusap perutnya."Kalau gak salah, di kulkas yang ada di dapur itu ada pasta fetuccini sisa kemarin. aku angetin itu aja deh," gumam Kirana lagi.Selesai mengahangatkan pasta fetuccini Kirana segera kembali ke ruang tamu sambil menyalakan televisi.Tiba-tiba Kirana mengernyit mendengar suara tombol pasword unit apartement yang sedang ditekan dari luar

  • ALTER EGO (Multiple Personality Syndrome)   Multyple Personality Syndrome

    "Arght!"Jeritan penuh keterkejutan itu membuyarkan konsentrasi Jovan yang sedang dalam mode melayang. Dia sedang bercinta dengan Kania. Meskipun suara musik di dalam kamar itu cukup keras, namun keduanya masih bisa mendengar teriakan seorang wanita yang masuk ke dalam kamar Kania."Brengsek! Kok bisa-bisanya ada orang masuk tanpa permisi dan bikin mood-ku berantakan. Siapa sih dia?" tanya Jovan pada Kania namun dengan mata yang menatap ke arah wanita yang kini sedang berdiri di ambang pintu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Dia asisten pribadiku. Aku lupa kalau tadi aku nyuruh dia beliin gado-gado buat makan siang. Maaf ya, Sayang," ujar Kania menenangkan emosi Jovan.Jovan menjawab pernyataan Kania dengan dengusan kesal saja."Kir, kamu tunggu aku di ruang tamu dan tolong tutup pintunya," ucap Kania lirih namum setengah b

  • ALTER EGO (Multiple Personality Syndrome)   Kejutan Tak Terduga

    Pagi itu seorang gadis cantik terlihat sedang rebahan di sofa dalam apartement-nya. Ditangannya ada ponsel yang sedang dia gunakan untuk berboncang dengan seseorang lewat aplikasi chatting.~Dari pagi sampe sore ini aku gak ada jadwal syuting. Aku tunggu kamu di Apartemen~ Kania.~Ok! Jam sepuluh aku ke situ. Aku udah gak tahan banget~ Jovan.~Aku selalu siap untukmu~ Kania.Percakapan itu cukup sarkas. Yang dibahas di dalamnya hanya seputar rencana percintaan mereka.*Jam menunjukan angka 08.30. Kirana masih meringkuk di atas kasurnya. Fikirannya kacau mendapati pakaiannya kembali berlumuran darah dan kali ini tidak sedikit. Sejak masih tinggal di kota kelahirannya, Kirana sudah mulai menerka-nerka tentang hal-hal yang tidak masuk akal yang set

  • ALTER EGO (Multiple Personality Syndrome)   Dewi Kematian

    "Kirana Kamu gak apa-apa 'kan? Ada yang bawa minyak angin gak?" tanya Kania.Kirana mulai membuka matanya ketika hidungnya mencium bau minyak angin. Dia melihat satu-persatu orang-orang di sekitarnya."Kamu kok bisa pingsan gini sih, Kir?" tanya Kania."Seingatku tadi kaya kepeleset gitu pas udah deket toilet,""Makanya kalau jalan itu hati-hati," ketus Kania.Kirana hanya terdiam. Cara bicara Kania terdengar ketus. Sejak menginjakan kaki di jakarta, baru kali ini Kania bersikap seperti ini.'Sepertinya syutingnya terganggu gara-gara aku pingsan. Makanya dia bersikap seperti itu," Kirana membatin."Kita take lagi ya! Semua udah siap buat lanjut syuting 'kan?" tanya sutradara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status