Home / Rumah Tangga / AMBISI WANITA SIMPANAN / BAB 28. Siapa Yang Mengatakannya?

Share

BAB 28. Siapa Yang Mengatakannya?

Author: Mayangnoura
last update Last Updated: 2025-05-25 22:09:48

"Ayo, bu! Gin! Kita keluar. Lihatlah, Rini dan kedua orangtuanya sudah menunggu di depan pintu," ucap Galih pada Marni dan Gina tampak malas keluar dari mobil.

Marni menghela nafas berat. "Hh, kenapa aku mengantar putraku lamaran lagi sih? Padahal aku dulu sudah sangat senang karena melamar gadis kaya."

"Pernikahanku dengan Citra belum berakhir, bu. Masih ada kemungkinan Citra kembali kepadaku. Sekarang, kita ikuti saja maunya mereka semua. Daripada mendapat masalah baru. Ayo, keluar."

Dengan malas, Marni dan Gina keluar dari dalam mobil. Mereka disambut dengan antusias dan ramah oleh Rini dan kedua orangtuanya. Singkat cerita, mereka sudah duduk di ruang tamu.

"Jadi maksud kedatanganku, ibu, adikku, adalah untuk melamar Rini. Maaf tidak bisa membawa banyak keluarga karena satu hal dan yang lainnya. Kami harap bapak dan ibu bisa memakluminya."

Adi angguk-angguk. "Ya, kami sangat memaklumi. Dan... tanpa harus berbasa-basi, kami menjawab lamaran ini dengan menerimanya. Karena Rini suda
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
lanjutannya jgn kelamaan thor ^^ bsa tamat nunggu 1 tahun nanti .
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 41. Perbuatan Nekad Gina

    "Sudah pulang?" tanya Marni begitu melihat Galih masuk ke dalam rumah sedang dirinya sendiri tengah menyetrika pakaian."Ya, bu," jawab Galih sembari mengambil duduk di sofa yang ada di ruang tengah itu. Tangannya kemudian mengambil remote dari atas meja dan mengganti channel televisi yang sebelumnya sedang ditonton oleh Marni. Acara olahraga yang dipilihnya."Bagaimana?" tanya Marni lebih lanjut."Bagaimana apanya, bu?""Perceraianmu?""Ya sudah selesai. Makanya aku pulang.""Berarti kamu dan Citra sudah resmi bercerai?""Ya. Seperti itulah.""Katanya kemarin mau mencoba merayu Citra untuk menerimamu kembali karena kamu dan Rini akan bercerai. Jadi?""Jadi. Tapi ditolak mentah-mentah.""Dia teguh pendirian juga ya.""Hum.""Berarti pulang dari pengadilan, kamu mencari pekerjaan?""Tidak. Setelah pulang dari pengadilan aku mengobrol dengan Citra dulu di kafe. Setelahnya langsung pulang.""Jadi kapan kamu mau cari kerja?""Kan sudah mencari bu. Aku sudah mencari kerja sana sini tapi b

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 40. Niat Aborsi

    Citra terhenyak. Matanya langsung melebar begitu mendengar apa yang dikatakan oleh mantan suaminya tersebut. "Ternyata kamu belum berubah ya, mas? Ternyata kamu masih jahat dan tidak berperasaan seperti dulu. Saat ini kamu masih terikat pernikahan tapi bisa-bisanya meminta wanita lain untuk menjadi istri kamu?""Aku kan sudah bilang ke kamu kalau pernikahanku dan Rini sudah di ujung tanduk. Itu sebabnya aku berani bicara seperti ini padamu," balas Galih."Tidak. Saat kita sedang dalam proses cerai pun dan di saat yang bersamaan kamu akan menikahi Rini, beberapa kali kamu memintaku untuk kembali padamu, mas. Dan sekarang di saat perceraianmu belum terjadi, kamu melakukan hal yang sama.""Itu karena aku masih mencintaimu, Cit.""Kalau kamu masih mencintaiku kenapa kamu mengkhianati aku, hah?"Galih tak langsung membalas. Wajahnya kemudian menunduk. "Aku khilaf, Cit.""Khilaf itu perbuatan spontan dan di saat itu saja, mas! Tapi kamu dan Rini melakukannya secara terus menerus! Kalau buka

