Every person has their own secrets, and Alastair Emrys was no exception. Normally he was just a multimillionaire and worked as the chairman for the company light corporation. Light corporation was leading in almost every sector of business. He was the only child to his parents, he was raised to inherit their family business and during the process, he relied on himself and stopped relying on anyone else. His parents were worried about him but never voiced it out. But all of his demeanor changed once an omega named Daelyn trespasses into his life. He just intended to use her to shut his board members on settling down, but the omega held more surprises. She wasn't a typical omega but there was more to her than that seemed.
Voir plusMalam semakin larut, hujan turun dengan derasnya.
Kilat masuk melalui celah jendela seakan siap menyambar.
Di dalam kegelapan, seorang wanita muda sedang menangis sambil memeluk tubuh kecil bayinya.Meskipun suara petir menggelegar dan memekakkan genderang telinga, Eliza Afrina tidak takut.
Yang dia pikirkan saat ini hanyalah anaknya yang sedang panas tinggi.
Obat penurun panas yang diberikan bidan, sudah dia berikan. Tapi, tak kunjung meredakan panas sang putra.
"Nak?"
Eliza menahan tangis sembari memeluk bayinya yang sudah pucat itu. Bahkan tiap beberapa menit sekali, wanita itu meletakkan jari telunjuknya di bawah lubang hidung bayi laki-laki itu untuk memastikan sang putra masih bernapas.
Berkali-kali ditelponnya sang suami, tetapi tak diangkat.
Tetangganya juga banyak yang sedang pergi ke luar untuk menghabiskan weekend bersama keluarga.
Kebetulan, kawasan perumahan yang di tempatnya, jauh masuk ke dalam dan masih sangat sepi. Jalan kiri dan kanannya bahkan masih hutan lebat.
Parahnya lagi, ponsel Androidnya baru ditukar sang suami dengan ponsel jadul tahun 2000-an, sehingga Eliza tak bisa memesan taksi online.
Setelah berpikir beberapa saat, Eliza lantas pergi ke dapur dan mengambil plastik bekas yang disimpannya. Bersyukur dia menyimpan plastik berukuran besar. Dipotongnya bagian depan seukuran wajah bayi dan kemudian memasukkan bayi ke dalam plastik.
Dibuatnya jas hujan darurat untuk putranya.
"Tahan ya nak, kita ke rumah sakit sekarang. Anak bunda akan sehat." Eliza kembali berkata dengan bibir gemetar.Tak dipedulikan tubuhnya yang basah kuyup, menggigil kedinginan.
Secepat mungkin dia berlari. Namun belum melihat ada klinik atau rumah sakit, langkah kakinya terhenti ketika merasakan tapak kakinya terasa sangat sakit seperti ada yang menancap.Bersyukur Ibnu tidak terlepas dari tangannya.
Diperhatikannya paku berukuran panjang yang menancap di telapak kakinya. Kembali menahan sakit yang luar biasa, dicabutnya paku itu.Tiba-tiba saja, cahaya kilat terlihat.
Eliza dapat melihat wajah putranya yang sudah membiru.
Dipaksanya lagi tubuhnya berlari, hingga Eliza akhirnya melihat rumah sakit."TOLONG!" teriaknya sekencang mungkin begitu tiba di resepsionis.
Seorang perawat yang melihatnya, lantas menghampiri. "Ada apa ibu?""Sus, tolong selamatkan anak saya. Badannya sangat panas. Tadi dia sempat kejang." Eliza berkata dengan menangis.
Perawat itu langsung mengambil bayi dari tangan ibunya dan membawa ke ruang UGD.Dia juga berusaha menghubungi dokter.
Kejadian ini menarik perhatian beberapa pasien. Mereka bahkan menatap iba Eliza dan bayinya yang dibungkus dengan kantong plastik besar dan hanya melubangi bagian wajahnya saja.
"Sus, bagaimana keadaan bayi saya?"Eliza menangis tiada henti. Bahkan wanita itu tidak merasakan kakinya yang terasa amat sakit.
"Sebentar ya Bu, dokter akan segera datang," kata perawat itu sambil memandang tubuh Eliza yang sudah basah kuyup dengan bibir yang membiru. Tak lama, seorang dokter laki-laki akhirnya masuk dan memeriksa kondisi bayi yang sudah tidak sadarkan diri.Dia terkejut kala merasakan telapak kaki dan tangan anak Eliza itu yang sudah terasa dingin.
