"Abang bos mau apa kesini ?" tanya Arinda sedikit takut, dia juga melihat ada seorang pria lain di belakangnya.
Ed menaikkan satu alisnya mendengar panggilan yang di ucapkan oleh Arinda, terlihat sangat menggemaskan. Ed menaikkan telunjuknya mengisyaratkan agar Ali menjelaskan maksud dan tujuannya datang mencari Arinda. Sementara dia terus menatap Arinda dengan intens, namun sayangnya Arinda tidak terlalu memperhatikannya.
"Maaf nona Arinda," kata Ali dan baru permulaan, namun sifat galak Arinda keluar begitu saja.
"Panggil saja Arinda !" Tegasnya dan matanya masih melirik keadaan sekitar lorong di lantai kamarnya.
"Ehm begini Arinda Mr. Eadric Derson menyukai masakan anda dan dia berniat menjadikan anda sebagai koki pribadi di tempatnya. Apakah anda setuju ?" Arinda melirik pria tampan yang terus menatapnya itu dengan aneh lalu kemudian dia menatap lagi Ali.
"Saya bukan koki. Saya hanya bisa memasak itu saja," kata Arinda dengan jujur.
"Saya akan makan apapun yang kamu masak, tidak perduli kamu koki yang handal atau bukan." Ed menatap Arinda dengan sungguh-sungguh begitu juga Arinda.
"Jika Arinda mau menerima Bos akan memberikan gaji dan bonus untuk kamu." Arinda yang mendengar gaji dan bonus langsung tersenyum lebar. Hal itu menular kepada Ali dan juga Ed.
Arinda berpikir pria yang akan menjadi bos-nya ini bukan asli penduduk Indonesia tercinta bagaimana jika pria ini tidak cocok dengan makanan yang dia masak ?
"Karena saya bukan koki apakah tidak masalah jika masakan saya nanti tidak cocok dengan abang bos ini ? Semisal dia sakit perut, atau mungkin terkena penyakit lainnya."Ali terpaksa menjelaskan kepada Ed apa yang baru saja Arinda katakan, maklum saja Arinda memang sudah terbiasa berbicara dengan cepat tanpa mengenal titik dan koma. Semua tidak lain karena darah batak yang mengalir dalam dirinya.
"Saya percaya masakan kamu. Apapun itu akan saya makan dengan senang hati." Ed dengan suaranya yang berat dan tatapan mata intens kepada Arinda malah membuat Arinda mengerutkan keningnya.
"Gue kasih makan pare sama sambal setan, baru tau rasa lo abang bos !"
"Bagaimana Arinda kamu setuju ?" tanya Ali lagi dan dengan mantap Arinda menjawab setuju.
"Kalau begitu ayo ikut saya sekarang. Ini sudah jam makan siang bukan," kata Ed dan Arinda tidak percaya hal ini. Dia sangat lelah tapi demi gaji serta bonus yang dikatakan Arinda meminta waktu untuk berganti pakaian.
Ed tersenyum dan turun bersama Ali untuk menunggu di dalam mobil. Ternyata Arinda setuju dengan mudah pikirnya, dan didalam kepala Ed dia mulai merencanakan untuk membuat Arinda jatuh dalam pelukannya.
Arinda setuju karena ditawarkan gaji dan bonus darinya, itu artinya Arinda bisa dia taklukan dengan barang-barang mewah dan hal romantis sepertinya.
Memikirkan Arinda dalam kurungannya saja sudah membuatnya gila saat ini.Lalu tidak lama dia melihat Arinda turun menggunakan dress berwarna merah yang hanya sebatas lutut dan menggunakan sepatu kets. Gaya santai namun terlihat sangat seksi dimata Ed.
"Ali undurkan jadwal rapat saya siang dan pagi ini ke sore. Lalu minta orang untuk mengirimkan hadiah kepada sekertaris Raka itu, karena dia saya akhirnya bisa bertemu dengan wanita ini." Ali mengangguk lalu membuka ponselnya untuk mengatur semua permintaan bos-nya itu.
Arinda membuka pintu mobil dan duduk di sebelah Ed yang tersenyum menyambutnya.
Arinda meneliti mobil mewah yang membawanya saat ini, dan bertanya dalam hati kapan dia bisa membeli mobil seperti ini juga pikirnya.Ed di sebelahnya sibuk melihat ponsel namun tidak benar-benar berkonsentrasi dengan apa yang dia lihat. Dia hanya berpura-pura untuk menarik perhatian agar Arinda terpesona dengannya tapi Ed belum melihat tanda-tanda jika Arinda meliriknya sedikit saja.
