"Andai aku bisa meminta. Aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan saja ke dunia ini!" Sepenggal kalimat di atas cukup mewakili hati dan fikiran seoran gadis cantik bernama Kiranna Addifa sebagai bentuk protes dirinya terhadap kehidupan. Kiranna seorang gadis berusia 21 tahun yang memiliki trauma masa lalu akibat kerap mendapat siksaan fisik dan psikis terutama dari sang ayah. Bahkan sang ayah yang tengah mabuk tega hendak menjamah Kiranna meskipun gagal karena diselamatkan adiknya yang bernama Tiana. Beruntung Kiranna memiliki seorang kekasih yang penyabar dan selalu membantu Kiranna untuk bisa mengendalikan emosinya. Dia adalah Shirojuddin Al-Abas. Seorang pemuda jenius yang memiliki basic ilmu agama yang sangat baik. Kepribadian ganda yang diidap Kiranna akan muncul ketika dirinya tertekan, sedih atau terkejut. Namun mereka harus terpisah karena Shiroj mendapat beasiswa kuliah ke timur tengah. Bagaimana perjalanan Kiranna selama dia berpisah dari sang kekasih? Mampukah Kiranna mengendalikan ALTER EGO-nya? Akankah Kiranna bisa bersatu dengan Shiroj ketika Shiroj kembali ke tanah air? Ikuti kisahnya hanya di ALTER EGO (Multyple Personality Syndrome) by Alana_4444
View More"Cepat bangun pemalas!" ucap Fero, sang ayah sambil memukulkan tiga buah lidi ke kaki Maharani kecil.
Kania yang masih dalam keadaan kantuk berat segera membuka matanya. Padahal semalam dirinya memijat tubuh ayahnya yang setengah m∆-b√k hingga ayahnya terlelap. Mungkin jam 1 malam dia baru tidur.
"Iya maaf, Pak. Aku bangun sekarang kok," ujar Kania kecil dengan penuh ketakutan. Dia kembali menguap karena memang masih ngantuk.
"Malah nguap lagi!" bentak Fero, lalu melayangkan lagi tiga buah lidi itu ke kaki Kania berulang kali.
"Ampun, Pak!"
Teriakan Kania kecil sama sekali tidak menggugah hati Fero. Dia terus memukuli Kania dengan tiga buah sapu lidi.
Ranti yang mendengar teriakan Kania segera berlari ke kamar putri pertamanya itu.
"Makin hari makin gila aja kamu, Pak! Kania itu anakmu! Kenapa selalu kamu siksa seperti ini?!" hardik Ranti pada suaminya.
"Dia bukan anakku! Kamu anggap aku bodoh ya? Dulu, saat malam pertama kamu sudah tidak p€-r∆-w∆n! Kamu cuma perempuan be-k∆s." Fero tertawa lantang, merendahkan Ranti.
Dengan menahan amarah, Ranti menatap Fero dengan tajam. "Kenapa diungkit? Kamu kan tahu kondisiku saat itu. Aku wanita kor-b∆n r√d∆-p∆k-s∆. Kamu sendiri yang sok-sokan jadi pahlawan dengan ingin menikahiku."
Fero hanya mendengus kasar sambil melirik tajam pada istrinya lalu meninggalkan kamar Kania begitu saja.
Ranti langsung memeluk Kania sambil menangis. "Maafkan ibu, Nak."
Kania terisak dalam pelukan Ranti.
"Ibu, apa benar aku--"
"Gak, Nak. Kamu tidak seperti yang ada dalam pikiranmu." Ranti terus mengusap rambut Kania. "Sekarang kamu bersiap untuk pergi sekolah ya."
"Iya, Bu "
Ranti segera meninggalkan kamar Kania karena mendengar tangis Tiana dari arah kamarnya.
Kania kecil kerap mendapat siksaan fisik dari sang Ayah, meski itu hanya kesalahan sepele sekalipun.
Dengan menggunakan rot∆n, s∆-buk, sapu lidi maupun tangan, Fero melampiaskan kemarahannya pada anak pertamanya. Berbeda dengan Tiana yang merupakan adik perempuan Kania satu-satunya, namun selalu diperlakukan baik oleh Fero.
Di halaman belakang yang kecil, ada satu pohon besar. Sebuah rumah pohon ukuran 2x3 meter ada di sana.