"Pasang infus dan pasang oksigen," perintahnya cepat. Cairan obat melalui selang infus terpasang.Anehnya, raut wajah sang dokter tampak tak puas.
"Hubungi dokter Risky," titah dokter muda tersebut pada sang perawat yang menahan ekspresinya.
Keduanya tahu kondisi bayi sudah sangat kritis. Mereka harus menyerahkan bayi tersebut ke dokter spesialis anak.
"Dok, anak, saya baik-baik saja, kan?" Seolah merasakan keanehan, Eliza bertanya.
Namun, dokter itu menjawab dengan wajah tenang, "Kita tunggu dokter anaknya datang."
Hanya saja, dokter itu terkejut ketika menyadari kondisi ibu pasien yang baru ditangani.
"Ke sini naik apa, Bu?"
"Saya jalan kaki dok," jawab Eliza.
Dahi dokter itu berkerut saat mendengar jawaban ibu muda tersebut. "Di mana lokasi rumah Anda?"
Seketika, Eliza menjelaskan tempat tinggalnya kepada dokter muda yang sedang fokus memeriksa kondisi bayinya. Dokter itu hanya tercengang mendengar keterangan dari ibu pasien.
"Jika kondisi anak Anda seperti ini, mengapa tidak pesan taksi secara online?"
Pertanyaan itu jelas membuat Eliza menangis. "Saya tidak bisa menghubungi taksi secara online."
"Apa Anda kehabisan paket internet?" Dokter itu kembali bertanya. Selain rasa penasaran, hal ini juga untuk menenangkan si ibu yang tampak sangat panik. Setidaknya mengobrol seperti ini, si ibu bisa sedikit tenang.
Alih-alih menjawab, Eliza mengeluarkan sesuatu dari dalam saku rok yang di pakainya.
Dokter itu memperhatikan apa yang sedang di pegang wanita tersebut. Keningnya berkerut saat melihat wanita itu mengeluarkan dompet dan ponsel dari dalam kantong plastik.
"Saya tidak punya aplikasinya dok, karena handphone ini tidak bisa mendownload."
Ponsel jadul itu membuat sang dokter terkejut. Saat zaman yang sudah semakin canggih namun wanita itu terlihat begitu menyedihkan dan udik hingga tidak memiliki handphone Android. Padahal manfaat handphone itu sangatlah banyak dan penting. Namun, semua itu ditahannya.
"Ayah bayinya mana?"
Kini, seorang perawat yang penasaran ikut bertanya.
"Saya tidak tahu," jawab Eliza kembali. Ya, sudah 4 hari suaminya tidak pulang. Bahkan, pria itu tidak pernah membalas pesan yang dikirim Eliza, termasuk permohonannya tadi.
Dokter muda itu hanya diam memandang Eliza.
Namun, tatapan matanya berpindah ke arah kaki wanita tersebut. Seketika dia membelalak. Segera dia memerintahkan sang perawat untuk memeriksa.
Sayangnya, Eliza menolak. "Saya tidak apa-apa dok, tolong selamatkan anak saya."
"Anak ibu dalam penanganan, sebaiknya ibu duduk agar kondisi kaki ibu dilihat dan diobati," jelas dokter tersebut.
"Kaki saya tidak apa-apa Dok, saya hanya terinjak paku."
Lagi, Eliza menolak. Sebenarnya, dia takut uang yang dimilikinya tidak cukup untuk biaya berobat putranya karena harus membayar uang pengobatan kakinya.
"Saya akan periksa Bu," ucap perawat tersebut yang memaksa Eliza untuk duduk di atas tempat tidur yang berada di samping bayi Eliza.
Eliza akhirnya hanya diam dan menurut. Dia duduk di atas tempat tidur dan membiarkan perawat memeriksa kakinya yang terasa sakit dan berdenyut nyeri.
"Dok ini pakunya masih ada yang menempel di kaki dan gak bisa dicabut."
Dokter itu lantas mendekati Eliza dan melihat paku yang menancap di kaki wanita tersebut.
Melihat ini saja, dokter itu sudah merinding. Dia tahu seperti apa rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. Bahkan kakinya sudah membiru. Dengan kondisi kaki yang seperti ini ibu muda itu tetap bisa sampai ke rumah sakit membawa anaknya, sungguh sangat menyedihkan.