Arinda terlihat meneliti interior mobil dan juga terkadang melihat jalanan diluar. Ed memasukkan ponselnya dan menatap Arinda membuat Arinda juga kini menatapnya.
Ali yang berada di samping supir hanya bisa melihat keduanya yang saling menatap satu sama lain, namun tidak berbicara apa-apa. Dia melihatnya dari kaca gantung yang ada di dalam mobil."Pak Ali saya memanggil bos dengan apa ya ?"
"Terserah kamu saja asal kamu nyaman memanggil saya dengan apapun yang kamu mau," jawab Ed bukan Ali dan Arinda mengangguk memberikan senyumnya.
"Saya tidak bisa bahasa inggris jadi saya panggil dengan abang bos saja boleh ?" tanya Arinda dengan cemas sebenarnya tapi Ed tersenyum lalu dengan lancang meraih tangan Arinda dan mengecupnya lembut sambil matanya terus menatap intens Arinda.
Arinda terpukau ? Tidak ! Dia hanya tidak mengerti dengan situasi saat ini. Apa maksud Ed dan kenapa pria kaya ini mengecup tangannya. Arinda galak itu benar, namun dia terlalu polos untuk mengerti hal-hal semacam ini. Dia tersenyum kaku karena tidak tahu harus mengatakan apa dan kemudian dengan cepat menarik tangannya kembali.
Arinda akhirnya tidak lagi mulai curiga setelah mobil Ed masuk kembali membawanya ke gedung tinggi yang tadi dia kunjungi. Beberapa orang yang melihat Ed dan Ali juga bahkan membungkuk hormat membuat Arinda bertanya-tanya apakah Ed adalah salah satu bos yang bekerja di gedung megah ini.
***
Saat sampai di depan pintu unit Ed, Ali menjelaskan semua yang harus Arinda ingat tentang unit itu. Dari nomor sandi dan semua hal yang harus dia tahu didalam gedung itu, karena mulai saat ini Arinda akan bekerja di sana.
Setelah masuk kedalam ruangan Ali memberitahukan posisi dapur hingga semua ruangan yang ada di sana. Kemudian memberitahukan fungsi setiap barang yang ada di dapur mewah serta modern milik Ed.
Sementara Ed dia hanya duduk di meja makan yang posisinya langsung menghadap ke dapur.
Wajah serius Arinda saat ini juga bisa menghiburnya tapi jelas yang tidak bisa dia lepaskan adalah tatapan matanya ke arah bibir dan kaki jenjang Arinda."Ali sudah cukup penjelasannya minta dia memasak aku sudah sangat lapar." Ed mengatakan itu karena dia sangat kesal saat ini melihat Arinda jalan kesan kemari dan itu membuatnya tergoda sehingga sangat menginginkan Arinda ada di ranjangnya bukan di dapur.
Saat Ed pergi masuk ke dalam kamarnya Arinda bertanya kepada Ali apakah Ed bisa lancar berbahasa Indonesia.
"Bos tidak lancar bahkan ada beberapa kalimat yang dia tidak mengerti. Jika berbicara bahasa Indonesia dengannya kamu harus berbicara dengan perlahan, agar dia paham." Penjelasan Ali sangat membantu Arinda dan dia dengan jujur mengatakan kepada Ali jika dia juga tidak bisa bahasa Inggris maka dia meminta bantuan Ali untuk mengatakan hal itu kepada Ed.Karena dia hanya seorang yang dibayar Ed dia takut semisal Ed berbicara bahasa asing itu kepadanya dan dia tidak mengerti, jadi jika Ed ingin memberhentikannya sekarang karena kekurangannya itu maka tidak masalah. Daripada baru timbul masalah di belakang hari pikir Arinda.
"Tenang saja, Bos Eadric adalah pria yang baik. Aku yakin dia tidak masalah dengan hal itu. Poin pentingnya kamu hanya harus bisa bersabar dengan semua hal yang dia inginkan." Arinda mengerti dan dia langsung mengerjakan tugas pertamanya.
Ali meninggalkannya untuk menguasai dapur dan karena baru dia masih terlihat canggung dalam menghidupkan kompor mewah yang kini ada di hadapannya, dia juga masih bingung mencari wajan dan lainnya. Semua hal itu di lihat oleh Ed dari kamarnya, dia bisa melihat Arinda dari cctv yang bisa terhubung langsung ke televisi yang ada di dalam kamarnya.