Firman, adik Ranti lah yang membuatkan rumah pohon itu untuk Kania.
Kania kerap duduk menyendiri di belakang rumah. Dia menumpahkan air matanya. Menumpahkan segala sesak di hatinya.
'Kenapa aku selalu di perlakukan kasar sama bapak? Mungkin benar aku ini bukan anak kandung bapak. Aku benci bapak!'
***
Saat ini usia Kania sudah delapan belas tahun. Sebentar lagi dia akan lulus SMA, sementara Tiana baru kelas 3 SMP. Keduanya sama-sama hendak menjalani ujian kelulusan.
Selepas Sholat Subuh, Kania selalu membantu Ibunya memasak sarapan dan membereskan rumah. Nasi goreng selalu menjadi sarapan andalan keluarga sederhana itu. Selain pembuatannya yang praktis juga tidak terlalu banyak membutuhkan bahan pelengkap.
Ranti bekerja sebagai operator jahit di salah satu pabrik garment, demi memenuhi kebutuhan hidup. Penghasilan Fero yang cuma seorang montir di bengkel kecil yang terletak tak jauh dari rumah mereka, tidak pernah bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Bahkan di satu keadaan, Fero sama sekali tak memberi uang pada Ranti. Uang gajinya yang kecil itu dipakai untuk m∆-b√k-m∆-b√kan dan ber-j√di.
"Bu, aku mandi dulu ya. Rumah udah selesai aku sapu dan pel. Takut kesiangan masuk sekolah," ucap Kania.
"Iya, Nak. Makasih udah bantu ibu."
Selang beberapa waktu, Ranti menatap dua anak gadisnya sudah tampak cantik dalam balutan seragam sekolah. Mereka berkumpul di meja makan untuk sarapan.
'Apa ini cuma perasaanku aja ya? Dari tadi bapak kok kayak ngelihatin aku. Tatapannya juga beda,' batin Kania.
Selesai sarapan, kedua gadis cantik itu berpamitan.
"Assalamu'alaikum, Bu, Pak. Kami berangkat sekolah dulu," seru keduanya bersamaan sambil mencium tangan kedua tangan orang tua mereka.
"Wa'alaikumussalam," jawab Ranti dan Fero bersamaan.
Hanya Tiana saja yang diusap-usap kepalanya oleh Fero. Kania yang melihat itu, hanya menatap dengan hati yang sedikit iri.
"Kenapa hanya Tiana saja yang disayang sedangkan aku tidak?"
Begitulah fikiran Kania. Kejadian seperti itu bukan sekali dua kali terjadi, namun setiap hari.
Kania sekolah di salah satu SMU negeri favorite di kota tempatnya tinggal. Karena otaknya yang lumayan cerdas, dia bisa masuk ke SMU favorite tersebut lewat jalur prestasi.
Di SMU itu juga, Kania berkenalan dengan Reza yang merupakan kakak kelasnya. Benih-benih cinta pun tumbuh di hati keduanya.
"Kania!"
Kania menoleh ke arah suara. Dia melihat sosok pemuda tampan berseragam SMA yang berlari ke arahnya.
Senyum Kania mengembang. "Kak Reza."
Mereka berjalan menuju halaman belakang sekolah, tempat favorit keduanya saat ada waktu senggang.
"Aku mau ngasih tahu sesuatu."
"Apa itu, Kak?"
Reza memperlihatkan sebuah map warna kuning. "Pengajuan beasiswaku ke Cambridge di Acc."
Meski sempat terkejut sekaligus sedih, namun Kania langsung tersenyum. "Selamat ya, Kak."
Percaya atau tidak, namun hubungan mereka yang baru setahun itu tidak pernah diwarnai oleh pergaulan bebas. Bahkan Reza belum pernah mencium bibir Kania.
Kania mengerjapkan kedua matanya. Dia menatap sekeliling. Dirinya masih berdiri di gerbang sekolahnya.
Rupanya pertemuannya dengan Reza itu merupakan kilas balik kejadian setahun yang lalu.
Saat itu Kania baru akan naik ke kelas 3 sementara Reza yang terkenal sebagai siswa paling jenius pendapatan kesempatan untuk bisa berkuliah di Cambridge secara gratis bahkan mendapatkan uang saku.
Kania menghela nafas pasrah. "Sudah satu tahun aku menjalani LDR dengan Kak Reza. Mungkin gak sih bisa ketemu lagi?"
