Terpaksa Dinikahi Duda Anak Dua

Terpaksa Dinikahi Duda Anak Dua

last updateLast Updated : 2025-12-03
By:  Maisa Queen Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
9views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Nak, demi keluarga kita... kamu harus menikahi Tuan Arsen." "APA?! Menikah dengan Bos Papa?! Tidak mau! Papa, ini lelucon, kan?! Aku masih kuliah! Aku bahkan sudah punya pacar! Papa tidak bisa melakukan ini padaku!" Virly menolak mentah-mentah. Reaksi Virly sama sekali tidak menggoyahkan Arsen. Ia bangkit dari sofa, menjulang tinggi di atas keluarga yang sedang hancur itu. "Aku tidak peduli kau punya pacar atau masih kuliah. Kau punya satu hari untuk memutuskan. Menikah denganku, atau ayahmu masuk penjara dan semua asetmu akan kuserahkan ke bank. Aku hanya butuh ibu untuk kedua anakku." Ucap Arsen dingin dan tegas "Kau tak boleh seenaknya!" Virly berteriak kesal. "Pikirkan baik-baik. Waktu terus berjalan, Nona." Arsen melangkah Pergi. Virly yang berusia 22 Tahun, gadus yang ceria yang masih mendambakan kebebasan, mendadak harus berhadapan dengan takdir pahit yang mengancam keluarganya. Sang ayah, yang terlilit utang besar pada bosnya, Arsen yang berusia 30-an, seorang duda dingin beranak dua, menjadikan Virly sebagai jaminan. Di bawah ancaman penjara dan penyitaan seluruh aset keluarga, Virly terpaksa menerima pinangan sang duda. Ia harus segera menikah dan menjadi ibu bagi dua anak kecil, sekaligus menghadapi Arsen yang selalu bersikap dingin dan tidak peduli pada perasaannya. Mampukah Virly bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Dan bisakah ia, yang masih labil, menjadi ibu yang sempurna bagi dua anak yang asing baginya?

View More

Chapter 1

1. Awal

Happy Reading 🎈

••••

‎"Lagi ngapain?" tanya Virly ketika melihat Reno di seberang yang grasak-grusuk.

"Apa sayang? Gak kedengeran, tunggu bentar mau pindah posisi dulu." Terdengar jawaban dari seberang telepon.

‎‎"Lagi ngapain sih? Kayak cewek aja, kameranya gak bisa diem." Virly menatap kesal layar handphone nya.

‎"Apa sayang? Cewek? Cewek siapa? Di sini gak ada cewek." Suara Reno kembali terdengar, tapi tidak dengan mukanya.

‎‎"Reno anak setan. Kalau nggak jelas aku matiin aja ya?" Virly ngedumel kesal mendengar ucapan Reno.

‎‎"Ehhh, jangan dulu dong! Ini udah selesai." Reno tersenyum menampilkan mukanya di layar HP.

‎‎"Lagi di mana? Kok banyak suara?". tanya Virly penasaran.

"Lagi di luar sama teman, sayang!" jawab Reno.

‎‎"Ihh, geli banget dan di panggil sayang. Panggil nama aja bisa nggak?" Virly geli sendiri mendengar ucapan Reno yang memanggilnya sayang sedari tadi.‎

‎"Biar terbiasa sayang, lagian kita kan pacaran." jawab Reno santai.

‎"Baru juga sehari." Virly memutar matanya malas.‎

‎"Ya kan tetap aja namanya pacaran." Reno terkekeh kecil.

‎"Ya udah, Kalau gitu aku matiin dulu ya. Babayy sayang!" Reno melambaikan tangan ke kamera.

"Bayyy, " Virly membalas lambaian tangan Reno.

‎Begitu kameranya mati, Virly langsung meletakkan hpnya dan terdiam sejenak.

‎"Argghhh, Reno Setann! Kan jadi baperrr!" Virly memekik tertahan, menutup mukanya dengan kedua tangannya dan membenamkan wajahnya di bantal salah tingkah.

‎Ia dan Reno baru jadian tadi pagi setelah sekian lama PDKT Alias Pendekatan.

‎Wajar saja ia mudah salah tingkah ketika mendengar ucapan sayang dari Reno.

‎"Aku yakin kali ini pasti hubungan kami langgeng. Mau bagaimana pun caranya harus langgeng, kalau bisa sampai menikah. Hahaha," Masih dengan acara salah tingkahnya, Virly kembali berguling-guling di ranjang karena perasaan yang membuncah.