Ed menarik napasnya kesal karena saat ini dia membayangkan sedang memeluk Arinda dari belakang saat wanita itu sedang sibuk memasak.
***
Masakan Arinda sudah siap, menggunakan bahan-bahan yang ada di dalam lemari es jadi dia hanya bisa memasak beef steak dengan saus black paper karena memang hanya itu yang ada, dan malamnya mungkin dia hanya akan memasak pasta saja.
Karena Ed adalah pria dari luar Negri sana Arinda berpikir pasti Ed suka dengan menunya.
Dia mengetuk pintu kamar Ed dan terlihat bos tampannya itu membuka pintu."Abang bos itu makan siangnya sudah siap."
"Ok great !"
Arinda terdiam sejenak namun menggelengkan kepala lalu mengikuti Ed dari belakang menuju meja makan.
Entah darimana Ali datang tapi saat ini pria itu juga sudah berdiri di sisi tempat duduk Ed."Arinda memasak banyak ayo kita makan Ali, dan kamu ayo Arinda ikut makan." Arinda menatap Ed bingung tapi Ali mengisyaratkan agar dia juga ikut duduk.
Ed yang piringnya memang sudah di isi Arinda langsung menyicipi masakan Arinda dan hasilnya dia benar-benar puas, dagingnya empuk dan rasa saus-nya sangat nikmat.
"Kamu benar-benar hebat Arinda." Puji Ed lalu mereka makan bersama dengan senyuman Arinda yang merekah akan pujian Ed.
Setelah selesai makan Ed mengatakan kepada Arinda kalau dia bisa kembali ke kost-nya setelah menyiapkan makan malam untuk Ed lalu kemudian Ed dan Ali pergi dari apartemen itu.
Sementara Arinda membersihkan sisa makan mereka kemudian dia yang merasa lelah memilih cepat-cepat menyiapkan bahan untuk makan malam Ed.Memasak pasta memang mudah dan praktis namun dia tetap harus membuat bumbu racikannya sendiri agar pasta itu menjadi berbeda dan lebih nikmat.
Setelah selesai Arinda beristirahat di sofa lalu dia memberitahukan kabar bahagia kepada teman-temannya di group.Arinda masih membaca pesan Reina tapi matanya sudah sangat tidak bisa diajak kompromi sehingga dia pun tertidur begitu saja.
Bersambung....
Siapa yang suka makan pare ? 😁
Jangan lupa tinggalkan jejak yes 😘
Ed duduk gelisah sedari tadi di dalam mobil, jam di tangannya menunjukkan sudah pukul delapan malam. Dia tadinya berniat untuk langsung pulang ke apartemen setelah rapatnya selesai tapi ternyata sepupunya yang tidak terduga datang dan mengajaknya untuk makan bersama.Ed langsung naik ke unit apartemen dengan buru-buru, dia sudah menelpon Arinda sedari tadi namun sambungan telponnya tidak terhubung. Saat pintu terbuka dan dia mulai masuk lebih dalam ke unit miliknya itu Ed melihat Arinda yang sedang tertidur di sofa ruang tamu.Ed tersenyum lalu dia berlutut tepat di depan wajah Arinda, lama dia mengabsen setiap bentuk indah yang di ciptakan Tuhan sempurna di wajah Arinda. Tanpa dia sadari dia tersenyum lalu mengusap wajah Arinda perlahan membuat ketenangan tidur Arinda terusik.K
Sebelum matahari memperlihatkan kilaunya, kamu harus bangun ! Itu adalah pesan nasehat yang terus Arida ingat dan dia patuhi. Setelah mandi dan menuntaskan kewajibannya, Arinda memiliki waktu tiga puluh menit untuk dia berolahraga.Sepertinya waktu memang selalu mempertemukan Anton dengan dirinya, karena pagi ini dia bertemu dengan Anton yang juga baru keluar dari kamarnya memakai setelan olahraga. "Hai Arinda," sapa Anton dan Arinda mengulum senyum karena dia malu bertemu dengan Anton."Kamu sudah terima hadiahnya ?""Sudah bang Anton. Terima kasih ya. Tapi kado itu untuk apa ?" tanya Arinda karena dia memang masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Anton memberikan kado itu.
Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik. Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut."Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut."Abang bos m
Ed masih dengan memasang wajah tidak bersemangat duduk bersama para sepupunya yang sangat menyebalkan saat ini, jika biasa club adalah tempat kesukaannya sepertinya tidak untuk malam ini karena nyatanya dia sangat ingin pulang dan ehm... jika bisa melihat wajah Arinda.Tiba-tiba seorang wanita datang dan bergabung bersama meraka. "Ed," panggil wanita itu yang tak lain adalah Samantha."Dari mana tahu aku ada disini ?""Aku menelpon Ali. Kau tidak menjawab panggilan ku sedari kemarin, kau juga tidak datang ke kantor.""Pekerjaan ku tidak hanya di ada disana Sam," ujar Ed lalu menyuruh Samantha untuk duduk. Samantha sempat memberikan senyumannya untuk menghormati dua orang yang memiliki nama besar di sebelah Ed.
Ed terus membuka satu persatu laporan yang diberikan oleh Ali mengenai kemajuan perusahaannya. Bahkan baru-baru ini Ed juga sudah resmi membeli salah satu stasiun televisi yang dulunya menjadi saingannya.Ed tersenyum puas dan tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini "Semoga apa yang baru kita mulai di New York dan Los Angeles bisa sama berhasilnya dengan di sini. Aidan sudah menyetujui proses pembukaan kedua stasiun televisi itu dan dia juga meminta kita untuk segera ke Santorini melihat kemajuan perkembangan yang ada di sana."Aidan adalah pemegang seluruh kendali perputaran bisnis keluarga Orlando dan juga Derson, meski perkembangan semua aspek bisnis keluarga mereka di Indonesia diberikan kepada Ed dan juga Ibra tapi tetap Aidan harus tahu seluruh perkembangannya."Oh ya Ali apa sud
Ed benar-benar sudah gila bagi Arinda, karena bos-nya itu membelikan semua brang-barang mewah untuk keperluannya selama di Santorini. Jika kalian merasa Arinda sangat bahagia, nyatanya sama sekali tidak. Arinda yang adalah wanita mandiri serta pekerja keras menjadi berpikir jika Ed benar-benar mengerikan.Seperti saat dia meminta Arinda memilih koper mana yang Arinda inginkan dan ketika Arinda menolak karena beralasan masih memiliki koper yang bagus di kos-nya Ed akan mengancam Arinda dengan memotong gaji jika Arinda tidak membeli koper baru, bukankah sikap Ed benar-benar mengerikan dan sangat labil ?Ali juga dibuat ikut sibuk dalam memilihkan pakaian untuk Arinda, setiap ada baju yang cocok dengan Arinda dan terlihat bagus Ed akan tidak suka dengan alasan terlalu terbuka, terlalu pendek, terlalu ketat membuat Arinda dan Ed menjadi bah
Arinda bangun kesiangan karena memang semalam dia terlalu lelah, setelah pulang dari berbelanja bersama Ed dia tidak langsung tidur karena cucian menumpuk. Alhasil meski lelah dia harus mencuci pakaiannya, dan pagi ini bangun kesiangan.Anton menelpon Arinda beberapa kali juga tidak dia hiraukan, alasannya hanya karena sepuluh menit lagi Ed akan menjemputnya. Dia tidak ingin terlambat lalu membuat kesan buruk, urusan Anton bisa dia kirimkan pesan saja nanti. Benar saja, saat Arinda sedang menyisir rambutnya Ed menelpon. "Ya Bos," jawab Arinda sambil memakai jam tangannya."Saya sudah didepan kos kamu. Perlu saya naik ke kamar kamu ?""Ck, tidak bos ! ini saya turun."Anton kebetulan juga baru ingin melihat Arinda ke
"Abang bos mau apa kesini ?" tanya Arinda sedikit takut, dia juga melihat ada seorang pria lain di belakangnya.Ed menaikkan satu alisnya mendengar panggilan yang di ucapkan oleh Arinda, terlihat sangat menggemaskan. Ed menaikkan telunjuknya mengisyaratkan agar Ali menjelaskan maksud dan tujuannya datang mencari Arinda. Sementara dia terus menatap Arinda dengan intens, namun sayangnya Arinda tidak terlalu memperhatikannya."Maaf nona Arinda," kata Ali dan baru permulaan, tapi sifat galak Arinda keluar begitu saja."Panggil saja Arinda !" Tegasnya dan matanya masih melirik keadaan sekitar lorong di lantai kamarnya."Ehm.... begini Arinda Mr. Eadric Derson menyukai masakan anda dan dia berniat menjadikan anda sebagai koki pribadi di tempatnya. Apakah anda setuju ?" Arinda melirik pria tampan yang terus menatapnya itu dengan aneh lalu kemudian dia menatap lagi Ali."Saya bukan koki. Saya hanya bisa memasak itu saja," kata Arinda dengan jujur."Saya akan makan apapun yang kamu masak, tida