Wanita paruh baya di depan Arinda itu tersenyum lalu mempersilahkan Arinda untuk masuk.
"Bawa masuk saja sekalian ya. Saya panggilkan keponakan saya dulu," kata wanita yang terlihat sangat anggun itu.Arinda membawa sedikit demi sedikit barang yang dia bawa dan meletakkan di tempat yang wanita tadi minta.
Ruangan yang dia masuki saat ini sangat mewah dia sangat terpesona melihatnya.Setelah selesai menata semua orderannya Arinda berniat pamit dan ingin mengucapkan terima kasih. Tapi yang dia dengar ada semacam keributan antara dua orang dengan bahasa inggris, dan untungnya dia tidak mengerti sama sekali apa yang mereka bicarakan.
Tidak lama keluar seorang pria membuatnya langsung menampilkan senyuman. Sementara pria itu mengusap wajahnya berulang kali dan perlahan mendekati Arinda dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya.
Arinda otomatis ikut mundur perlahan dan dia masih tidak mengerti apa yang terjadi.
"It's you," suara pria itu membuat Arinda semakin tidak mengerti."Eadric what are you doing ?!" Lagi Arinda tidak mengerti dengan apa yang terjadi dan kini wajahnya sudah di sentuh dengan kedua telapak tangan pria bule yang membuatnya ketakutan.
Hingga si Ibu menyelamatkan jantung Arinda. "Maafkan keponakan saya, dia masih mabuk jadi seperti ini." Tangan Ed langsung di tarik oleh wanita itu dan menjauhkannya dari Arinda yang bernapas lega.
"Oh iya Bu. Saya permisi, ini juga sudah di bayar oleh Bapak Ali," kata Arinda ingin segera pergi dari sana dan dia mengira Ed adalah Ali yang pesan semua makanan itu kepadanya.
"Hei wait ! wait !" panggil Ed tidak ingin wanita yang dia mimpikan dua hari ini pergi begitu saja.
Arinda yang tidak mengerti apa yang Ed ucapkan terus saja keluar dari sana membuat Ed menyingkirkan tangan tante-nya yang pagi ini datang secara tiba-tiba. Dia mengejar Arinda masih menggunakan lilitan handuk dan untungnya mereka bertemu di lift.
Arinda yang kini kembali ketakutan memegang erat tas selempang yang dia pakai. "Ad-a apa Pak ?" tanya Arinda dan Ed malah tersenyum.
"Akhir-nya kita bertemu." Arinda semakin bingung dengan jawaban pria itu. Jelas terlihat bahasa Indonesia pria bule ini masih sangat kaku.
"Abang kenal sai-ya ?" tanya Arinda dan kenapa dia memanggil 'abang' ini kebiasaan Arinda dan anehnya dia juga ikut gugup.
"Come on follow me," ujar Ed menarik tangan Arinda yang tentu saja di tepis Arinda dengan kasar. Dia juga tidak mengerti apa yang dikatakan pria ini. "Ayo ikut saya," ujar Ed lagi pelan membuat Arinda menaikkan kedua alisnya tidak mengerti namun pintu lift kemudian terbuka.
"Abang ! Eh, Pak Ali mau bawa saya kemana ?"
"Saya bukan Ali."
"Loh terus lo siapa ?!" Arinda berhenti lagi dan dia benar-benar ketakutan saat ini. "Heh ! Lo siapa, lepasin tangan gue !" Ed berhenti melihat wajah Arinda yang panik lalu kemudian dia menghela napas.
"Saya Ed. Saya bos Ali yang memesan masakan kamu," kata Ed lalu dia mengulurkan tangannya. Arinda terdiam dia melihat Ed dari ujung kepala ke handuk lalu sampai ke kaki pria itu yang tidak menggunakan apapun mengejarnya. Kemudian Arinda membalas uluran tangan Ed.
"Sa-ya Arinda," ucapnya sambil menatap Ed dengan awas."Akhirnya saya bisa bertemu kamu."
