"Maafin Ibu, Am. Ibu ngga tahu," kata Bu Layla dengan suara rendah, tetapi lama-lama malah bisa ketularan menangis. "Jika Ibu tahu, Ibu ngga bakalan ngasih ruang kepada Ashraff untuk deketin kamu."
Ketika Bu Layla sedang mengumpulkan kemantapan untuk berhenti berlaku ramah kepada Ashraff, suara ketukan terhadap sebuah benda berbahan kayu malah menginterupsi duluan. Mau tidak mau, Bu Layla harus meninggalkan Ameena. Yang datang untuk bertamu ternyata merupakan tokoh utama dari obrolan mereka. Achmad Ashraff. Maksud Ashraff adalah memastikan apakah Ameena sudah balik ke rumah atau belum. Akan tetapi, Ashraff disambut Bu Layla dengan tidak bersahabat?"Mau apa kamu ke sini?""Maaf, Bu, saya datang ke sini untuk memastikan apakah Ameena udah sampai rumah atau belum. Tadi, Ameena malah ninggalin saya," ucap Ashraff tanpa sempat berpikiran macam-macam terhadap keketusan Bu Layla."Memang lumrah sekali kalau Ameena ninggalin kamu, Shraff."Perkataan Bu Layla terdengar menohok. Yang disayangkan, Ashraff tidak bisa memahami dengan cakap. Malah terseret arus kebingungan."Maksud Ibu?" tanya Ashraff dengan kening sudah ditumbuhi kerutan halus."Ibu sungguh ngga habis pikir sama kamu, Shraff. Mengapa kamu bisa sampai hati untuk memfitnah anak Ibu? Apakah Ameena sering berbuat buruk sama kamu?"Pertanyaan Bu Layla mendorong Ashraff untuk bernostalgia. Mengingat sebagian kenangan dari masa-masa SMA, seluruh elemen dari alam semesta bersedia bersaksi untuk membuktikan sifat mulia Ameena. Meski mereka selalu bersaing secara akademik, Ameena tidak pernah berbuat nista kepada Ashraff. Tapi, Ashraff?Ya, Allah. Ya, Rabb. Kenapa Ashraff malah selalu melemparkan kotoran kepada Ameena?"Mulai dari nama baik Ameena rusak, bersama Ameena ... Ibu benar-benar merasa hancur," kata Bu Layla dengan menggunakan suara serak dan berkesan basah, sekalian menghantam dada sendiri dengan menggunakan kepalan dari salah satu tangan.Mendadak, Bu Layla diserang sesak. Yang merupakan kepastian, bukan dikarenakan Bu Layla sedang menderita asma. Tapi? Di dalam batin Bu Layla, tekanan besar terus berkuasa dengan rakus."Apakah kamu tahu, Shraff? Melihat Ameena terus-terusan murung, sebuah kebohongan besar apabila Ibu bisa bilang ngga mencemaskan Ameena. Tiap malam, Ibu malah selalu resah karena terus kepikiran dengan suatu kemungkinan terburuk. Yaitu apabila Ameena sampai hilang arah dan memutuskan untuk mengakhiri hidup," ucap Bu Layla dengan hati semakin terlunta-lunta.Mulai dari Ashraff disemprot habis-habisan sama Bu Layla, Ashraff mengaku tidak dapat berkutik karena kebobrokan Ashraff sudah dibongkar Ameena secara utuh. Membuat Ashraff seperti sedang dikuliti hidup-hidup. Mata Ashraff sampai mengidap keperihan. Yah, bagaimana tidak? Melihat ketidakberdayaan Bu Layla, bisa dikatakan Ashraff seperti ikutan menyelami kesakitan dari wanita berjiwa rapuh tersebut."Ibu udah besarin Ameena dengan susah payah, Shraff.""Ibu selalu berusaha untuk mendidik Ameena dengan telaten supaya Ameena ngga tersesat. Tapi, kamu ... kamu malah membuat Ameena berubah!" ucap Bu Layla dengan dipenuhi emosi hingga tidak ragu-ragu untuk menunjuk muka Ashraff.Pandangan Bu Layla beralih memburam. Mungkinkah karena keberadaan cairan bercita rasa asin di kedua bola mata Bu Layla? Memang karena benda cair tersebut. "Andai kamu ngga pernah memfitnah Ameena, Shraff. Pasti cita-cita Ameena udah tercapai dan Ameena ngga akan sampai mutusin untuk berhenti tunduk terhadap setiap aturan agama kita."Mulai dari SD sampai SMA, Ameena selalu beribadah dengan tertib hingga mampu bersabar atas segala cobaan. Akan tetapi, momen dimana Ameena dikeluarkan dari SMA Islam Al-Mustaqim adalah batas dari kesabaran Ameena. Membuat Ameena marah kepada sang khalik karena selama hidup dengan lurus Ameena malah terus dikasih