‎ Sedangkan di luar kamar, tepatnya di ruang tamu. Pak Bagas, papanya Virly kedatangan tamu mendadak. Arsenio, Bos nya di tempat ia bekerja mengais rezeki.

‎"Saya langsung saja, Pak Bagas. Saya ke sini untuk menindaklanjuti kesepakatan kita semalam. Di mana uangnya? Ini sudah lewat dari batas perjanjian kita."

‎Wajah Pak Bagas langsung memucat. Ia hanyalah karyawan biasa di perusahaan Arsen, dan hutang 1 miliar lebih yang ia pinjam setahun lalu untuk operasi jantung istrinya terasa seperti jurang yang tak mungkin ia daki.

‎Pak Bagas menatap gugup, mengusap telapak tangannya. "Maafkan saya, Tuan. Saya... saya belum bisa melunasinya sekarang. Bisakah Tuan beri saya waktu satu bulan lagi? Saya janji akan berusaha semampu saya-"

‎Arsen langsung memotong dengan suara dingin dan berbahaya.

‎"Tidak ada lagi penundaan. Saya bisa menelepon pengacara Saya sekarang juga, Pak Bagas. Saya akan menjebloskanmu ke penjara atas tuduhan penipuan dan penggelapan, dan menyita semua aset yang kau miliki, termasuk rumah kecil ini. Bagaimana? Pilihan yang bagus, bukan?"

‎Tepat saat ancaman itu meluncur, Bu Anisa, istri Pak Bagas, yang wajahnya masih terlihat pucat karena sakit jantung, keluar dari kamar. Ia terkejut dan ketakutan mendengar ancaman Arsen. Ia segera duduk di samping suaminya.

‎"Apa yang terjadi, Pak? Kenapa Tuan Arsen bicara soal penjara?" Bu Anisa berbisik, terkejut.

‎Pak Bagas menelan ludah yang terasa pahit. Jika ia dipenjara dan asetnya disita, bagaimana nasib anak dan istrinya?

‎"Tuan, mohon jangan! Mohon belas kasihnya. Jangan masukkan saya ke penjara! Saya mohon! Apa saja akan saya lakukan! Apa saja, Tuan! Saya akan lunasi, secepat mungkin, saya janji!" Pak Bagas berlutut di hadapan Arsen, air mata nya berlinang.

‎Senyum tipis, dingin, dan penuh kemenangan tersungging di bibir Arsen. Momen inilah yang ia tunggu.

‎Arsen tetap santai, menyilangkan kakinya dengan angkuh.

‎"Baiklah. Ada cara lain agar kau tidak dipenjara dan tetap bekerja di perusahaanku. Saya punya tawaran." Arsen menatap pak Bagas datar.

‎Pak Bagas mendongak dengan tatapan penuh harap."Tawaran apa, Tuan?"

‎Arsen menghela napas perlahan, seolah meminta hal sepele. "Kau hanya perlu menyerahkan putrimu untuk kunikahi. Sekarang juga."

‎Kedua orang tua itu membeku. Wajah Pak Bagas berubah dari memohon menjadi kaget yang ekstrem.

‎"P-Putri saya? Maksud Tuan... Virly? Putri kami, Tuan?" Pak Bagas bertanya terbata-bata.

‎Arsen mengangguk mantap, nadanya tak terbantahkan.

‎"Tentu saja Virly. Bukankah putri kandungmu hanya satu? Jangan pura-pura bodoh, Pak Bagas. Kau seharusnya sudah tahu aku akan menuntut pembayaran dalam bentuk lain."

‎Bu Anisa langsung berteriak histeris. Ia berdiri, melupakan rasa sakit di dadanya.

‎"Tidak! Tidak bisa! Kami tidak bisa menyerahkan putri kami begitu saja! Dia masih muda, Tuan! Virly masih kelas tiga SMA! Dia sedang sibuk persiapan kuliah! Jangan lakukan ini pada putri kami!" Bu Anisa menangis histeris.

‎Arsen mengedikkan bahu, tanpa empati.

‎"Saya tidak peduli usianya, Bu Anisa. Aku hanya butuh persetujuan Pak Bagas agar pernikahan ini segera dilangsungkan. Saya butuh istri untuk anak-anak saya. Titik."

‎"Tapi... Bukankah Tuan Arsen masih memiliki istri? Nyonya Vina..." Pak Bagas memberanikan diri untuk bertanya.