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya ?"
"Sering di dunia nyata dan di dalam mimpi saya."
Arinda yang masih sangat polos tidak mengerti dengan semua yang Ed ucapkan, tapi karena pria ini mengaku sebagai bos Ali yang memesan masakannya dia akhirnya mengikuti Ed untuk masuk kembali ke dalam unit apartemen pria itu.
"Kamu tunggu saya disini, saya akan berpakaian dulu." Arinda hanya diam mendengarnya, wanita yang tadi ada di sana juga tidak terlihat lagi. Perasaan Arinda tidak tenang karena Ed terlalu lama, dia takut ini hanya modus untuk menculiknya kemudian mereka menjual semua organ tubuhnya.
Sial !
Arinda lalu segera keluar dari sana. Bisa saja dia di umpan dengan orderan besar lalu kemudian mereka menjual dirinya atau mungkin organ tubuhnya. Maka dari itu dia buru-buru pergi dari sana sebelum si Abang yang mengaku bos itu keluar.
Ed yang buru-buru memakai pakaian yang bisa di lihat pertama kali di dalam ruang pakaiannya kini sudah rapi dan dia bersemangat untuk menemui wanita yang wajahnya seperti rembulan bernama Arinda, bahkan Ed juga melihat dagu yang terbelah milik wanita itu seolah memanggilnya untuk mengecupnya lembut.
Ed bahagia pagi ini karena dia bisa melihat wanita itu dan bisa tahu namanya. "Hai Arinda saya,____" ucapnya terhenti karena Arinda sudah tidak ada di dalam apartemen miliknya.
Ed harusnya menduga jika Arinda akan lari begitu saja tadi, dia tidak berpikir demikian karena biasanya para wanita akan rela menunggu untuknya tapi wanita ini malah pergi begitu saja.
Jika tahu begitu harusnya Ed menariknya untuk ikut ke dalam kamar tadi.Ponselnya bergetar menampilkan nama Tante-nya tercinta yang selama ini selalu memperhatikannya.
"Halo," jawabnya datar.["Ed aunty mau pesan lagi dong ini sarapannya. Beneran enak loh ini."]
Ed melihat ke arah meja makan dimana tadi terdapat banyak box makanan dan kini tidak bersisa satu pun.
Dia memang sengaja memesan banyak karena di rumah keluarga besarnya sedang ada acara keluarga jadi dia sengaja memesan dalam jumlah banyak. Tapi aunty tercintanya benar-benar membawa seluruh box yang berisi sarapan itu.
["Ed do you hear me ?"]
Ed yang masih kesal mematikan begitu saja sambungan telpon itu, dan langsung menelpon Ali.
"Ali cari tahu dimana tempat tinggal wanita bernama Arinda yang diberikan asisten Raka nomornya ke kamu itu ! Saya ingin bertemu dengannya sekarang," perintah Ed tidak terbantahkan.
***
Turun dari taksi Arinda langsung mengirimkan pesan kepada Nindy. Anton yang baru keluar dari dalam kos melihatnya dan menyapa Arinda.
"Hai Rin darimana ? Cantik banget," katanya membuat Arinda yang di puji cantik langsung bersemu merah. Belum ada yang mengatakan dia cantik selama ini selain opung dan kedua orang tua-nya dulu.
"Tadi habis antar pesanan sarapan Bang. Abang gak kerja ?" Arinda balik bertanya.
"Kerja, tapi ada yang ketinggalan jadi balik lagi deh."
"Oh begitu. Ya sudah Rinda naik dulu ya bang," ujar Arinda lalu pergi dari hadapan Anton yang merasa sangat bahagia karena bisa membuat Arinda merona tadi.
Arinda masuk kedalam kamar kos sambil membaca chat-nya dengan Nindy yang tidak percaya dengan apa yang baru saja dia alami.Karena merasa tubuhnya benar-benar kelelahan dia memilih untuk tidur saja. Tapi bagaimana mau beristirahat jika bentuk kamarnya sudah seperti kapal pecah.