Setelah melakukan tindakan terhadap bayi, dokter itu kemudian berpindah kepada ibu muda yang berwajib pucat dengan bibir biru, serta tubuh menggigil kedinginan. Dokter itu merasa prihatin ketika melihat kondisi bayi berserta ibunya.
Disuntik biusnya kaki Eliza. Setelah memastikan bius itu bekerja, dokter muda itu mencabut paku dengan memakai alat semacam tang.
"Pakunya panjang sekali, ini juga paku berkarat."
Dokter itu menunjukkan paku yang dilumuri cairan berwarna merah tersebut.
Setelah paku dicabut, barulah darah mengalir dari kaki yang berlubang.
Namun, Eliza hanya diam memandang paku di tangan dokter itu. Kepalanya dipenuhi sang putra.
Di saat yang sama, seorang dokter tampak masuk ke dalam ruang UGD. "Apa ini bayinya?"
"Iya dok," jawab perawat.
Dokter itu segera melihat catatan pasien dan kemudian memeriksa detak jantung bayi.
Terdengar helaan nafas pelan dari bibir dokter tersebut. "Langsung masukkan ke ruang NICU."
Deg!
Mendengar perkataan dokter itu, membuat jantung Eliza berdetak semakin cepat. "Bagaimana kondisi bayi saya dok?" tanyanya dengan bibir yang bergetar.
"Sebaiknya ibu banyak berdoa," ucap si dokter yang kemudian pergi meninggalkan ruangan.
Eliza yang baru diobati, seketika berjalan dengan dengan cepat mengikuti dokter yang menangani bayinya. Wanita itu menghentikan langkah kakinya.
Namun, seorang perawat menghentikannya di depan ruang NICU. "Mohon tunggu di sini dulu Bu."
"Tapi anak saya?" Eliza menangis sambil menutup mulutnya.
"Ibu harap tunggu di sini, agar dokter bisa menangani dengan baik."
Setelah mengatakan itu, sang perawat kemudian masuk ke dalam ruangan.
Eliza hanya diam dan memandang pintu yang tertutup dengan rapat. Dia ingin mengintip kedalam namun sayangnya tidak ada celah untuk mengintip.
Cukup lama Eliza menunggu dokter keluar dari dalam ruangan NICU. Dia sudah tidak sabar untuk mengetahui kondisi bayinya. Ada rasa lega ketika melihat dokter keluar dari dalam ruangan. Dia berharap dokter memberikan kabar baik untuknya.
Hanya saja, harapannya tak terkabul.
Begitu sang dokter keluar, dia mengumumkan kabar yang membuat Eliza terpukul.
"Kondisi bayi ibu kritis. Dan bayi sudah tidak sadarkan diri sejak 2 jam yang lalu," jelasnya.
Bugh!
Seketika Eliza limbung dan terjatuh ke belakang. Bersyukur dokter Rizki dengan sigap menangkap tubuh kurus si wanita.
"Dokter, tolong selamatkan anak saya dok. Saya tidak ingin jika sampai anak saya meninggal." Eliza menangis dan meremas tangan dokter laki-laki tersebut.
Kondisi Eliza yang seperti ini membuat dokter Rizki tidak tega untuk memberitahukan kondisi bayi malang tersebut.
"Kami akan mengusahakan yang terbaik. Di mana ayahnya? Saya ingin berbicara dengan beliau," ucap pria di depan Eliza itu kembali.
"Dia tak bisa dihubungi, Dok."
Dokter Rizki mengerutkan kening. Dia hendak bertanya, tetapi seorang perawat tiba-tiba keluar NICU dengan panik.
"Dokter kondisi pasien semakin kritis!"