kesusahan. Jadi, Ameena memutuskan untuk hidup dalam kesesatan. Kenapa? Menurut Ameena, rata-rata kehidupan dari orang-orang sesat malah cenderung dilimpahi dengan kemudahan."Ibu bener-bener kecewa sama kamu, Shraff.""Ibu nyesel banget karena udah ngasih kamu kesempatan untuk deketin Ameena sedangkan kamu ternyata adalah sumber dari kehancuran Ameena."Muka ditundukkan dengan sebelah telapak tangan dikerahkan untuk menaungi mulut, badan Bu Layla segera disandarkan ke samping kusen—mumpung belum roboh. Melihat dada Bu Layla sampai bergerak naik dan turun dengan dibarengi tetesan cairan tanda kesedihan dari kedua sudut mata wanita berhati sensitif tersebut, bisa dipastikan Ashraff sedang berdusta apabila mengaku tidak sesak.Meski Bu Layla masih menangis dengan teramat emosional, Ashraff tidak berencana untuk bergeming. "Maaf, Bu, saya sungguh-sungguh meminta maaf kepada Ibu karena saya udah mengacaukan kehidupan Ameena. Tapi, terus terang saya ngga bisa berbuat banyak untuk Ameena karena semua udah telanjur berlalu, Bu," kata Ashraff dengan kedua bola mata turut berair, "dan kalau Ibu berkenan, izinkanlah saya untuk bertanggung jawab, saya akan menikahi Ameena untuk memperbaiki reputasi Ameena dan saya akan sekalian mewujudkan impian Ameena dengan menyekolahkan Ameena."Mulai dari SMP, Ameena sudah memiliki keinginan untuk bisa mengajar seperti Ashraff. Artinya, Ashraff harus membantu Ameena untuk mengejar Program Paket C supaya Ameena bisa berkuliah keguruan.Di samping Bu Layla, kemunculan Ameena benar-benar tidak terduga. Mengetahui Bu Layla tidak selesai-selesai selama berdebat dengan Ashraff, Ameena memilih untuk menghadapi Ashraff secara langsung sebelum Bu Layla sempat terbujuk rayuan manis dari laki-laki cerdik tersebut."Apakah aku ngga salah denger, Shraff? Ini, barusan kamu beneran bilang kalau kamu akan menikahiku?" tanya Ameena dengan mulut setengah melengeh untuk melelehkan tawa sumbang."Astaga, Shraff. Aku ngga mungkin nyusun mimpi burukku sendiri dengan nikah sama kamu," ucap Ameena dengan suara bertambah menggebu-gebu. Muka Ashraff sampai ditunjuk segala.Meski Ameena berlaku keras, Ashraff tidak bersikap serupa. Masih tetap dengan mode kalem. Yang divonis bersalah, bukankah memang harus mengerti keadaan?"Please, Am. Meski kamu sangat membenciku, kamu harus tetep membuka hatimu untuk melihat ketulusanku," kata Ashraff. "Yang menjadi alasan utamaku menikahimu semata-mata emang untuk menebus kesalahanku kepadamu karena aku udah membuatmu kehilangan marwahmu. Jika suatu hari nanti kamu udah dipertemukan dengan takdir cintamu, aku ngga akan menahanmu untuk tetap bersamaku."Di sini, Ashraff tidak sembarangan berucap. Memprediksi bahwa Ameena tidak mungkin bisa ridho, Ashraff tidak akan benar-benar menikahi Ameena. Yang terpenting, Ashraff bisa mengembalikan kehormatan Ameena seperti sediakala. Dia sudah lelah untuk dihantui dengan kesilapan tiada tandingan."Aku ngga akan memaksa kamu untuk menjawab sekarang."Pesan Ashraff kepada Ameena masih tersisa sebaris."Tapi, besok atau lusa, aku akan balik ke sini untuk mendengar langsung keputusanmu."Ketika unek-unek sudah tersampaikan semua, Ashraff segera berpamitan kepada Bu Layla dan Ameena dengan sopan tanpa kelupaan untuk menambahkan luncuran tatapan bermakna mengharapkan kedamaian. Yang ditinggalkan Ashraff—terutama Ameena—langsung kepikiran dengan omongan Ashraff.Apakah Ameena akan menerima tawaran Ashraff?MASIH menduduki sofa bercorak hijau army dengan badan belakang ditempelkan ke bagian sandaran dan sebelah tangan ditekuk untuk menyangga salah satu sudut kepala, Ameena harus menghadapi seruan bernada persuasif dari Bu Layla. "Ibu ngga bermaksud untuk memaksamu, Am. Tapi, setelah dipikir-pikir, mungkin ... menikah dengan Ashraff emang merupakan solusi terbaik untuk kamu."Perkataan Bu