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 39. Meminta Kesempatan

    "Aku terbawa kesal, bu. Habisnya aku merasa dia bodoh sekali sudah memberikan tubuhnya padahal laki-laki itu tidak memberikan apa-apa. Terus menyamakan aku dengan pria brengsek itu. Aku akui aku nakal, bu. Tapi aku masih menghargai wanita. Aku memakai Rini dengan imbalan yang lebih. Aku membelikannya mobil dan lain-lain walaupun sebagiannya bukan uangku.""Masalahnya sekarang itu yang harus kamu fokuskan adalah bagaimana caranya apa yang sedang dialami oleh Gina ada jalan keluarnya.""Nah, ini juga masalahnya, bu. Bagaimana mau mendapatkan jalan keluar kalau laki-laki itu saja tidak diketahui keberadaannya? Ibu dengar sendiri kan kalau Gina tidak tahu dimana rumah pria itu dan tempat kerjanya? Ibu pikir aku Intel bisa cari rumah pria brengsek itu tanpa diberitahu?""Aku mengerti maksudnya. Mencari orang yang tidak kita kenal memang tidak mudah atau bahkan rumit. Tapi tidak juga dengan cara mencela adik kamu. Adik kamu memang salah. Tapi jangan disudutkan. Saat ini dia pasti sedih, bin

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 38. Semuanya Sama Saja

    Bagai petir di siang hari. Galih dan Marni kaget luar biasa begitu mendengar cerita Gina. Mau tidak percaya tapi Gina sendiri yang bercerita. Apa ini hanya prank?"Kamu jangan main-main dengan kami, Gin," ucap Galih sembari melangkah mendekati tempat tidur.Gina mengalihkan pandang pada Galih. "Tapi aku tidak main-main, mas. Aku serius. Saat ini aku memang sedang hamil anak dia.""Kalau begitu beritahu padaku siapa namanya dan alamatnya. O ya, nomer ponselnya saja dulu. Aku akan menelponnya.""Untuk apa mas menelponnya?""Tentu saja untuk meminta pertanggungjawaban atas kehamilan kamu!" sahut Galih dengan suara meledak. "Kenapa harus ditanyakan lagi sih?!""Tapi dia sudah punya istri dan anak, mas. Tadi kan aku sudah bilang.""Mau dia punya istri sepuluh dan anak seratus sekali pun, aku akan tetap menghubungi dia! Dia harus mempertanggung jawabkan apa yang terjadi sama kamu!""Maksud mas, dia tetap harus menikahi aku meskipun sudah punya anak dan istri? Aku jadi istri keduanya begitu

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 37. Muncul Masalah Lain

    Bahu Galih mengendik. "Tidak taulah, bu. Kan Gina juga baru datang. Belum sempat nanyain ada apa. Tapi sepertinya terjadi apa-apa karena wajahnya basah dengan airmata dan rambut awut-awutan.""Duh, kenapa ya?" tanya Marni pada dirinya sendiri dengan perasaan khawatir."Baiknya ibu tanyakan langsung sekarang pada Gina. Takutnya memang sudah terjadi sesuatu sama dia.""Iya, deh." Marni pun masuk ke dalam kamar Gina disusul oleh Galih yang hanya sampai di pintu saja. Menurut Galih lebih baik ibunya saja yang bertanya karena sama-sama perempuan sedangkan dia hanya akan memperhatikan saja. Dan yang pertama kali mereka lihat adalah Gina sedang menangis dalam keadaan berbaring miring membelakangi pintu sambil memeluk bantal guling."Gin, ada apa kamu pulang dalam keadaan menangis begini?" tanya Marni sembari mengambil duduk di tepi tempat tidur. Gina tak menjawab. Gadis itu terus saja menangis. Malah tangisnya bertambah sedikit mengencang. Mendapati hal itu, Marni semakin penasaran dengan

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 36. Kembali Ke Rumah Ibu

    "Kalau begitu tak ada gunanya kamu menjadi suami Rini!" sahut Siti dengan wajah marah dan tidak terima. "Rini butuh suami yang kaya! Bukan suami miskin!"Galih menelan saliva. "Kenapa ibu bisa bicara seperti itu? Memangnya siapa yang menginginkan aku menjadi suaminya Rini? Kalian bukan? Bahkan kalian memaksa aku untuk segera menikahi Rini."Mata Siti melebar mendengar jawaban itu sebagai ekspresi tak menyangka. Mulutnya pun turut menganga. "Apa kamu bilang?! Berani kamu menjawab seperti itu?!""Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, bu.""Yang membuat kami kesal adalah kenapa kamu tidak mengatakan kebenaran ini dari dulu?! Kalau Rini tahu kamu pria miskin, tentu dia tidak mau ada hubungan dengan kamu! Apalagi sampai hamil anak kamu!""Aku tidak pernah mengatakan pada Rini kalau aku pria kaya, bu. Rini sendiri yang mengambil kesimpulan kalau aku pria kaya. Terus, yang menginginkan kehamilan adalah Rini sendiri. Aku sering mengingatkannya untuk tidak lupa meminum pil KB. Eh, dia malah ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status