‎Arsen tersenyum sinis. "Aku sudah menceraikannya. Perceraian kami akan diurus oleh pengacara besok. Virly akan menjadi istriku yang sah, dan yang terpenting, ia akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku, tidak seperti jalang itu."

‎Bu Anisa menangis tersedu-sedu, memegang lengan suaminya.

‎"Tuan Arsen... Tidak bisakah dengan cara lain? Kami akan menjual rumah ini, kami akan bekerja dua kali lebih keras! Tolong, jangan libatkan Virly!" Bu Anisa memohon dengan air mata.

‎"Pilihannya cuma dua, Virly atau Penjara. Kalian punya waktu 24 jam untuk memutuskan. Jika tidak ada jawaban setuju, aku akan menelpon polisi dan memproses penyitaan aset kalian besok pagi. Dan ingat, Pak Bagas, hutangmu lunas secara otomatis begitu Virly menandatangani perjanjian pranikah. Keputusan ada di tangan kalian." Ucap Arsen tak terbantahkan.

‎Saat Pak Bagas dan Bu Anisa masih dalam posisi pasrah dan air mata, terkejut mendengar ancaman terakhir Arsen, pintu kamar terbuka. Virly muncul dari dalam.

‎Gadis itu mengenakan kaus rumahan dan celana pendek, tampak polos dan jauh dari bayangan drama yang sedang terjadi. Ia mendekati ruang tamu karena merasa ada suara yang tak biasa dan tegang di luar.

‎"Ada apa, Pa? Ma? Kenapa Mama menangis? Dan Om... ada urusan apa ya?" Ucap Virly bingung.

‎Pak Bagas yang mendengarnya langsung berdiri tegang.

‎"Virly, Sayang. Duduk dulu sebentar. Ada hal penting sekali yang harus Papa sampaikan." Pak Bagas menarik napas dalam-dalam.

‎Virly menurut, tetapi rasa penasarannya memuncak. Ia duduk di samping ibunya yang buru-buru menyeka air matanya.

‎Mata Virly tanpa sengaja bertemu pandang dengan Arsen. Pria itu duduk tegak, dengan aura yang dingin dan mengintimidasi. Arsen juga menatapnya, tatapan yang mengukur dan menimbang, sebelum akhirnya Virly memutuskan kontak mata lebih dulu, merasa tidak nyaman.

‎Pak Bagas berusaha menenangkan diri. Ia tahu ini adalah tugas terberatnya.

‎"Virly... Nak, kamu ingat operasi jantung Mama setahun yang lalu?" Tanya Pak Bagas, dengan suara parau.

‎Virly mengangguk. Operasi itu berjalan sukses, tetapi meninggalkan trauma besar bagi keluarga mereka.

‎"Ingat, Pa. Kenapa?"

‎"Uang untuk operasi itu... Papa pinjam dari Bos Papa, dari Tuan Arsen yang ada di sini. Jumlahnya sangat besar, Sayang. Satu miliar lebih."

‎Virly masih diam, matanya mengerjap, mencoba menghubungkan benang merah ini dengan keberadaan Arsen di rumah mereka. Ia hanya mengamati kedua orang tuanya yang tampak hancur.

‎Pak Bagas menatap istrinya, Bu Anisa, untuk mencari kekuatan. Bu Anisa menatap balik dengan mata penuh kesedihan, dan dengan berat hati, ia hanya bisa mengangguk pasrah.

‎Pak Bagas menoleh kembali ke putrinya. Kata-kata itu terasa seperti belati yang menusuk lidahnya sendiri.

‎Pak Bagas terisak, meraih tangan Virly.

‎"Nak... demi keluarga kita... demi Mama agar Papa tidak dipenjara dan rumah kita tidak disita... Kamu harus menikahi Tuan Arsen."

‎Keheningan melanda ruang tamu. Kata 'menikah' menggantung di udara, absurd dan mengerikan. Virly menatap ayahnya, lalu ke ibunya, seolah mencari konfirmasi bahwa ini hanyalah lelucon buruk.

‎Virly yang merasa ini situasi yang serius pun mundur, dan berteriak kaget.

‎"APA?! Menikah dengan Bos Papa?! Tidak mau! Papa, ini lelucon, kan?! Aku masih kuliah Pa! Aku bahkan sudah punya pacar! Papa tidak bisa melakukan ini padaku!" Virly menolak mentah-mentah.

‎••••

‎Jangan lupa untuk vote dan tinggalkan komentar yaaa

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status