Kamarnya yang menjadi dapur dadakan itu terlihat mengenaskan. Dia memutuskan untuk mengganti pakaian santai untuk di rumah agar lebih leluasa. Celana pendek dan kaos besar yang sudah lusuh warna-nya adalah pilihan Arinda dan dia mengikat tinggi rambutnya.
Perlahan demi perlahan dia membersihkan kamar itu hingga terlihat layak dan nyaman kembali. Rasanya benar-benar lega karena setelahnya dia bisa tidur dengan nyaman.
Belum dia menutup mata tapi pintu kamarnya sudah diketuk. Arinda melihat jam di dinding dan tidak mungkin semua sahabatnya sudah pulang, karena ini masih jam dua siang.
"Siapa ?" tanya Arinda.
"Saya," jawab orang diluar sana yang Arinda ketahui adalah pria pastinya. Dia pun berdiri dan membuka pintu kamarnya.
Lambaian tangan dari pria itu bagaikan kutukan untuk Arinda karena dia benar-benar takut saat ini.
"Lo !?""Hai Arinda," sapa pria dengan wajah sperti aktor-aktor luar negri yang tak lain adalah Ed.
"Ganteng sih iya ! Tapi kok nyeremin."
Bersambung...
Tinggalkan jejak kalian ya,
"Abang bos mau apa kesini ?" tanya Arinda sedikit takut, dia juga melihat ada seorang pria lain di belakangnya.Ed menaikkan satu alisnya mendengar panggilan yang di ucapkan oleh Arinda, terlihat sangat menggemaskan. Ed menaikkan telunjuknya mengisyaratkan agar Ali menjelaskan maksud dan tujuannya datang mencari Arinda. Sementara dia terus menatap Arinda dengan intens, namun sayangnya Arinda tidak terlalu memperhatikannya."Maaf nona Arinda," kata Ali dan baru permulaan, namun sifat galak Arinda keluar begitu saja."Panggil saja Arinda !" Tegasnya dan matanya masih melirik keadaan sekitar lorong di lantai kamarnya."Ehm begini Arinda Mr. Eadric Derson menyukai masakan anda dan dia berniat menjadikan anda sebagai koki pribadi di tempat
Ed duduk gelisah sedari tadi di dalam mobil, jam di tangannya menunjukkan sudah pukul delapan malam. Dia tadinya berniat untuk langsung pulang ke apartemen setelah rapatnya selesai tapi ternyata sepupunya yang tidak terduga datang dan mengajaknya untuk makan bersama.Ed langsung naik ke unit apartemen dengan buru-buru, dia sudah menelpon Arinda sedari tadi namun sambungan telponnya tidak terhubung. Saat pintu terbuka dan dia mulai masuk lebih dalam ke unit miliknya itu Ed melihat Arinda yang sedang tertidur di sofa ruang tamu.Ed tersenyum lalu dia berlutut tepat di depan wajah Arinda, lama dia mengabsen setiap bentuk indah yang di ciptakan Tuhan sempurna di wajah Arinda. Tanpa dia sadari dia tersenyum lalu mengusap wajah Arinda perlahan membuat ketenangan tidur Arinda terusik.K
Sebelum matahari memperlihatkan kilaunya, kamu harus bangun ! Itu adalah pesan nasehat yang terus Arida ingat dan dia patuhi. Setelah mandi dan menuntaskan kewajibannya, Arinda memiliki waktu tiga puluh menit untuk dia berolahraga.Sepertinya waktu memang selalu mempertemukan Anton dengan dirinya, karena pagi ini dia bertemu dengan Anton yang juga baru keluar dari kamarnya memakai setelan olahraga. "Hai Arinda," sapa Anton dan Arinda mengulum senyum karena dia malu bertemu dengan Anton."Kamu sudah terima hadiahnya ?""Sudah bang Anton. Terima kasih ya. Tapi kado itu untuk apa ?" tanya Arinda karena dia memang masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Anton memberikan kado itu.
Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik. Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut."Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut."Abang bos m
Ed masih dengan memasang wajah tidak bersemangat duduk bersama para sepupunya yang sangat menyebalkan saat ini, jika biasa club adalah tempat kesukaannya sepertinya tidak untuk malam ini karena nyatanya dia sangat ingin pulang dan ehm... jika bisa melihat wajah Arinda.Tiba-tiba seorang wanita datang dan bergabung bersama meraka. "Ed," panggil wanita itu yang tak lain adalah Samantha."Dari mana tahu aku ada disini ?""Aku menelpon Ali. Kau tidak menjawab panggilan ku sedari kemarin, kau juga tidak datang ke kantor.""Pekerjaan ku tidak hanya di ada disana Sam," ujar Ed lalu menyuruh Samantha untuk duduk. Samantha sempat memberikan senyumannya untuk menghormati dua orang yang memiliki nama besar di sebelah Ed.
Ed terus membuka satu persatu laporan yang diberikan oleh Ali mengenai kemajuan perusahaannya. Bahkan baru-baru ini Ed juga sudah resmi membeli salah satu stasiun televisi yang dulunya menjadi saingannya.Ed tersenyum puas dan tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini "Semoga apa yang baru kita mulai di New York dan Los Angeles bisa sama berhasilnya dengan di sini. Aidan sudah menyetujui proses pembukaan kedua stasiun televisi itu dan dia juga meminta kita untuk segera ke Santorini melihat kemajuan perkembangan yang ada di sana."Aidan adalah pemegang seluruh kendali perputaran bisnis keluarga Orlando dan juga Derson, meski perkembangan semua aspek bisnis keluarga mereka di Indonesia diberikan kepada Ed dan juga Ibra tapi tetap Aidan harus tahu seluruh perkembangannya."Oh ya Ali apa sud
Ed benar-benar sudah gila bagi Arinda, karena bos-nya itu membelikan semua brang-barang mewah untuk keperluannya selama di Santorini. Jika kalian merasa Arinda sangat bahagia, nyatanya sama sekali tidak. Arinda yang adalah wanita mandiri serta pekerja keras menjadi berpikir jika Ed benar-benar mengerikan.Seperti saat dia meminta Arinda memilih koper mana yang Arinda inginkan dan ketika Arinda menolak karena beralasan masih memiliki koper yang bagus di kos-nya Ed akan mengancam Arinda dengan memotong gaji jika Arinda tidak membeli koper baru, bukankah sikap Ed benar-benar mengerikan dan sangat labil ?Ali juga dibuat ikut sibuk dalam memilihkan pakaian untuk Arinda, setiap ada baju yang cocok dengan Arinda dan terlihat bagus Ed akan tidak suka dengan alasan terlalu terbuka, terlalu pendek, terlalu ketat membuat Arinda dan Ed menjadi bah
Arinda bangun kesiangan karena memang semalam dia terlalu lelah, setelah pulang dari berbelanja bersama Ed dia tidak langsung tidur karena cucian menumpuk. Alhasil meski lelah dia harus mencuci pakaiannya, dan pagi ini bangun kesiangan.Anton menelpon Arinda beberapa kali juga tidak dia hiraukan, alasannya hanya karena sepuluh menit lagi Ed akan menjemputnya. Dia tidak ingin terlambat lalu membuat kesan buruk, urusan Anton bisa dia kirimkan pesan saja nanti. Benar saja, saat Arinda sedang menyisir rambutnya Ed menelpon. "Ya Bos," jawab Arinda sambil memakai jam tangannya."Saya sudah didepan kos kamu. Perlu saya naik ke kamar kamu ?""Ck, tidak bos ! ini saya turun."Anton kebetulan juga baru ingin melihat Arinda ke