Kania pun melangkah masuk ke dalam kelas.
Kiranna mendengar pintu depan kamar kost-annya ada yang mengetuk. Dia beranjak keluar dari kamarnya dan bergegas mendekati pintu. Kiranna cukup terkejut melihat seseorang yang dikenalnya tengah berdiri di depannya sambil tersenyum."Jovan!""Hi, Kirana!""Kamu kok bisa tau kost-anku?" tanya Kirana yang masih terkejut."Aku pernah ngikutin kamu,""Ooh ....""Gak disuruh masuk nih?""Tapi Kamu gak bakal berbuat macam-macam 'kan?""Ya Allaah ... Tega banget sih fikiranmu? Aku gak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Aku gak seburuk itu Kirana," tegas Jovan dengan hati yang sedikit kesal.Kirana mempersilahkan Jovan masu
Suasana asri di tempat pengambilan gambar itu berubah Kaku. Kirana sempat terhenyak ketika Kania berteriak padanya.Beberapa orang sempat menoleh ke arah Kania yang berteriak pada Kirana meski tanpa sadar. Kania langsung menenangkan diri melihat reaksi orang-orang di sekitarnya."Justru karena aku asprimu jadi aku harus tau detail terkecil sekalipun tentang dirimu, Kania. Kamu gak bisa nutupin apapun dariku!" Kirana bicara dengan tegas.Kania menatap Kirana dengan berbagai macam perasaan yang kini makin berkecamuk dalam dadanya. Kania segera beranjak dari duduknya lalu berjalan menjauhi orang-orang. Kirana segera mengikuti langkah Kania. Mereka sampai di satu spot yang cukup rindang dan jauh dari orang-orang.Kania terdiam beberapa saat. Namun setelahnya dia menangis merasakan kegetiran hati yang selama beberapa bul
Semingu telah berlalu sejak kabar kematian seorang manager produksi hingga beritanya menjadi timeline di beberapa surat kabar dan acara info gosip di televisi.Di dalam unit apartement milik Kania, tampak Kirana sedang menyiapkan beberapa barang yang akan dibawa dan digunakan Kania ke sebuah spot pemotretan dengan tema lingkungan hidup"Fiuh ... beres juga," gumam Kirana.Krucuk ... Krucuk ...Kirana segera mengusap perutnya."Kalau gak salah, di kulkas yang ada di dapur itu ada pasta fetuccini sisa kemarin. aku angetin itu aja deh," gumam Kirana lagi.Selesai mengahangatkan pasta fetuccini Kirana segera kembali ke ruang tamu sambil menyalakan televisi.Tiba-tiba Kirana mengernyit mendengar suara tombol pasword unit apartement yang sedang ditekan dari luar
"Arght!"Jeritan penuh keterkejutan itu membuyarkan konsentrasi Jovan yang sedang dalam mode melayang. Dia sedang bercinta dengan Kania. Meskipun suara musik di dalam kamar itu cukup keras, namun keduanya masih bisa mendengar teriakan seorang wanita yang masuk ke dalam kamar Kania."Brengsek! Kok bisa-bisanya ada orang masuk tanpa permisi dan bikin mood-ku berantakan. Siapa sih dia?" tanya Jovan pada Kania namun dengan mata yang menatap ke arah wanita yang kini sedang berdiri di ambang pintu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Dia asisten pribadiku. Aku lupa kalau tadi aku nyuruh dia beliin gado-gado buat makan siang. Maaf ya, Sayang," ujar Kania menenangkan emosi Jovan.Jovan menjawab pernyataan Kania dengan dengusan kesal saja."Kir, kamu tunggu aku di ruang tamu dan tolong tutup pintunya," ucap Kania lirih namum setengah b
Pagi itu seorang gadis cantik terlihat sedang rebahan di sofa dalam apartement-nya. Ditangannya ada ponsel yang sedang dia gunakan untuk berboncang dengan seseorang lewat aplikasi chatting.~Dari pagi sampe sore ini aku gak ada jadwal syuting. Aku tunggu kamu di Apartemen~ Kania.~Ok! Jam sepuluh aku ke situ. Aku udah gak tahan banget~ Jovan.~Aku selalu siap untukmu~ Kania.Percakapan itu cukup sarkas. Yang dibahas di dalamnya hanya seputar rencana percintaan mereka.*Jam menunjukan angka 08.30. Kirana masih meringkuk di atas kasurnya. Fikirannya kacau mendapati pakaiannya kembali berlumuran darah dan kali ini tidak sedikit. Sejak masih tinggal di kota kelahirannya, Kirana sudah mulai menerka-nerka tentang hal-hal yang tidak masuk akal yang set