“What’s wrong with you?” Al asked and I just hugged him tight and refused to let go. I don’t know what’s wrong with me either, I was feeling scared.Stupid omega hormones! I mentally slapped myself for being like this, especially not in front of Al. I am kind of feeling embarrassed whenever I cry in front of him, that's every time.“Please stay here with me.” I know I was tearing up and Al cupped my face and pressed kisses all over my face. It made me smile and all the discomfort was pushed far in my brain.“You're nearing your heat, is your leave approved?” He asked as he got off the bed and picked me up in his arms. I nodded as I wrapped my hands around his neck and pressed a kiss on his cheek.“You'll hate me someday.” I mumbled as I nuzzled against his neck, he smells amazing. His pheromones were more intense and their scent was mixing together. “It smells like a forest.” I smiled as he slowly lowered me in the bath and kissed my forehead. I giggled as I brushed my nose against h
DAELYN’S POV:“Dae, I found a secret garden where we can hang out.” The kid wearing a silver white shirt paired with black shorts exclaimed as he dragged the little girl with him.“Really, these people won’t find us there.” The little girl who was wearing a white frock with little flower patterns, beams as the latter smiled.That’s when it dawned on me, this was a memory not a dream. I remember that day as if it was yesterday. We found that there was a little secret garden around the lake behind the house. We started hanging out there very often. Well……Until that fateful day, the day he ran away from that prison of a house.To say I was disappointed was an understatement. He left me all alone, like my parents. I trusted him but in the end I was alone. That disappointment faded as the days passed, instead I felt relived. Relief washed over me as I finally realised that he was safe now. Away from the harsh criticism and comparisons. I felt happy for him but was a little salty that he
WARNING: Mentions of suicide and murders.The Black Swan's PovThe way my sabre glides down across anyones throat gives me a sense of perfection. The way that they seem powerless in front of me, I savour every second of it. But the main course for today is them, My parents. They've got to pay for what they did. Didn't they call me a good-for-nothing. They are going to die in the hands of a good-for-nothing then. Blood, It feels nice as it flows, as it seeps through my fingers.In the past, One day when I was coming back home when I was a kid, On the way I had to cross the road. When I was halfway down the road, I heard a bus honking. My eyes widened and I was too shocked to move. A part of me wanted to get out of danger but another part of me just wanted all of this to end. But in the end I didn't want to die. It isn't my fault that I'm not a good-scholar like they expected, therefore I decided to make them feel the same pain I went through. Was it because I'm a Child that they kee
DAELYN'S POV"I'm Daelyn Blair and I'm here to pick the order I made yesterday." I said to the guy sitting in front of the computer at the mall."Yes. Ms.Blair, right this way please." He said and led me into his studio. "Is that my order?" I asked, pointing to the spiralled book at one corner."Yes it is. I specifically paid attention to the pictures you mentioned. The rest of the pictures were carefully selected by my employees. We hope you like it." He said and handed that book over. This was my gift to leona, I had specifically collected pictures of her and also some of our group pictures to go with them. I flipped through the papers of the 'memory book' and it was very nostalgic. Seems like I made the right decision, she's going to cry after looking through this."It's perfect. Could wrap this for me. I would appreciate it if it were blue in colour." Leo has sky blue eyes, her eyes remind me of clear skies and a sunny day.There was also someone else who liked blue. That little
DAELYN’S POV It was Leona’s birthday next week and I was still yet to decide on the present. I pouted and gripped the pillow harder. It should be easy since I am her best friend but there’s hardly anything that she doesn’t have. I took a look around the house and I still don’t understand what’s happening here. Why is everyone here and not in their hideout doing their things? I spotted Natalya and Ms.Darville at the dining table and by the looks of it, they’re arguing again. Ms.Darville is the chairwoman of H&W University. I heard she took over it when she was 25 and she’s very cool. Natalya is our senior at the university and she is also an assassin for the Exodus club. Julian and Vincent have been sitting across from me on the couch and they were reviewing something. Miss Melany was instructing someone and the layout of Alastair’s mansion lay sprawled over the table. It’s been almost half a day like this but I have no idea what’s going on here. “What in the world are you up to?”
Alastair's POV:"Dae, where are you?" I asked and there was no response. I took my shoes off and wandered inside calling her name. But there was no sign of her. I started to panic when I heard something shuffling. I turned around to witness a white kitten on some clothes. Wait, wasn't that Daelyn's shirt. I was still processing the situation when I heard a sweet voice calling my name. I turned around to see my little omega in a bathrobe. So, that's where she was. She was just taking a bath and I got carried away. By the way, how in the world did a kitten get into my house?Daelyn should've brought that thing inside and that's the only explanation. I think she felt bad for it because it was an orphan like her. I promised myself that she wouldn't feel alone ever again.But I still don't understand one thing, just what happened in her past for her to feel like this. Could the black swan be involved with her in the past and was that why he is that fixated on her.EARLIER THAT DAYTHE BL
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Commentaires