Layla sungguh membuat kepala Ameena berputar-putar. Menjadikan wanita berkaus ungu dan celana warna tulang sebatas lutut tersebut merasa dianaktirikan. Mendapati Bu Layla terus mempromosikan Ashraff, bagaimana Ameena bisa tidak cemburu? Yang merupakan anak kandung dari Bu Layla siapa, sih? Ameena atau Ashraff?"Aku ngga cinta sama Ashraff, Bu," ucap Ameena dengan suara mantap. Di samping Ameena, Bu Layla meraih bahu kanan Ameena dengan memanfaatkan salah satu telapak tangan seraya berkata dengan menggunakan irama memaklumi, "Iya, Am. Ibu bisa ngerti."Apakah sudah cukup selesai di situ? Tidak.Bu Layla
SELAMA sedang duduk berhadapan dengan Bu Layla, Ashraff benar-benar diliputi ketegangan. Membuat Ashraff sampai tidak bisa leluasa bernapas dan tidak berani menggerakkan kaki dengan kedua telapak tangan terus memegangi lutut. Apakah sebelum Ashraff bisa menikahi Ameena, Ashraff akan dites Bu Layla terlebih dahulu?"Ibu minta kamu untuk dateng ke sini untuk suatu alasan, Shraff," kata Bu Layla dengan suara terdengar matang. "Memang ngga bisa dipungkiri bahwa Ameena bersedia menikah denganmu karena sebuah kesepakatan doang. Malah, kemungkinan besar ... status kalian nanti ngga akan bener-bener dianggap sama Ameena."Alangkah melegakan untuk Ashraff. Dia tidak sedang diinterogasi maupun disuruh untuk memecahkan tebak-tebakan rumit. Jadi, Ashraff bisa memanfaatkan momen untuk mengatur napas. Agar setiap buih dari oksigen dapat mengalir ke seluruh tubuh laki-laki tersebut dengan lancar dan teratur. "Yang menjadi masalah. Ibu ngga bisa berpura-pura ngga ngerti, Shraff. Di dalam agama kita,
MEMEGANG kedua bahu Bu Tsania, maksud Ashraff adalah menuntun sosok wanita berusia lewat dari setengah abad tersebut untuk menyelesaikan masalah antara mereka berdua dengan menggunakan kepala dingin. "Mari, Bu," kata Ashraff, "kita duduk dulu. Aku akan menjawab semua keresahan Ibu."Meski dada dari Bu Tsania masih bergerak naik dan turun secara berkesinambungan, Ashraff tetap membawa Bu Tsania untuk berpindah ke sofa. Di ruang keluarga, sekarang mereka sudah duduk bersebelahan dengan arah sama-sama sedikit diserongkan supaya tatapan mereka bisa memetik kemudahan setiap akan dipertemukan. Masih fokus dengan kornea mata Bu Tsania, bisa dibilang suara Ashraff tidak kalah lembut dengan sorot mata Ashraff selama sedang bertutur kata kepada Bu Tsania. "Maaf, Bu. Aku ngga berniat untuk nyurangin Ibu."Bu Tsania menarik napas untuk diembuskan dengan mengandalkan satu dorongan. Lalu, tidak lama berselang, kedua manik mata Bu Tsania diinstruksikan untuk memandang ke arah Ashraff. "Baiklah. Ibu
DI SAMPING Ameena, tiba-tiba Ashraff sudah muncul dan menghalau lengan kanan Ameena. Lalu, Ashraff menoleh dengan cepat untuk meluncurkan tatapan garang kepada Ameena. Di tangan kanan Ameena, sebuah gelas berisi cairan haram bergegas direbut Ashraff untuk kemudian dipindahkan ke atas meja.Atas keberadaan Ashraff, Ameena tidak sampai menampilkan ketertegunan karena Ameena masih belum kepikiran untuk bertanya-tanya mengenai bagaimana Ashraff bisa datang ke situ. Yang dipilih Ameena adalah memamerkan senyuman tanpa dosa seraya membalas tatapan Ashraff dengan sorot mata menantang serta berkarakter elegan."Aku malah sayang banget, Shraff," ucap Ameena dengan irama cenderung angkuh. "Jika aku ngga sayang sama tubuhku sendiri, aku ngga akan duduk di sini dan berusaha untuk ngilangin stress-ku.""Aku bukan ngga bisa ngerti mengenai kondisimu, Am. Tapi, caramu beneran salah," kata Ashraff, "selain haram ... minuman beralkohol bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatanmu."Mengharap bahwa nase
LAMARAN RESMI dari Ashraff diminta Ameena untuk dibuatkan acara. Meski tidak sampai menyewa tempat karena cukup dilangsungkan di rumah Ameena, menurut ketiga teman bicara Ameena sekarang, keinginan Ameena sudah termasuk neko-neko hingga mampu membuat suasana ruang tamu lantas berubah kurang menyenangkan."Mengapa harus sampai bikin acara besar segala? Apakah ngga terlalu boros?"Bu Tsania sudah berucap dengan turut mencetuskan nada-nada berkesan memprotes dan Bu Layla sendiri merasa sependapat dengan sosok wanita berstatus ibunda dari Ashraff tersebut. "Iya, Am. Ibu pikir. Yang dikatakan Bu Tsania emang benar. Toh, tanggal lamaran dan tanggal nikahan kalian ngga berselisih lama," kata Bu Layla dengan kepala tidak kelupaan untuk diputar ke arah samping dan kedua mata dikerahkan untuk menatap Ameena. Menatap Bu Tsania, Ashraff, dan Bu Layla secara sekilas dan dilakukan dengan metode bergantian, Ameena sudah bertekad untuk tidak menerima masukan apa pun hingga menanggapi tatapan bermakn
PADA HARI JUM'AT tanggal 31 Desember 2021, Ashraff dan Ameena sama-sama berfoto untuk melengkapi dokumen nikah mereka. Lalu, mereka akan sekalian melakukan foto prewedding sesuai dengan kemauan Ameena. Menurut Ashraff, momen sekarang memang mendamaikan kalbu. Yah, bagaimana tidak? Di kehidupan terdahulu, tanggal 31 Desember 2021 adalah hari dimana Ameena bisa bertemu dengan Krishna. Mendapati Ameena tidak mengalami kesialan serupa, Ashraff benar-benar bersyukur. Membuat Ashraff bisa didekap kelegaan tidak terkira karena Ashraff dapat sedikit mengubah skenario dari kehidupan Ameena.Ketika Ameena keluar dari ruang ganti dengan tubuh sudah dibingkai gaun selutut model sabrina berwarna peach, Ashraff langsung memalingkan muka dengan disertai bibir merengut. Melihat reaksi tidak ramah dari laki-laki bertuksedo hitam tersebut, Ameena lantas mengusir ekspresi cerah semula untuk digantikan dengan mimik bermakna heran."Kenapa?"Melirik ke arah Ameena dengan mengandalkan ekor mata, seruan ber
MEMANDANG Mirza dengan kondisi tertegun, lidah Ameena teramat kaku hingga membuat Ameena harus mengusung kebisuan. Meski tidak dekat dan belum pernah mengobrol dengan Ameena, secara tidak terduga Mirza malah bisa bertanya, "Mau nyari cincin?"Aneh memang. Mendapati Ameena berdiri di hadapan etalase khusus benda-benda berukuran mungil, bagaimana bisa selama sedang berinteraksi dengan Ameena, Mirza malah beranggapan bahwa mereka seolah-olah adalah teman lama?"Iya. Aku mau nyari cincin tunangan untukku."Meski mulut Ameena masih separuh membeku, Ameena tetap membalas dengan cuek. Arah dari muka Ameena sampai diluruskan kemudian. Jadi, Ameena bisa menyudahi kontak mata antara mereka berdua.Atas tutur kata dari bibir Ameena, bisa dibilang Mirza memang tersentak bukan main. Mata dari laki-laki berkemeja hitam dengan motif garis-garis putih tersebut sampai melebar. "M- maksudmu, kamu akan segera menikah?" tanya Mirza masih dengan kedua mata separuh membola.Menatap Mirza dengan heran, Amee
DI KEHIDUPAN SEBELUMNYA, tanggal 7 Januari 2022 adalah hari dimana Ameena berkencan dengan Krishna. Di kehidupan sekarang, takdir Ameena untuk tanggal tersebut sudah berubah. Yaitu digantikan dengan fakta: Ashraff dan Ameena telah resmi bertunangan. Jadi, sekarang Ashraff benar-benar dilimpahi dengan kelegaan karena mendapati realita bahwa kisah romansa antara Ameena dan Krishna tidak sampai terulang.Jika orang-orang sering mengeluhkan keberedaan hari senin, Ashraff malah cenderung berkebalikan dengan mereka. Muka Ashraff entah mengapa bisa sampai bersinar dengan terang. Mungkinkah karena Ashraff akan membagikan undangan? Tapi, kenapa Ashraff bisa berbunga-bunga begini? Ayolah. Ashraff dan Ameena tidak serius-serius amat. Mereka akan menikah untuk sementara doang, bukan untuk selamanya.Mendatangi ruang kepala sekolah, maksud Ashraff adalah menghadap kepada Pak Azizul karena Ashraff tidak bisa melupakan eksistensi dari sosok laki-laki berusia 54 tahun tersebut. Pak Azizul akan dihara