"Kirana Kamu gak apa-apa 'kan? Ada yang bawa minyak angin gak?" tanya Kania.Kirana mulai membuka matanya ketika hidungnya mencium bau minyak angin. Dia melihat satu-persatu orang-orang di sekitarnya."Kamu kok bisa pingsan gini sih, Kir?" tanya Kania."Seingatku tadi kaya kepeleset gitu pas udah deket toilet,""Makanya kalau jalan itu hati-hati," ketus Kania.Kirana hanya terdiam. Cara bicara Kania terdengar ketus. Sejak menginjakan kaki di jakarta, baru kali ini Kania bersikap seperti ini.'Sepertinya syutingnya terganggu gara-gara aku pingsan. Makanya dia bersikap seperti itu," Kirana membatin."Kita take lagi ya! Semua udah siap buat lanjut syuting 'kan?" tanya sutradara
Tiga bulan berlalu sejak Kania keguguran. Selama tiga bulan itu pun hubungan Bram dan Kania terasa dingin dan hambar. Mereka masih tinggal di apartemen yang sama, namun sudah tidak tidur seranjang. Bram yang sangat kecewa pada Kania memilih untuk tidur di ruang tamu. Mereka jarang bertegur sapa. Bahka ketika di agency pun, Bram lebih memilih menghindar dari Kania.Meski Kania sudah berusaha menjelaskan, namun Bram tetap tidak percaya. Bukti hasil laboratorium dari rumah sakit sangat akurat. Kania memang kecewa dengan sikap suami sirinya itu. Tapi dia berusaha tetap tenang dan ceria.Malam hari sekitar pukul 21:45, Kania terlihat memasuki unit apartementnya. Setelah menutup pintu, dia berjalan menuju kamarnya. Kania berpapasan dengan Bram di ambang pintu kamar. Kania melihat koper besar di belakang Bram."Mas mau kemana?" tanya Kania dengan kening yang mengernyit."Amerika. Aku yang memenangkan tender
Sore itu, pernikahan sederhana dan tertutup itu telah selesai digelar. Bram dan Kania telah menikah secara siri. Selesai mengantar Kania ke apartemen, Bram segera pergi menuju sebuah cafe untuk menemui seseorang.Sesampainya di cafe, Bram melihat Maya sudah duduk di meja yang memang telah dia reservasi. Bram pun berjalan mendekat dan duduk di kursi yang bersebelahan dengan Maya. Maya mendekat hendak memeluk Bram, namun Bram menghindar."Tiak usah berbasa-basi. Aku memintamu untuk menemui karena aku ingin menyampaikan sesuatu. Aku sudah menghubungi pengacaraku. Berkas gugatannya akan segera diproses dalam waktu dekat ini," ujar Bram tegas."Jadi pernikahan kita tetap akan berakhir Bram?" tanya Maya dengan mimik wajah sedih."Iya. Jangan bilang kalau kamu menyesal. Kamu yang memulai konflik dan menghinaku sebagai laki-laki tidak berguna.
Mobil sedan berwarna biru elektrik itu terlihat bergerak mendekati sebuah tangga berbentuk spiral. Dari tangga itu terlihat seorang gadis yang berjalan perlahan sambil memegang area sensitifnya yang terasa ngilu. Seorang laki-laki keluar dari sedan biru elektrik tersebut lalu berjalan mendekati tangga. "Cepetan turunnya, Kania. Nanti ada yang lihat," Kania menekuk wajahnya sambil mempercepat langkahnya. Begitu dirinya sampai di ujung tangga, Bram segera menggendong Kania dan memasukannya ke dalam mobil. Mobil sedan milik Bram pun segera keluar dari baseman gedung agency. "Di mana letak gedung apartemen tempat kamu tinggal?" tanya Bram tanpa menoleh ke arah Kania. Kania segera memberi tahu arah menuju apatement miliknya. Tak sampai berapa lama, mobil itu tiba di halaman sebuah gedung apartemen yang cukup elegan. Bram membantu Kania berjalan dengan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments